METODE DAKWAH MASJID AT TAQWA MUHAMMADIAH DALAM MENJARING JAMAAH PENGAJIAN AHAD PAGI DI KADIPATEN BOJONEGORO

METODE DAKWAH MASJID AT TAQWA MUHAMMADIAH DALAM MENJARING JAMAAH PENGAJIAN AHAD PAGI
DI KADIPATEN BOJONEGORO

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Dakwah Program Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Di Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Melaksanakan Penelitian


























Oleh :
awik efendi

JURUSAN DAKWAH
PROGRAM KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
SEKOLAAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL-HAKIM PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH SURABAYA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tujuan (goal) dan sasaran (target) yang akan dicapai untuk pengembangan sekolah. Guna merealisasikan tujuan tersebut, sekolah harus memiliki strategi. Diantara banyak strategi, yang paling signifikan dalam pengembangan sekolah adalah strategi humas. Strategi dalam ilmu manejemen, merupakan bagian terpadu dari suatu perencanaan (planning). Selain itu, unsur planning juga berhubungan erat dengan tiga unsur manejemen lainya, yaitu pengaturan (organizing), pengarahan (directing) dan pengendalian (controlling). Dalam usaha mengembangkan sekolah, strategi humas harus bersinergi dengan unsur menejemen lainya. Terutama untuk menegakkan dan mengembangkan suatu “citra” yang menguntungkan (favorable image) bagi organisasi, perusahaan, produk para kalangan yang memiliki hubungan (stakeholder), baik stakeholder internal maupun publik eksternal.
Menurut Ahmad S. Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan Manejemen Jayakarta (IBMJ), strategi humas merupakan alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan humas dalam kerangka suatu perencanaan humas (public relation plan). Untuk mencapai tujuan tersebut, maka strategi kegiatan humas atau public relation sekolah harus diarahkan pada upaya menggarap persepsi atau imeg para stakeholder-nya baik sikap maupun tindakannya. Konsekwensinya, jika strategi penggarapan itu berhasil, maka akan diperoleh sikap tindak dan persepsi yang menguntungkan bagi sekolah. Pada akhirnya akan tercipta suatu opini publik dan citra yang menguntungkan bagi sekolah.
Untuk mempermudah dalam menyusun strategi public relation maka harus dibentuk melalui dua komponen yang saling terkait, yakni komponen sasaran dan sarana. Pada komponen sasaran, umumnya adalah para stakeholder dan publik yang mempunyai kepentingan yang sama. Sasaran umum tersebut secara struktural dan formal yang direduksi melalui upaya segmentasi yang dilandasi seberapa jauh sasaran itu menyandang opini bersama (commom opinion), potensi polemik, dan pengaruhnya terhadap masa depan organisasi, lembaga nama perusahaan dan produk yang menjadi sasaran khusus atau yang dimaksud (target public). Adapun pada komponen sarana berfungsi untuk mengarahkan ketiga probabilitas tersebut pada komponen sasaran kearah posisi atau dimensi yang menguntungkan (favorable).
Strategi humas kaitanya dengan pengembangan pendidikan tidak terlalu jauh dengan konsep yang ada pada perusahaan (corporation), barangkali yang membedakan hanya input serta “mesin” pencetak produk sehingga menghasilkan out put yang kompetitif. Dalam dunia humas, sekolah juga memiliki publik humas. Publik humas tersebut dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori. Salah satu yang paling familiar dalam dunia kehumasan adalah publik internal dan eksternal.
Oleh karena itu, proses dan aktivitas humas yang dilakukan oleh PR perusahaan tak jauh beda dengan PR di sekolah. Agar perkembangan yang terjadi di sekolah berjalan mulus, maka pengembangan publik internal harus signifikan dan akseleratif sehingga bisa berbanding lurus dan saling terkait dengan program humas. Dalam hal ini, aspek-aspek internal pendidikan harus mendapat perhatian khusus. Karena syarat berkembangnya sebuah lembaga pendidikan adalah kondisi SDM yang baik. Peningkatan kualitas mutu SDM yang terdiri dari Kepala Sekolah (kepsek), Wakil Kepala Sekolah (wakasek), guru, dan siswa serta stakeholder yang terkait.
Peningkatan kualitas mutu SDM (human resources) bisa melalui pemberdayaan. Dalam buku manejemen SDM yang ditulis Sugeng MPd pemberdayaan juga berarti empowering. Empowering, berasal dari kata “power” yang artinya, “authority dominant”, awalan “emp” artinya on put on to jadi empowering artinya is passing on authority and responsibility” yaitu menjadi lebih berdaya dari sebelumnya. Dalam arti wewenang dan tanggung jawabnya termasuk kemampuan individual yang dimilikinya atau lebih simpel energi yang ditingkatkan. Sehingga akan melahirkan perubahan SDM berupa kemampuan (competency), kepercayaan (confidence), wewenang (authority), dan tanggung jawab (responsibility).
Dengan demikian, setelah kondisi internal telah siap maka baru go public yang akan dimediasikan oleh seorang praktisi public relation baik secara individual maupun kolektif.
Selain pemberdayaan (empowering) SDM guna meningkatkan mutu pendidikan sekolah, diperlukan tiga syarat mutlak (1) sarana gedung (2) buku yang berkualitas (3) resources guru dan tenaga kependidikan yang professional sebagaimana dikatakan Mendiknas Wardiman Djoyonegoro (2004). Peningkatan dan kualitas sekolah bisa dilihat dari sarana dan prasarana, guru yang professional dan kuantitas input serta out put yang kompetitif. Setelah kondisi internal sekolah memiliki bargaining position yang diperhitungkan oleh konsumen maupun rivalnya, maka baru humas mengambil peranan sebagai konstruksi atau “perata jalan” dan korektif atau “pemadam kebakaran” sebagaimana menurut Djanalis Djanaid dalam buku public relation: teori dan praktek.
Berangkat dari teori dan konsep diatas, kemudian penulis mensinkronkan dengan fenomena kerja humas yang cantik di Sekolah Integral Luqman Al-Hakim Surabaya. Setelah beberapa kuartal, eksistensi SD Integral Luqman Al-Hakim mengalami eskalasi yang akselaratif, hingga terkenal, diminati bahkan diburu. Hal ini nampak pada setiap tahun ajaran baru yang mendaftar di SD Integral Luqman Al-Hakim terbilang banyak. Padahal, atmosfir rivalitas sekolah yang memiliki strategi diservikasi semodel SD Integral Luqman Al-Hakim terbilang cukup banyak.
Hal ini disebabkan karena humas yang ada mampu memarketkan produk kurikulum berbasis tauhid dengan baik kepada khalayak luas. Hingga terjual laris dengan cost yang kompetitif.
B. Ruang Lingkup
Penelitian ini hanya membahas tentang strategi yang digunakan oleh SD IT Luqman AL-Hakim Surabaya untuk pengembangan sekolah. Adapaun waktu yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sejak berdirinya SD I Luqman Al-Hakim tahun 1996 sampai tahun 2008.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan, maka peniliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan yang diterapkan oleh SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya” . Dengan sub masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah strategi humas SD Integral Luqman Al-Hakim?
Bagaimanakah pengembangan pendidikan SD Luqman Al-Hakim?
Bagaimana strategi humas pengembangan pendidikan SD Luqman Al- Hakim?.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan strategi humas pendidikan secara holistik yang diterapkan oleh SD Integral Luqman Al-Hakim sebagai berikut:
Strategi humas SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya
Tujuan pengembangan pendidikan SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya.
Strategi humas SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya dalam mengembangkan pendidikan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Secara teoritis peneltian ini berguna untuk :
Sebagai sarana untuk mengembangkan manajemen pendidikan, khususnya dalam masalah strategi humas.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan bisa menjadi sumbangsih bagi referensi kehumasan dalam bidang pendidikan. Yang mana saat ini masih relatif minim. Selain itu, mengingat kontribusi humas sangat signifikan dalam pengembangan pendidikan. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini semoga bisa menjadi bahan referensi dan tolok ukur strategi humas bagi seluruh lembaga pendidikan terkhusus bagi SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya sebagai rujukan dan dokumentasi.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana atau strata satu Kependidikan Islam (SPd.I) bagi penulis.
Sebagai referensi tambahan bagi dunia humas pendidikan.
Sebagai bahan baku yang bisa ditulis kembali menjadi sebuah buku pendidikan bidang humas / public relation yang bisa dijual ke publik.
F. Definisi Operasional
Agar terciptanya pengertian dan definisi secara komprehensif, dan untuk menghindari misinterpretasi dalam memahami judul, maka berikut ini peniliti berikan penegasan judul untuk kata atau kalimaat yang dianggap perlu untuk diberi penegasan.
Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “Strategos” (Stratos = militer dan ag = memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang.2 Adapun menurut Drucker strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar ( doing the right things ). Dalam hal ini, peneliti secara eksplisit akan mengeksplorasi definisi strategi di atas ke dalam ranah pendidikan sehingga bisa menjadi teori kombinatif.
Public Relation (Humas) Pendidikan
Humas pendidikan atau public relation adalah kegiatan organisasi atau lembaga pendidikan, dalam hal ini adalah sekolah. Sekolah harus menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukung proses pencapaian tujuan sekolah dengan sadar dan sukarela3
Sementara itu Jhon E martson dalam public relation (1979) memberikan definisi yang lebih umum tentang humas, yaitu: Public relation is planned, persuasive communication designed to influence significant public.4 Adapun terjemahan dari definisi Jhon E. Martson adalah: humas adalah kegiatan yang direncanakan, yang didesain sebagai komunikasi persuasif untuk mempengaruhi publik yang signifikan/tertentu).
Berangkat dari definisi humas inilah, kemudian peneliti akan mengelaborasikanya dengan strategi, sehingga menjadi teori humas pendidikan yang bisa sumbangsih yang berharga.
Pengembangan Pendidikan
Pengembangan dalam bahasa inggrisnya adalah development, yang berarti secara harfiah; mengembangkan, menghasilkan, memperkuat dan membangun (John M Echols: kamus bahasa Ingris Indonesia). Jadi, pengembangan pendidikan adalah proses dan usaha untuk menghasilkan dan mengembangkan hal baru. Dalam konteks pendidikan pengembangan yang dimaksud adalah SDM seperti kepala sekolah (kepsek), Wakil Kepala sekolah (wakasek) guru, murid dan sarana dan prasarana pendidikan sekolah.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka penulis membuat rancangan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
Pada bab pertama ini terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan judul, dan metodologi penelitian. Serta sistematika pembahasan.
BAB II Kajian Pustaka
Berisi tentang pembahasan secara teoritis mengenai strategi humas pendidikan dalam pengembangan pendidikan. Dalam bab ini, terdiri dari beberapa sub pembahasan antara lain adalah:
Strategi (meliputi diantaranya pembahasan umum tentang strategi, macam-macam strategi, teori strategi, model strategi, tekhnik strategi dan, prosedur, pelaksanaan, langkah-langkah strategi.
Humas pendidikan yang terdiri dari tinjauan umum tentang humas, definisi humas sekolah, humas dengan khalayak atau stakeholder tujuan humas pendidikan, urgensi humas pendidikan, pendekatan humas pendidikan.
Pengembangan yaitu pembahasan pengembangan secara teoritis, merencanakan, menyusun dan aplikasi.
BAB III Kajian Empiris
Dalam bab ini, peneliti akan membahas tentang metode penelitian, yang menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Uraian di dalamnya berupa jenis dan sumber data, tekhnik penentuan subjek dan obyek penelitian, tekhnik pengumpulan data, instrument pengumpulan data, tekhnik analisa data dan prosedur penelitian.
BAB IV Analisa dan Penelitian
Dalam bab ini data-data yang bersifat empiris dan data yang bersifat teoritis tentang strategi humas dalam pengembangan pendidikan di SD Luqman Al-Hakim yang menyangkut diagnosis usaha, penetapan strategi humas, bentuk-bentuk dan program-program kerja pengembangan pendidikan dianalisa dan diinterpretasikan.
BAB V Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran















BAB II
KAJIAN TEORI
A. PEMBAHASAN MASALAH STRATEGI KEHUMASAN
1. Pengertian Strategi
Strategi sebagai sebuah kosa kata pada mulanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘strategos’. Kata ‘strategos’ ini berasal dari kata ‘stratos’ yang berarti militer dan ‘ag’ yang artinya memimpin. Berdasarkan pemaknaan ini, maka kata strategi pada awaknya bukan kosa kata disiplin ilmu manajemen, namun lebih dekat dengan bidang kemiliteran.
Kata strategi dalam bidang manajemen memang pernah dibahas oleh Drucker pada tahun 1955 dengan ungkapannya tentang manfaat keputusan strategis yang didefiniskan sebagai sebuah keputusan pada sasaran bisnis pada era tersebut belum cukup populer di kalangan pemerhati manajemen. Tokoh yang memiliki andil besar dalam mempopulerkan dan memperkuat konsep-konsep untuk strategi bisnis baru muncul mulai era 1960-an, yaitu Kenneth Andrew, Igor Ansoff, dan Alfred Chandler, Jr. ketiga nama tersebut saat ini dikenal sebagai tiga pemrakarsa yang luar biasa dalam dunia strategi bisnis. Strategi telah didefinisikan dalam beragam cara oleh banyak penulis, sebagai contoh:
a. Strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkaian tindakan, serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran ini.
b. Strategi adalah sekumpulan pilihan dasar atau kritis mengenai tujuan dan cara dari bisnis.
c. Strategi memperhatikan dengan sungguh-sungguh arah jangka panjang dan cakupan organisasi. Strategi juga secara kritis memperhatikan dengan sungguh-sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan lingkungan dan secara khusus memperhatikan pesaingnya.
Berdasarkan keseluruhan definisi di atas, maka strategi dapat didefiniskan sebagai berikut: Sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komperatif, dan sinergis yang ideal berkanjutan, sebagai arah, cakupan, dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.
2. Pengertian Humas
Istilah hubungan masyarakat (humas) dikemukakan pertama kali oleh presiden Amerika Serikat Thomas Jefferson pada tahun 1807, akan tetapi yang dimaksud dengan istilah Public Relation pada waktu itu adalah dihubungkan dengan foreign relation.
Hingga saat ini, pengertian humas belum ada keseragaman pendapat dari para ahli, karenanya agar lebih jelas pengertian humas, di sini kami akan mengangkat beberpa pendapat sebagai berikut:
a. Humas ialah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, penghargaan dari publik atau sesuatu badan khususnya masyarakat umum.
b. Humas ialah menjalankan usahanya untuk mencapai hubungan yang harmonis antara sesuatu badan organisasi dengan masyarakat sekelilingnya.
c. Humas adalah kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukung proses pencapaian tujuan organisasi dengan sadar dan sukarela.
d. Menurut kamus Fund and Wagnal, American Standard Desk Dictionary terbitan 1994, istilah Humas diartikan sebagai : segenap kegiatan dan teknik/kiat yang digunakan oleh organisasi dan individu untuk menciptkan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya. Istilah “kiat” dalam definisi ini mengindikasikan bahwa Humas harus menggunakan metode manajemen berdasarka tujuan (management by objective). Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemuajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat humas merupakan kegiatan yang nyata.
e. Pada pertemuan asosiasi-asosiasi Humas seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978, ditetapkan definisi Humas sebagai berikut : humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganilis berbagai kecendrungan, memprediksikan setiap kemungkinan kensekuensi dari setiap kegiatanya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya.
Berdasarkan uraian dan tinjauan umum tentang humas di atas, maka humas di lingkungan organisasi kerja/instansi pemerintah termasuk juga dalam bidang pendidikan dalam hal ini khususnya adalah sekolah, Humas dapat diartikan sebagai “rangkaian kegiatan organisasi/instansi untuk menciptkan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihak-pihak terntu di luar organisasi tersebut, agar mendapatkan dukungan terhadap efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kerja secara sadar dan sukarela”.
3. Hubungan Strategi Dengan Humas
Istilah strategi manajemen sering pula disebut disebut rencana strategis atau rencana jangka panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang diambil dalam kurun waktu tertentu kedepan. Berapa lama waktu yang akan dicakup tentu variatif. Di masa lalu, para ahli menyebut sekitar 25 tahun, tetapi dewasa ini jarang sekali perusahaan yang berani menetapkan arahnya untuk 25 tahun ke depan.
Sebagian besar membuatnya 5-10 tahun. Hal ini disebabkan karena perubahan yang terjadi sangat cepat dan sulit ditebak arahnya. Kasali menyebutkan, rencana jangka panjang inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi PR untuk menyusun berbagai rencana teknis, langkah komunikasi yang akan diambil sehari-hari. Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan PR harus menyatu dengan visi dan misi organisasi/perusahaanya.
Sama seperti bagian devisi lain di dalam perusahaan, untuk memberi konstribusi kepada rencana jangka panjang itu, praktisi humas dapat melakukan langkah-langkah:
a. Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam maupun di luar lembaga. Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari kliping media massa dalam kurun waktu tertentu, dengan melakukan penelitian terhadap naskah-naskah pidato pimpinan, bahan yang dipublikasikan lembaga, serta melakukan wawancara tertentu dengan pihak-pihak yang berkepenitngan atau dianggap penting. Menelusuri dokumen resmi lembaga dan mempelajari perubahan yang terjadi secara historis. Perubahan umumnya disertai dengan perubahan sikap lembaga terhadap publiknya atau sebaliknya.
b. Melakukan analisis SWOT (Strenght/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, Opportunies/peluang, dan treatment/ancaman). Meski tidak perlu menganilisis hal-hal yang berada di luar jangkauanya, seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi dari luar dan dalam perusahaan atas SWOT yang dimilikinya. Misalnya menyangkut masa depan industri yang ditekuninya, citra yang dimiliki perusahaan, kultur yang dimiliki serta potensi lain yang dimiliki lembaga.
Komponen strengths dan weaknesses dikaji dari unsur-unsur yang berasal dari dalam lembaga. Sedangkan kedua komponen lainya opportunities dan threats dikaji di mana lembaga berada. Peluang dan ancaman bisa muncul dari unsur seperti peraturan pemerintah, kecemburuan masyarakat, nilai masyarakat, perubahan struktur kependudukan, pandangan yang tengah beredar di masyarakat, situasi ekonomi, perubahan politik, dan tekanan yang muncul dari envorenmentalist.
Selain berkonotasi “jangka panjang” strategi manajemen juga menyandang konotasi “strategi”. Kata strategi sendiri mempunyai pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut dengan hal-hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam atau dari luar. Kalau dapat, ia akan terus hidup, kalau tiak, ia akan mati seketika.
Hidup yang dipertaruhkan sendiri merupakan suatu cakupan waktu yang panjang, bukan sekedar bertahan lalu mati. Maka dari itu strategi membenarkan lembaga atau melakukan tindakan pahit seperti mengamputasi (pengurangan unit usaha, dirumahkanya karyawan, pemangkasan, dan lain-lain). Hal itu dilakukan demi kehidupan perusahaan/organisasi dalam jangka panjang.



4 . Unsur-Unsur Strategi
Untuk membuat strategi agar sesuai dengan “nafas” lembaga, maka diperlukan tiga proses yang saling terkait.
a. Visi
Sudah barang pasti, sebuah lembaga yang didirikan memiliki tujuan yang disematkan oleh pendirinya. Tujuan tersebut merupakan suatu impian/keadaan di masa akan datang yang dicita-citakan oleh seluruh personil organisasi ( dari jenjang komisaris hingga pesuruh) untuk dicapai dengan melakukan aktivitas. Cita-cita di masa depan yang ada di pikiran para pendiri inilah yang disebut “visi” dari sebuah perusahaan. Sebagaimana tujuan didirkanya republik Indonesia guna mencapai suatu masyarakat adil dan makmur.
b. Misi
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang. Pernyataan misi mencerminkan tentang segala penjelasan tentang bisnis/produk atau pelayanan yang ditawarkan sangat diperlukan oleh masyarakat untuk pencapaian misi.
Misi merupakan terjamahan dari visi yang lebih pragmatis dan kongkrit yang dapat dijadikan sebagai acuan dan pengembangan strategi dan aktivitas dalam organisasi. Oleh karena itu visi dibutuhkan misi, dalam hal ini, misi lebih tajam dan detail jika dibandingkan visi.

c. Falsafah Perusahaan
Falsafah Perusahaan berfungsi untuk mengatasi benturan atau pun masalah-masalah yang sangat sulit dipecahkan. Di mana masalah tersebut bisa mendisorientasikan visi dan misi perusahaan. Falsafah perusahaan tersebut biasanya disebut Kredo dan nilai-nilai dari kredo tersebut ditanamkan pada setiap hati dan tingkah laku karyawanya.
5. Langkah Pembuatan Strategi Humas
Agar strategi humas dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka langkah-langkah untuk membuatnya. Dalam hal ini, Pearce dan Robinson, mengembangkan langkah-langkah strategic management sebagai berikut:
a. Menentukan mission perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran (goals).
b. Mengembangkan company profile yang mencerminkan kondisi intern lembaga dan kemampuan yang dimilikinya.
c. Penilaian terhadap lingkungan eksteren lembaga, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum.
d. Anaisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan).
e. Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan.
f. Pemilihan strategi atas objective tahunan dan rencana jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut.
g. Mengembangkan objective tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objective jangka dan garis besar strategi.
h. Implementasi atas hasil-hasil di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada budget (anggaran) dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan system balas jasa yang memungkinkan.
i. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan control dan sebagai input bagi pengembalian keputusan dimasa depan.
James E. Grunig dan Fred Repper mengemukakan model strategic management dalam kegiatan PR (untuk menggambarkan dua peran PR dalam strategic management secara menyeluruh dan dalam kegiatan PR itu sendiri) melalui tujuh tahapan, dimana tiga tahapan pertama mempunyai cakupan luas sehingga lebih bersifat analisis. Empat langkah selanjutnya merupakan penjabaran dari tiga pertama yang diterapkan pada unsur yang berbeda-beda.
1) Tahap stakeholder: sebuah lembaga mempunyai hubungan dengan publiknya bilama perilaku organisasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap stakeholdernya atau sebaliknya. PR harus melakukan survey untuk terus membaca perkembang lingkunganya, dan membaca perilaku organisasinya serta menganilisis konsekuensi yang akan timbul. Komunikasi yang dilakukan secara kontiyu dengan stakeholder ini membantu organisasi untuk tetap stabil.
2) Tahap publik: publik terbentuk ketika lembaga menyadari adanya problem tertentu. Pendapat ini berdasarkan hasil penelitian Gruning dan Hunt, yang menyimpulkan bahwa publik muncul sebagai akibat adanya problem dan bukan sebaliknya. Dengan kata lain, publik selalu eksis bilamana ada problem yang mempunyai potensi akibat konsekuensi terhadap mereka. Publik bukanlah suatu kumpulan massa umum biasa, mereka sangat efektif dan spesifik terhadap suatu kepentingan tertentu dan problem terntentu. Oleh karena itu, humas perlu terus menerus mengidentifikasi publik yang muncul terhadap berbagai problem. Biasanya dilakukan melalui wawancara mendalam pada suatu focus group.
3) Tahap isu: publik muncul sebagai konsekuensi dari adanya problem selalu mengorganisasi dan menciptkan “isu”. Yang dimaksud dengan “isu” di sini bukanlah isu dalam surat kabar tak resmi yang berkonotasi negatif (rumor), melainkan tema yang dipersoalkan. Mulanya pokok persoalan demikian luas dan mempunyai banyak pokok, tetapi kemudian akan terjadi kristalisasi sehingga pokoknya menjadi lebih jelas karena pihak-pihak yang terkait saling melakukan diskusi.
4) Humas perlu mengembangkan objective formal seperti komunikasi, akurasi, pemahaman, persetujuan dan perilaku tertentu terhadap program-program kampaye komunikasinya.
5) Humas harus mengembangkan program resmi dan kampaye komunikasi yang jelas untuk menjangkau objective di atas.
6) Humas khususnya para pelaksana, harus memahami permasalhan dan menerapkan kebijakan kampaye komunikasi.
7) Humas harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan tugasnya untuk memenuhi pencapaian objective dan mengurangi konflik yang muncul di kemudian hari.
Dalam Diktat Manajemen Humas yang ditulis oleh Surohim Abdus Salam, S, Sos., M.Si. dikatakan bahwa kriteria strategi humas yang baik adalah: pertama: didasarkan atas visi, misi, dan destination statement organisasi. Kedua: merupakan bagian integral dari sasaran strategis organisasi. Ketiga: harus selaras (aligned) dengan kegiatan utama organisasi.
Strategi PR
Contoh
Misi→Visi→Destination→Statement→Strategi Komunikasi
Adapun strategi komunikasi dilakukan sebagi berikut:

Anailisis situasi.
a) Hal ini dapat dilakukan melalui observasi, riset, kuisioner, sikap opinion leaders.
b) Penetapan tujuan. Bersifat spesifik dan dapat diukur.
c) Penetapan “publics”
sekelompok orang, internal dan eksternal yang menjadi sasaran komunikasi organisasi.
d) Pemilihan medium dan teknik
Surat kabar, audio visual, televisi, eksebisi, bahan cetakan, buku sponsor, temu wicara, bulletin internal, identitas lembaga.
e) Perencanaan anggaran
labor intensive
biaya overhead
alat control, ukur kinerja
f) Evauasi hasil
kualitatif dan kuantitatif cara evaluasi, data statistic, umpan balik, poling, survey.
6. Perencanaan Strategi Humas
Menurut Seitel perencanaan dalam humas sangat esensial hal tidak hanya untuk mengetahui di mana suatu kampaye khusus yang dikedepankan, tetapi juga untuk memperoleh dukungan top manajemen.
Sebelum malakukan kegiatan humas, pejabat humas harus memperhitungkan sasaran dan strategi, perencanaan dan anggaran, serta penelitian dan evaluasi. Lingkungan sekitar yang menjadi cakupan organisasi atau perusahaan harus mencerminkan seluruh tujuan-tujuan bisnis. Dalam hal ini pula sudah tercermin strategi dan sasaran PR.
Meletakkan sasaran formulasi strategi dan perencanaan adalah esensial atau penting jika fungsi PR dianggap sama derajatnya dengan komponen lainya di dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Perencanaan memerlukan pemikiran. Perencanaa suatu program PR jangka pendek untuk mempromosikan pelayanan baru barangkali memerlukan sedikit pemikiran dan waktu dibandingkan dengan perencanaan kampaye jangka panjang untuk memperoleh dukungan bagi suatu isu kebijakan publik.
Di antara aspek-aspek yang paling penting bagi PR praktis adalah menetapkan tujuan yang jelas, sasaran dan target bagi penerapan praktik. Kegiatan PR adalah tidak ada artinya jika dirancang untuk mencapai tujuan yang memerlukan tindakan terntentu saja. Sebagai contoh, perencanaan PR mendasar yang perlu diperhatikan:
a. Enverontment: kita perlu meningkatkan penjualan produk dalam pasar local. Sekarang kita adalah tiga besar dalam pasar, mencapainya dengan cepat mengejar pemasok tempat, kedua, tetapi jauh di belakang market leader (yang dominant menguasai pasar).
b. Sasaran bisnis: tujuan kita adalah ambil bagian dalam membangun pasar untuk produk kita dalam wilyah local. Kita mencari untuk mengguli sebanyak dua provider (pemasok) dan secara perlahan mencapai posisi nomer satu.
Sasaran PR: (a) memperkuat solidnya komitmen perusahaan kita terhadap pelanggan lokal, (b) menyakinkan pelanggan potensial bahwa pereusahaan kita menyediakn staf yang ahli di bidangnya, produk bersaing dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan, (c) posisi perusahaan kita sebagai pesaing hebat untuk dua market leader (dominasi pasar).
c. Strategi PR: posisi perusahaan kita merupakan “expert” dalam pasar, melalui sponsorship perushaan dan penelitian langsung pada pengambil keputusan local, pemberitaan media dalam bentuk artikel yang berkaitan dengan perusahaan, ahli pidato di panggung bagi eksekutif perusahaandan perusahaan menjadi sponsor seminar untuk memperlihatkan keahlian kita.
d. Program/taktik PR: (a) dicari pemberitaan media dan ditulis ebagai artikel yang membahas produk perusahaan pada media massa local; (b) permintaan penulisan profil untuk tulisan feature dan wawancara “exclusive” dengan dominasi publikasi perdagangan; (c) sponsor suatu penelitian triwulan perusahaan lokal. Melalui survey terhadap pengambilan keputusan, focus terhadap topik yang baru perhatian dan pemberian informasi dan komentar dari pandangan suatu pelanggan; (d) sponsor empat buah seminar setiap tahunya untuk menunjukkan penggunaan produk perusahaan di wilayah lokal; (e) menurunkan wakil pembicara perusahaan, dimana pembicara perusahaan itu berbicara di antara kelompok-kelompok tertentu.
7. Jenis-Jenis Strategi
1. Strategy Generik
Glueck berpendapat bahwa ada empat macam strategi Generik, strategi stabilitas (stability strategy), strategi ekspansi (Expansion Strategy), strategi penciutan (Retrenchement Strategy), dan strategi kombinasi (combination strategy).
a. Strategi Stabilitas Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan fungsi-fungsi perusahaan. Strategi stabilitas lebih pada peningkatan efesiensi di segala bidang untuk meningkatkan kinerja/keuntungan dan memiliki risiko yang lemah. Strategi ini digunakan pada suatu produk/bisnis yang berada pada rahap kedewasaan.
b. Strategi ekspansi yaitu strategi ekspansi ini lebih menititkberatkan pada penambahan/perluasan produk, pasar ataupun fungsi dalam perusahaan. Focus strategi ini lebih pada peningkatan aktivitas perusahaa.karena adanya perluasan akan emngakibatkan strategi ini mengandung risiko yang tinggi.
c. Strategi penciutan yaitu strategi penciutan yaitu melakukan pengurangan atas suatu produk, pasar atau fungsi tertentu. Menekankan pada pengurangan ataupun menutup unit bisnis yang mempunyai cash flow negative.biasanya diterapkan pada suatu bisnis yang berada pada tahap menurun.


d. Strategi Kombinasi
Pemakaian lebih dari satu strategi di atas untuk jangka yang berurutan ataupun pada waktu yang bersamaan. Misalnya pada waktu musim panas perusahaan X memekai strategi A tetapi pada musim dingin diganti dengan strategi B. atau pada saat musim panas perusahaan XYZ memakai strategi A untuk SBU M, strategi B untuk SBU P dan Strategi C untuk SBU O.
8. Humas Di Lingkungan Sekolah
Menurut kurikulum tahun 1975 ( buku III D) kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi beberapa hal berikut ini:
a. Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua murid.
b. Memelihara hubungan baik dengan BP3 (badan pembantu penyelenggara pendidikan)/ komite sekolah.
c. Memelihara hubungan dan mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan organisasi-organisasi sosial.
d. Memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah, melalui bermacam-macam teknik komunikasi (majalah, surat kabar, atau mendatangkan nara sumber, dll.).
Stewart Harral (1962) dalam bukunya tested public relation for school mengemukakan pendapatnya secara terperinci, bahwa kegiatan humas di sekolah tidak cukup hanya menginformasikan fakta-fakta tertentu dari sekolah itu, melainkan juga:
a. Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan.
b. Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerjasama.
c. Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan.
d. Menunjukkan pergantian keadaan pendapat umum.
Menurut Drs Ngalim Purwanto dkk. (1975) hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup:
a. hubungan sekolah dengan sekolah.
b. Hubungan sekolah dengan pemerintah setempat.
c. Hubungan sekolah dengan instansi/organisasi lain.
d. Hubungan sekolah dengan masyarakat pada umumnya, antara lain:
1). Guru.
2). Pegawai Sekolah.
3). Murid.
4). Komite Sekolah/Dewan Sekolah/BP3.
5). Orang tua murid /wali siswa.
6). Masayrakat sekitar sekolah.
Humas sekolah harus hubungan yang bersifat pedagogis, sosiologis dan produktif yang dapat menguntungkan dan mendtanagkan keuntungan dan perbaikan dari kedua belah pihak. Dalam hal ini kepala sekolah memegang peranan dan menentukan. Sekolah itu mesti berada di tengah-tengah masyarakat. Karena itu sekolah mau tidak mau harus berhubungan dengan masyarakat.
9. Tujuan Humas Sekolah
Secara umum hubungan sekolah dengan masyarakat memiliki tujuan yang cukup simpel dan sekilas tidak rumit dalam memahami tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu: ”menciptakan hubungan (kerjasama) yang harmonis antara sekolah dengan publiknya, dengan melalui usaha memperkenalkan sekolah beserta seluruh kegiatanya kepada masyarakat untuk memperoleh simpati dan pengertian mereka sehingga mereka mendukung proses pencapaian tujuan dengan sadar dan sukarela”.
Pembaruan pendidikan yang sedang digiatkan pemerintah sekarang ini sangat menekankan pada relevansi pendidikan. Sekolah harus dibuat lebih relevan dengan lingkungan siswa dan pengembangan kurikulum harus sesuai dengan keadaan daerah dan wilayahnya. Tujuan agar sekolah tidak terisolasi dari masyarakat dan sekolah harus beriorientasi kepada kenyataan kehidupan dan masalah masyarakat. Karena itu hubungan antara sekolah dengan masyarakat yang baik harus menjadi perhatian terus menerus dari setiap kepala sekolah dan stafnya. Untuk menjaga keharmonisan tersebut, keberadaan humas pada suatu sekolah menjadi sangat penting.
Tujuan yang hendak dicapai hubungan masyarakat pada sekolah adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemahaman kepada masyarakat tentang maksud-maksud dan sasaran dari sekolah.
b. Memberikan penilaian program kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sekolah.
c. Menjalin dan meningkatkan hubungan harmonis antara orang tua siswa dengan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik.
d. Membangun kesan positif dan memelihara kepercayaan terhadap sekolah.
e. Menginformasikan kepada masyarakat tentang rencana program dan kegiatan sekolah.
f. Mencari bantuan dan dukungan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah.
g. Sekolah sebagai jasa lembaga pendidikan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan (siswa, keluarga, dan masyarakat lain).
h. Keberhasilan program tersebut dijadikan sebagai sasaran hubungan sekolah dengan masyarakat, tergantung pada pemahaman pimpinan sekolah terhadap pentingnya keberadaan peran kehumasan untuk difungsikan.
10. Pendekatan Hubungan Humas Sekolah
Penciptaan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat menurut adanya pendekatan yang tepat bagi kedua belah pihak. Pendekatan yang tepat dalam hubungan sekolah dengan masyarakat adalah komunikasi dua arah. Hal ini berarti jika salah satu pihak ingin menyampaikan sesuatu, maka pihak tersebut langsung meng-komunikasikanya tanpa menunggu pihak lain memulai terlebih dulu.
B. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Pengembangan unsur-unsur pendidikan yaitu kurikulum, kesiswaan, sarana dan kehumasan bisa melalui pemberdayaan. Pemberdayaan atau empowering, berasal dari kata “power” yang artinya, “authority dominant”, awalan “emp” artinya on put on to jadi empowering artinya is passing on authority and responsibility” yaitu menjadi lebih berdaya dari sebelumnya.
Dalam proses pengembangan dan pemberdayaan unsur-unsur pendidikan peran humas sangatlah penting. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, akan dikaji seberapa efektif peran humas dalam pengembangan pendidikan melalui faktor-faktor tersebut. Keempat faktor tersebut yaitu:
1. Kurikulum
Kurikulum suatu lembaga pendidikan, mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi, akan selalu berkembang sejalan dengan kemajuan di bidang sain dan teknologi. Perkembangannya itu akan dipengaruhi pula oleh tujuan pendidikan dan kebutuhan masyarakat terhadap kualitas tenaga-tenaga ahli dan terdidik yang dihasilkan oleh pendidikan.
Dan seiring dengan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia, maka kurikulum telah mengalami beberapa kali ganti. Diantaranya kurikulum kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004/ kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum 2006/ kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kaitanya dalam penelitian ini, maka penulis akan mengulas satu persatu jenis kurikulum tersebut, sebagai relavansi dengan teori strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan di SD Integral Luqman Al-Hakim.
a. Kurikulum 1984
Dalam kurikulum 1984 ada beberapa tujuan inti, yaitu:
Mendidik siswa menjadi manusia pembangunan sebagai warga negara indonesia yang berpedoman pada pancasila dan undang-undang dasar 1945, dan sekaligus merupakan perwujudan upaya untuk menempatkan siswa dalam suasana sedemikian rupa sehingga mereka memiliki pengetahuan, sikap dan nilai minimal yang sama.
Dalam kurikulum 1984, tiga faktor lingkungan yang membedakan dengan kurikulum modern.
1) Program inti.
Program inti tersebut wajib diikuti oleh semua siswa, dimaksudkan untuk memenuhi tujuan pendidikan sesuai dengan jenjengnya. Program inti merupakan program yang wajib bagi semua siswa dengan mengacu pada kepentingan pencapaian tujuan pendidikan nasional, perubahan masyarakat dalam rangka perkembangan tekhnologi. Seperti untuk jenjang SMA, program inti mencakup 60 persen dari keseluruhan program di SMA dengan belajar seluruhnya 134 kredit.
2) Program Pilihan
Program pilihan merupakan program yang dimaksudkan untuk memenuhi tujuan yang kedua, ketiga dan keempat, yaitu”menyiapkan siswa yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lenih tinggi dan yang akan terjun ke dunia kerja”.
3) Pedoman pelaksanaan sistem kredit
Satu kredit adalah satu jam pelajaran tatap muka dalam kegiatan intra kurikuler ditambah setengah jam pelajaran tugas rumah perminggu persemester. Pedoman ini bertujuan:
a) Memberi arah/dasar penyusunan petunjuk pelaksanaanya.
b) Memberi keseragaman petunjuk pelaksanaan di lapangan.
c) Meningkatkan tepat guna dan daya guna dalam proses belajar mengajar.
Dalam sistem kredit ini ada lima faktor yang terkait.
1) Komponen sistem kredit
Kredit adalah ukuran/satuan beban belajar siswa yang ditentukan oleh jumlah jam pelajaran tatap muka.
a) Fungsi kredit.
Sebagai pengukur beban belajar siswa, yaitu dapat menunjukkan ukuran minimum dan maksimum.
b) Sebagai cermin perolehan pengetahuan tertentu dalam waktu tertentu.
c) Sebagai pengakuan penyelesaian suatu program studi pada tingkat semester tingkat kelas dan atau sekolah.
2) Batasan satuan kredit.
Satu kredit adalah satu jam pelajaran tatap muka dalam kegiatan intra kurikuler ditambah setengah jam pelajaran tugas/pekerjaan rumah perminggu atau persemester. Ini berarti bahwa untuk memperoleh satu kredit diperlukan adanya kegiatan intra kulikuler ditambah dengan pemberian tugas yang diperhitungkan oleh guru, yang dapat diselesaikan oleh siswa dalam waktu setengah jam pelajaran setiap minggu dalam satu semester.
3) Syarat-syarat memperoleh kredit
seorang siswa dinyatakan memeproleh kredit suatu mata pelajaran pada satu semester jika siswa mengikuti kegiatan intra kurikuler dan kegiatan melaksanakan diluar jam pelajaran.
4) Pelaksanaan sistem kredit
Pelaksanaan sistem kredit meliputi pengambilan program, pengeloaan kelas, perpindahan program, perpindahan sekolah, melanjutkan program dan kenaikan kelas. Pelaksaan perbaikan, persyaratan untuk mengambil program pilihan, penyelesaian program, cara nilai, dan kredit semseter terakhir, ebta dan format-format yang diperlukan.


b. Kurikulum 1994
Dalam kurikulum 1994 ini, sedikitnya ada sembilan poin perbedaan dengan kurikulum modern KBK dan KTSP, yaitu sebagai berikut.
1) Menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan, yang menekankan pada isi atau materi, berupa pengerahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.
2) Standar akademis yang diterapkan secara seragam bagi setiap peserta didik.
3) Berbasis konten, sehingga peserta didik dipandang sebagai kertas putih yang perlu ditulisi dengan sejumlah ilmu pengetahuan (transfer of knowlegde)
4) Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi, sehingga Depdiknas memonopoli pengembangan ide dan konsepsi kurikulum.
5) Materi yang dikembangkan dan diajarkan di sekolah seringkali tidak sesauai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
6) Guru merupakan kurikulum yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas.
7) Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dikembangkan melalui latihan, seperti latihan mengerjakan soal.
8) Pembelajaran cenderung hanya dilakukan di dalam kelas, atau dibatasi oleh empat dinding kelas.
9) Evaluasi nasional yang tidak dapat menyentuh aspek-aspek kepribadian peserta didik.
c. Kurikulum 2004 (KBK)
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya. Penerapan KBK memungkinakan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminakn penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari.
Depdiknas melukiskan pengembangan kurikulum KBK sebagai berikut:
Landasan Filosofis: Pancasila
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kegiatan belajar mengajar
Peneilaian Berbasis Kelas
Kompetensi dan
Hasil Belajar
Konteks Pendidikan Otonomi Daerah, Pengembengan Daerah, Pengembangan Berkelanjutan, Kompetensi Standar, Kehidupan Demokratis, Globalisasi, perkembangan ilmu dan tekhnologi informasi, ekonomi berbasis pengetahuan, HAM
Rekonseptualisasi kurikulum





Pengembang-an Silabus
Pemantauan Kurikulum
Implementasi kurikulum
Seleksi Materi
(Berdiversivikasi)


Pengembangan kurikulum KBK seperti pengembngan kurikukum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang studi, dan tingkat satuan bahasan (modul). Pengembangan kurikulum berbasis kopetensi (KBK) seperti pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:

1) Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Pada tingkat ini pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara vertikal maupun horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Secara vertikal berkaitan dengan kontinuitas pengembangan kurikulum antar berbagai jenjang pendidikan (pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi). Sedangkan secara horizontal berkaitan dengan keselarasan antarberbagai jenis pendidikan dalam berbagai jenjang. Dalam kaitannya dengan kurikulim berbasis kompetensi (KBK), pengembangn kurikulum tingkat nasional dilakukan dalm rangka mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan seklah.
2) Pengembangan kurikulum tingkat lembaga
Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
a) Mengembangkan kompertensi lulusan, dan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan.
b) Berdasarkan kompetensi dan tujuan diatas selanjutnya dikembangkan bidang-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut.
c) Mengembangkan dan mengidentifikasikan tenaga-tenaga kependidikan (guru dan non guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.
d) Mengidentifakasi fasilitas pembalajaran yang diperlukan umtuk memeberi kemudahan belajar.
3). Pengembangan kurikulum tingkat bidang studi
Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a). Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan setiap bidang studi.
b). Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta mengelompokannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan (keterampilan), nilai, dan sikap.
c). Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokkannya sesuai dengan skup dan sekuensi.
d). Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta keriteria pencapaiannya.


4). Pengembangan kurikulum tingkat satuan bahasa (modul).
Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah didefinisikan dan diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiapbidang studi, selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran. Dalam KBK program pembelajaran yang dikembangkan adalah modul, sehingga kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan paket-paket modul.
d. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Tepat mulai tahun ajaran 2006/2007 Depdiknas meluncurkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) atau akrab disebut kurikulum 2006. KTSP memberi keluasan penuh setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memerhatikan potensi sekolah dan potensi daerah sekitar. KTSP merupakan hasil penegasan dari atau sejalan dengan kebijakan desentralisasi. Ini merupakan sebuah konsep yang indah karena memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada daerah untuk berkembang.
Dalam KBK 2004 dideskripsikan kompetensi dasar, dijabarkan indikator, dan bahkan dipetakan pula materi pokok pelajaran. Namun dalam kurikulum 2006/KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru sendiri yang mesti menentukan indikator dan materi pokok pelajaran, disesuaikan dengan situasi daerah dan minat anak didik.
1) Kompetensi dalam kurikulum
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Adapun kompetensi yang dimaksud yaitu, pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat.
2) Karakteristik KBK
Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum yang berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut.
d) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
e) Berorientasi pada hasil belajar (learner out comes) dan keberagamaan.
f) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
g) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainya yang edukatif.
h) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

4) Pendekatan Dan Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya, pengembangan kurikulum sebagaimana dikatakan Karim (2001) harus sesuai dengan kondisi dan kepentingan daerah yang beragam maka:
a) Pengembangan kurikulum pada pencapaian hasil dan dampaknya (outcome oriented) yang dirumuskan kompetensi.
b) Pengembangan kurikulum berbasis pada kompetensi dasar yang berfungsi sebagai ”national platform” memungkinkan daerah dan peserta didik di seluruh tanah air yang berpotensi, kemampuan dan minat belajarnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan lanjutan atau dunia kerja.
c) Kurikulum berbasis kompetensi adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang diarapkan siswa setelah menyelaikan pendidikan.
d) Pengembangan kurikulum yang berdiversivikasi yang memungkinkan setiap daerah atau sekolah mengembangkan atau menyusun silabus sendiri berdasarkan kompetensi dasar yang ditentukan pusat.
e) Pengembangan kurikulum yang utuh, holistik, penguasaan life skill dan akademis, hidup sehat dan menmgapresiasi seni baik memalui kegiatan intra maupun ekstra kurikuler.
2. Kesiswaan
Dua faktor yang menjelmakan situasi pendidikan adalah anak didik dan pendidik. Berlangsungnya situasi pendidikan tidak mungkin tanpa kedua faktor itu. Di sekolah, kedua faktor itu disebut siswa (murid) dan guru. Tanpa kedua faktor itu tersebut tidak mungkin diselenggarakan sekolah yang diwujudkan dalam berbagai bentuk situasi pendidikan, termasuk juga yang disebut proses belajar mengajar hanya akan berlangsung secara berdaya dan berhasil guna bilamana kedua faktor itu dilakukan secara baik.
Sebagai kriteria penyelenggaraan sekolah yang berhasil dan berdaya, maka bisa dilihat dari dua faktor, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pertama: secara kualitatif, yaitu melihat berapa jumlah prestasi yang diraih para siswa, makin banyak prestasi yang didapat, maka semakin bagus lembaga pendidikan tersebut dalam mengelola pendidikan.
Kedua: secara kuantitatif, yaitu jumlah murid yang ada. Semakin banyak murid yang berminat belajar di lembaga tersebut, maka semakin besar juga kepercayaan, dan prestise lembaga tersebut bagi konsumen.
Melihat urgensitas dua faktor di atas, maka keberadaan keduanya sangat diperlukan dalam keberlangsungan sebuah lembaga pendidikan. Untuk faktor kualitatif, maka sekolah bisa menyiasatinya dengan cara rekrutmen/penerimaan siswa baru yang berdasarkan kognisi/kecerdasan siswa. Dan untuk mengup-date intelegensi siswa itu, maka sekolah harus memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang dapat menunjang proses pembelajaran. Tidak hanya itu, sekolah juga harus menerapkan kurikulum yang up to daten serta strategi pembelajaran yang bagus. Sedangkan untuk faktor kuantitatif, sekolah hanya berorientasi pada jumlah siswa, tanpa harus memberikan syarat khusus untuk calon siswa baru.
3. Sarana
Tidak bisa tidak, sukses/maju tidaknya sekolah sangat dipengaruhi oleh sarana sekolah. Mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan bila alat kelengkapan edukatif tidak tersedia semaksimal mungkin. Oleh karena itu, kelengkapan sarana pendidikan merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan.
Ada dua jenis prasarana dan sarana yang terdapat di sakolah sebagai berikut :
a. Prasarana dan sarana edukatif yakni segala sesuatu yang bersifat fisik, yang diperlukan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar secara berdaya an berhasil guna. Misalnya gedung/lokal, ruang perpusatakaan, ruang bimbingan dan penyuluhan, papan tulis, alat peraga, kapur tulis dan lain-lain.
b. Prasarana dan sarana non-edukatif yakni segala sesuatu yang bersifat fisisk, yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan program sekolah, baik yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar maupun tidak. Misalnya ruang kafetaria/warung sekolah, ruang koperasi sekolah, ruangan usaha kesehatan sekolah, meja kursi dan lain-lain.
Dalam hal ini, sarana dan prasana eduktatif sangat diperlukan untuk kemajuan pendidikan sebuah lembaga sekolah. Dan seiring dengan perkembangan tekhnologi dan kemampuan ekonomi secara global masyrakat Indonesia, maka pengadaan sarana dan prasarana edukatif sangat fluktuatif. Adapun sarana eduaktif bisa dibedakan menjadi dua, yaitu sarana konvensional dan modern.
Beberapa dasawarsa ini, banyak sekolah mengganti sarana edukatif menjadi modern. Dulu, sekolah hanya menggunakan papan tulis hitam (black board) dengan kapur tulis (chalk) tanpa sarana edukatif modern lainya. Namun seiiring dengan perkembangan zaman, kini banyak sekolah yang memodernisasi sarana tersebut. Dari papan tulis dan kapur tulis kini berubah menjadi white board dengan alat tulis spidol bermacam warna. Tidak hanya itu juga, saran edukatif pun menjadi lebih lengkap, dengan adanya alat LCD, UHP, Lab Komputer, Lab MIPA, Lab, Bahasa, Laptop, TV dan saran edukatif lainya.
4. Hubungan Masyarakat
Sekolah merupakan konsep yang luas, mencakup lembaga pendidikan formal maupun non formal. Sedangkan istilah ”masyarakat” merupakan konsep yang mengacu kepada semua individu, kelompok, lembaga, atau organisasi yang berada di luar sekolah sebgai lembaga pendidikan.
Mengapa sekolah harus berhubungan dengan masyrakat? untuk menjawab pertayaan ini, perlu kiranya dikemukakan terlebih dahulu beberapa pandangan filosofis tentang hakikat sekolah itu sendiri dan hakikat masyarakat, dan bagaimana hubungan antara keduanya.
a. Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat; ia bukan lembaga yang terpisah dari masyarakat.
b. Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat.
c. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.
d. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkolerasi; keduanya saling membutuhkan.
e. Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena masyarakat memerlukanya.
a. Tujuan Hubungan Sekolah Dan Masyarakat
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaran hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan untuk.
a) Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
b) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
c) Memperlancar proses belajar mengajar.
d) Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
Menurut Elsbree dan McNally, tujuan humas di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga tujuan pokok, yaitu :
1) untuk mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak.
Makin majunya konsep-konsep pendidikan menunjukkan kepada para pendidik, terutama guru-guru di sekolah, agar pendidikan dan pengajaran tidak lagi subject matter centered, tetapi hendaknya community life centered; tidak lagi berpusat pada buku, tetapi berorientasi pada kebutuhan kehidupan di dalam masyarakat. Konsep pendidikan yang demikian mengandung implikasi yang berhubungan dengan masyarakat, seperti:
a. Personel sekolah, terutama guru-guru, perlu mengetahui benar-benar kondisi-kondisi masyarakat lingkungan hidup anak-anak yang sangat penting bagi program pendidikan seperti lingkungan alam tempat anak itu hidup, macam macam masalah pendidikan yang timbul di dalam masyarakat itu, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat, keadaan penghidupan dan ekonomi mereka, kesempatan dan sarana rekreasi bagi anak-anak.
b. Kepala sekolah dan guru hendaknya selulu berusaha untuk dapat bekerja sama dan memanfaatkan sumber-sumber di dalam masayarakat yang diperlukan untuk memperkaya program sekolah. Semua itu merupakan faktor-faktor masyarakat yang sangat penting diketahui dalam hubunganya dengan program belajar yang community life centered.
c. Sekolah hendaknya dapat bekerja sama dengan organisasi-organisasi dan instansi lain di dalam masyarakat yang mempunyai tugas dan kepentingan yang sama terhadap pendidikan siswa.
d. Guru-guru hendaknya selalu mengikuti perkembangan masyarakat dan selulu siap memahami dan mengkaji sumber-sumber masyarakat yang dapat dimasukkan ke dalam rencana perkembangan pendidikan.
b. Meningkatkan Tujuan Dan Mutu Kehidupan Masyarakat
Di dalam masyarakat yang demokratis, seyogyanya dapat menjadikan dirinya sebagai pelopor dan pusat perkembangan bagi perubahan-perubahan masyarakat di dalam bidang kehidupan ekonomi, kebudayaan, teknologi, dan sebagainya, ketingkat yang lebih tinggi.
Sekolah pembangunan harus dapat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup, sekolah hendaknya mempunyai dwifungsi: mampu memberikan pendidikan formal dan juga pendidikan nonformal, baik untuk para pemuda maupun untuk orang dewasa pria-wanita.
2. Sekolah hendaknya mempunyai kurikulum, metode mengajar, serta evaluasi dan program yang menyenangkan, merangsang dan cocok dengan tujuan pendidikan.
3. Sekolah hendaknya merupakan bagian integral dari masyarakat sekitarnya dan berorientasikan kepada pembangunan dan kemajuan.
4. Sekolah hendaknya mempunyai mekanisme untuk menjamin terpeliharanya dialog yang kontiyu antara sekolah-orang tua murid-masyarakat, dan juga dialog intrasekolah dan antarsekolah.
c. Mengembangkan Pengertian, Antusiasme, Dan Partisipasi Masyarakat
Azas pendidikan nasional adalah pendidikan sepanjang umur hidup manusia, dari sejak lahir sampai meninggal, bagi semua umur, golongan dan kenyakinan. Azas ini menetapkan, bahwa wadah pendidikan tidak hanya terbatas pada sekolah, tetapi juga lembaga-lembaga lain tempat bekerja, bermain, dan bergaul serta hidup pada umumnya, seperti keluarga, pabrik, kantor, perkebunan, pusat-pusat rekreasi, olahraga, dan seni, lembaga-lembaga permasyarakatan.
Mengingat wadah yang tidak hanya berbentuk sekolah, tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat pada umumnya, maka azas pendidikan nasional menetapkan pula, bahwa bentuk pendidikan yang kita manfaatkan melalui berbagai wadah itu hanya bentuk pengajaran, tetapi juga tauladan, komunikasi, kelompok atau massa dan sosialisasi pada umumnya.
d. Jenis-Jenis Hubungan Sekolah Dan Masyarakat
Hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat sangat luas maknanya, tidak hanya dalam urusan mendidik anak. Oleh karenanya salah, bila ada sekolah yang hanya cukup bila telah mendidika siswa. Padahal, hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat itu mengandung arti yang lebih luas dan mencakup beberapa bidang. Sudah barang tentu bidang-bidang yang ada hubunganya dengan pendidikan anak-anak dan pendidikan masyarakat pada umumnya.
Di sini ada tiga jenis hubungan kerja sekolah dengan masyarakat, yaitu:
1) Hubungan edukatif. Yaitu hubungan kerja sama dalam hal mendidik/murid, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Adapau hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat mengakibatkan keraguan pendirian dan sikap pada diri anak/murid. Cara kerja sama tersebut dapat direalisasikan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik antara guru-guru di sekolah dengan orang tua murid sebagai anggota BP3 atau POMG.
2) Hubungan kultural. Yaitu usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Kita mengetahui bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang seharusnya dapat dijadikan barometer bagi maju mundurnya kehidupan, cara berfikir, kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dsb., dari masyarakat lingkungan sekolah itu.
3) Hubungan institusional. Yaitu hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah, seperti hubungan kerja sama antara sekolah dengan sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat, jawatan penerangan, jawatan pertanian, perikanan dan peternakan.

C. PENTINGNYA STRATEGI KEHUMASAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Untuk mengembangkan unsur-unsur pendidikan, agar sekolah mengalami kemajuan yang pesat, maka diperlukan strategi. Di antara berbagai macam strategi kependidikan yang signifikan dalam pengembangan pendidikan adalah strategi kehumasan. Hubungan sekolah dengan masyarakat telah diformulasikan dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada lembaga atau organisasi yang membuat formulasi itu. Formulasi pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat dalam hal ini ditangani oleh bagian humas pada sekolah.
Humas pengembangan dan pemeliharaan kerjasama yang efisien untuk menyampaikan saluran informasi dua arah. Bertujuan untuk memberikan pemahaman antara pihak sekolah (pimpinan), komunitas sekolah (guru, karyawan dan siswa) dan masyarakat (orang tua, masyarakat, sekitar dan lembaga di luar sekolah). Hubungan sekolah dengan masyarakat sangat penting guna mencapai tujuan sekolah, di antaranya urgensitas humas sekolah adalah:
1. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat, maka tujuan sekolah akan lebih mudah dicapai. Sebab masyarakat mungkin sekali mendukung hal tersebur, atau setidaknya tidak menghalangi tercapainya tujuan sekolah.
2. Terkait dengan tujuan sekolah yang ingin membantu tercapainya tujuan pendidikan secara umum, maka peran serta masyarakat jelas sangat diperlukan.
Humas sebagaimana menurut Oemi Abdurrachman M.A. (1971) yaitu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, penghargaan dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat umumnya. Maka dari sini, bisa dirumuskan secara matang terkait formulasi strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan, maka dapat menjadi divisi yang memiliki peran vital dalam memajukan sekolah.
Selain itu juga, sebagaimana diungkapkan oleh Kasali, Humas dapat memberikan konstribusinya dalam proses strategic management, melalui dua cara: Pertama: melakukan tugasnya sebagaian dari strategic management keseluruhan organisasi-dengan melakukan survey atas lingkungan dan membantu mendefinisikan misi, sarana, dan obyektif organisasi/perusahaan. Keterlibatan Humas dalam proses menyeluruh ini akan memberi manfaat yang besar bagi perusahaan dan sekaligus bagi Humas itu sendiri. Kedua: Humas dapat berperan dalam strategic management dengan mengelola kegiatanya secara strategis. Artinya bersedia mengorbankan kegiatan jangkan pendek demi arah perusahaan secara menyeluruh.
Selain peran humas mengawal proses program secara holistik, humas berfungsi sebagai konstruksi atau “perata jalan” dan korektif atau “pemadam kebakaran” sebagaimana menurut Djanalis Djanaid dalam buku public relation: teori dan praktek
Selain peran straegi humas diatas, pengembangan dan pemberdayaan (empowering) pendidikan sekolah, diperlukan tiga syarat mutlak: (1) sarana gedung (2) buku yang berkualitas (3) sumber daya manusia (SDM) yaitu guru dan tenaga kependidikan yang professional sebagaimana dikatakan Mendiknas Wardiman Djoyonegoro (2004).

























BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian yang mengangkat masalah strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan di SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya ini, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis, yakni berusaha memahami arti peristiwa dalam kaitan-kaitanya terhadap orang-orang dan situasi tertentu.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini, adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu metode penelitian yang berusaha mendiskripsikan dan menginterpretasikan objek sesuai apa adanya.
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, (1) menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; (2) metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; (3) metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Sedangkan metode deskriptif (gambaran tertulis), yang merupakan keterangan dari Lexy J. Meleong adalah :“ Metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang berhubungan dengan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua, yang dikumpulkan kemungkinan akan menjaddi kunci terhadap penelitian yang sudah diteliti.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini bercorak kualitatif deskriptif karena bermaksud meneliti strategi humas pendidikan SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya dengan mengumpulkan data, mengolah, secara kualitatif dengan mengasumsikan secara kualtatif. Sehingga melalui proses tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan dengan data-data yang ada. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer (utama) dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan. Pencatatan sumber data primer melalui wawancara atau pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Manakah di antara kegiatan ketiga yang dominan, jelas akan bervariasi dari satu waktu ke waktu yang lain dam dari situasi ke siatuasi lainya. Sumber data dalam penelitian ini adalah devisi humas dan pihak-pihak terkait.
b. Sumber Sekunder
Data tambahan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen dan data lain yang mendukung data utama. Data yang berasal dari sumber tertulis diperoleh dari dokumen dan arsip sekolah.
C. Subjek Penelitian
Yang dimaksud dengan sumber penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apa yang dibicarakan ini adalah sumber data dilihat dari subyek dimana data menempel. Yang menjadi subyek penelitian dalam penulisan ini adalah SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya. Pada bagian ini, peneliti akan membagi subyek penelitian menjadi dua macam.

a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitianya juga disebut studi populasi atau sensus. Dalam subyek penelitian model populasi ini, peneliti akan menjadikan seluruh komponen dan elemen SD Integral Luqman Al-Hakim sebagai subyek penelitian. Populasi yang diteliti berjumlah, guru/karyawan 72 orang dan 426 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk mengeneralisasikan hasil penelitian sampel. Dalam subyek penelitian model sampel ini, peneliti akan menjadikan kepala sekolah dan praktisi humas sebagai subyek penelitian. Kepala sekolah dan 4 wa-ka bagian kurikulum, kesiswaan, sarana, lembaga kehumasan.





D. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, obyek penelitian yang akan dikaji adalah strategi kehumasan SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya.
E. Tekhnik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah tekhnik dalam upaya menghimpun data yang akurat melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data. Sementara itu maksud dari wawancara adalah mengkonstruksi orang, kejadian organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Secara pisik, intervew dapat dibedakan atas interview terstruktur dan tidak terstruktur. Ditinjau dari pelaksanaanya, maka interview dibedakan atas:
1) Interview bebas
Yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
a. Interview terpimpin
Yaitu interview yang dilakukan oleh pewancara dengan membawa sederatan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur.
b. Interview bebas terpimpin
Yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.
Untuk menemukan data yang dapat dipakai untuk melengakpai data dalam penelitian ini. Maka peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.
3. Kehadiran Peneliti
Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif mempunyai ciri khas di antaranya pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti ikut berperan serta pada situs (objek) penelitian dan secara aktif kegiatan kemasyarakatan (objek penelitian) tersebut. Selain itu, hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainya dan hnaya manusialah yang dapat memahami kaitan-kaitan kenyataan di lapangan.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Variasi dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pedoman Wawancara
Untuk tekhnik wawancara atau interview instrumenya menggunakan pedoman wawancara. Yaitu dengan menggunakan sederet pertanyaan yang berkaitan dengan data yang diinginkan. Adapun alatnya bisa menggunakan tape recorder atau MP3.
2. Chek List Dokumentasi
Untuk tekhnik pengumpulan data dengan metode dokumentasi, menggunakan chek list. Yaitu suatu daftar variable yang akan dikumpulkan datanya. Dengan cara memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.
3. Pedoman Pengamatan Lapangan
Untuk metode pengumpulan data kehadiran peneliti, alat instrumenya menggunakan panca indra peneliti, peraba, penglihatan, pendengaran. Dengan menjadikan objek sebagai penelitianya.
G. Tehnik Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dimana hal tersebut dilakukan sejak pertama kali peneliti mengumpulkan data. Hal tersebut meliputi analisis data yang melibatkan pengerjaan data, organisasi data, pemilihan satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan data, penemuan hal-hal penting yang disajikan agar peneliti dapat menangkap makna fenomena serta mengkomunikasikanya kepada orang lain
Di pihak lain, analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:
1. Mencatat yang meghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesakan, membuat ikhtisar, dan memberi indeksanya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunayai makna, mencari dan menemukan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.






























BAB IV
SAJIAN DAN ANALISA DATA
A. GAMBARAN UMUM SD INTEGRAL LUQMAN AL-HAKIM SURABAYA
1. Sejarah Berdiri SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya
SD Integral Luqman Al-Hakim merupakan pendidikan sekolah dasar yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya (PPH Surabaya). Oleh karena itu, cikal bakal berdirinya pun tidak lepas dari sejarah panjang berdirinya PPH Surabaya.
Memasuki tahun 1988, tepatnya pada tanggal 23 Juli 1988, yayasan PPH Surabaya mulai mengawali aktifitas kepesantrenan. Aktifitas yang dilakukan masih bertempat di gedung yang sangat sederhana. Berdirinya YPPH Surabaya ini diawali dengan kiprah para pendiri di bidang sosial-keagamaan. Menampung anak yatim piatu, anak tidak mampu dan terlantar. Anak-anak tersebut, kemudian dididik dan diasuh di yayasan melalui pendidikan diniyah yang sifatnya masih non-formal.
Melihat perkembangan zaman yang begitu pesat, ditambah SDM yang dimiliki semakin membaik. Pihak YPPH merasa perlu membangun lembaga pendidikan. Hal itu, dimaksudkan untuk membekali para santri bukan hanya ilmu diniyah saja, namun juga ilmu umum. Tepat pada tahun 1992, pihak YPPH Surabaya mulai merintis pendidikan formal, SMP-SMU. Ketika itu, segmentasinya yang dibidik hanya dari kalangan santri pondok saja.
Melihat perkembangan SMP dan SMU sesuai dengan yang diinginkan, maka pada tahun 1996, YPPH Surabaya mulai mengembangkan sayapnya. Di tandai tepat pada 1996 ini YPPH membuka pendidikan formal tingkat TK, Play Group, dan SD dengan menggunakan sitem Full Day School. Inilah awal atau cikal bakal berdirinya pendidikan formal di pondok pesantren Hidayatullah Surabaya ini Segementasi yang dibidik pun tidak hanya untuk kalangan santri dalam saja, tetapi sudah terbuka untuk kalangan umum dengan menerapkan sistem Boarding School..
SD Integral Luqman Al-Hakim merupakan pendidikan sekolah dasar yang menggagas pendidikan integral berbasis tauhid. Gagasan ini merupakan inspirasi dari tokoh legendaris Luqman Al-Hakim. Sebab itu pula lembaga pendidikan di Pesantren Hidayatullah Surabaya ini dinamai dengan Luqman Al-Hakim. Dia adalah sosok ayah sekaligus pendidik, yang atas dasar wisdom, kearifan dan kebijaksanaannya mengantarkan putra-putrinya menjadi sosok muslim yang memiliki ketauhidan yang kuat terhadap Allah SWT. Sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an :

Artinya : “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Pendidikan berbasis tauhid merupakan suatu metode pendidikan yang berlandaskan pada rukun Iman, rukun Islam dan Ihsan, sehingga diharapkan bisa menumbuh kembangkan secara optimal karakter keislaman, karakter pembelajar dan keterampilan hidup (Life skill) secara integratif. Selain itu, dapat merubah cara pandang terhadap kehidupan, tauhid sebagai landasan nilai aktifitas kehidupan, dan tauhid sebagai acuan tujuan hidup. Begitu pentingnya proses penanaman tauhid dalam proses pendidikan inilah yang mendorong Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Islam Luqman al-Hakim. Lembaga pendidikan yang bertauhid yang disebut juga dengan Sekolah Integral.
Adapun integral, di sini dimaknai dengan menyeluruh. Jadi, sekolah integral berarti sekolah yang pengelolaannya melibatkan komponen pendidikan secara menyeluruh. Komponen pendidikan tersebut meliputi institusi pendidikan, materi pembelajaran berupa transfer ilmu dan uswah, pendekatan dan motodologi pengajaran, murid serta lingkungan sekolah.
Institusi pendidikan terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Materi pembelajaran berupa ilmu yang dipandang secara komprehensif, merupakan kesatuan yang utuh sehingga tidak ada pemisahan ilmu agama (ulumuddin) dengan ilmu umum (science), dunia dan akhirat. Pendekatan dan metodologi pengajaran merupakan proses transfer ilmu serta metodologi pengembangan ilmu tersebut yang dilandasi oleh uswah (tauladan yang baik), sehingga bukan hanya sekedar transfer ilmu dan kerangka berfikir tetapi juga transfer nilai.
Pada konsep integral pula, murid sebagai pembelajar dipandang secara utuh dan menyeluruh dari seluruh instrumentasi yang dimiliki manusia, sehingga aspek intelektual, spiritual dan keterampilan dikembangangkan secara terpadu. Pola pendidikan inilah yang diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dari seluruh potensi manusia secara maksimal.
2. Letak Geografis SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya
SD Integral Luqman Al-Hakim memiliki letak yang cukup strategis untuk lingkungan pendidikan, jauh dari kebisingan kota dan berada di sekitar perumahan elit wilayah Surabaya Timur, sehingga memudahkan setiap orang mengakses letak sekolah tersebut. Selain itu, SD Integral Luqman Al-Hakim ini juga berada dalam lingkungan pondok pesantren yang agamis dan kondusif sebagai sebuah lembaga pendidikan islam, sehingga memiliki ciri khas tersendiri di antara lembaga pendidikan lainnya.
Adapun secara geografis, SD Integral Luqman Al-Hakim berbatasan dengan :
Sebelah Barat : Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)Surabaya
Sebelah Timur : Perumahan Pakuwon City (Laguna Indah)
Sebelah Utara : Kelurahan Kalisari Damen
Sebelah Selatan : Kelurahan Keputih Surabaya
3. Visi SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya
Visi dari SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya adalah “Being Excellent with Integral Character (Lebih Sempurna dengan Karakter Integral)”. Adapun indikator dari visi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ekselen dalam karakter spiritual keagamaan, melalui 4 B yaitu Bertauhid kuat,
Berakhlaq Qur’ani, Beribadah tekun, Berdakwah aktif.
b. Ekselen dalam bidang akademik
c. Ekselen dalam penguasaan Al Qur’an
d. Ekselen dalam bidang Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
e. Ekselen dalam Lifeskill
f. Ekselen dalam pelayanan
4. Misi SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya
Adapun misi dari SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya adalah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan lembaga pendidikan dasar integral yang profesional, sehingga melahirkan generasi yang bertaqwa, cerdas, mandiri, dan berwawasan global.
b. Berdakwah melalui pendidikan
c. Mengutamakan keteladan dan kasih sayang
d. Membentuk lingkungan pendidikan yang Islamiah, ilmiah, dan alamiah
e. Menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan sekolah yang ekselen
f. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan







4. Struktur Organisasi SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya





6. Data Pegawai SD Integral Luqman Al-Hakim Tahun Pelajaran 2007/2008

No NIP Nama L/P Jabatan Tahun
Masuk Status
Kepeg. Ijazah
Terakhir
1 031-0202-794 H. Amrozi Alimudin, S.Pd L Kepala Sekolah Jul-94 GTY S-1
2 033-0204-797 Muhtar Mahmudi, S.E L Wk. Humas Jul-97 GTY S-1
3 034-0205-797 Rini Tri Handajani, S.Si P Guru Jul-97 GTY S-1
4 035-0206-797 Sukesi, S.Pd P Walas VI-C Jul-97 GTY S-1
5 037-0282-798 Khoirun Nisak P Partner IV-A Jul-98 GTY D-1
6 038-0209-798 Neni Tri Handayani, S.Si P Guru Jul-98 GTY S-1
7 039-0210-799 Abdurrahman, S.Ag L Guru Jul-99 GTY S-1
8 040-0211-799 Dyah Ika Rini, S.Si P Guru Jul-99 GTY S-1
9 043-0214-799 Ahmad Miftahul Amin, S.E L Ka. TU Jul-99 GTY S-1
10 044-0215-700 Hari Santoso, S.Pd L Wk. Sarana Jul-00 GTY S-1
11 045-0216-700 Sutejo, S.Pd L Ko. Keg. Khusus Jul-00 GTY S-1
12 046-0217-700 Zaenun Nasich L Wk. Kesiswaan Jul-00 GTY D-2
13 047-0218-701 Adi Purwanto, S.Pd L Wk. Akademik II Jul-01 GTY S-1
14 048-0219-701 Indah Suryanti, S.Pd P Walas IV-B Jul-01 Capeg S-1
15 049-0220-701 Mi'roji Agus, S.Ag L Walas VI-B Jul-01 GTY S-1
16 050-0221-701 Rahma Anasia Isnaini, Dra P Walas I-C Jul-01 GTY S-1
17 051-0222-701 Siti Fatmasari, S.Pd P Walas V-A Jul-01 GTY S-1
18 052-0223-701 Suhendi, S.Pd L Kanit. PSB Jul-01 GTY S-1
19 055-0226-702 Alfiah Hamidah S.T P Walas III-A Jul-02 Capeg S-1
20 057-0228-702 Siswantari Yoenata L Ko. Ekstra & UKS Jul-02 GTY SMA
21 058-0229-703 Ahmad Suja'I, S.Sos.I. L Walas V-B Jul-03 Capeg S-1
22 059-0230-703 Elok Widihastuti, S.Si. P Walas II-C Jul-03 GTY S-1
23 060-0231-703 Emi Purwandari, Dra. P Walas VI-A Jul-03 GTY S-1
24 061-0232-703 Faradian Istiqomah, S.E P Walas I-B Jul-03 GTY S-1
25 062-0233-703 Mardiana, S.Si P Walas II-A Jul-03 GTY S-1
26 063-0234-703 Timur Pertiwi Arijati, S.T. P Walas I-A Jul-03 Capeg S-1
27 064-0235-703 Risa Hasmaretni, S.T P Walas III-C Jul-03 Capeg S-1
28 065-0236-704 Aan Harinimiswari, S.Si. P Walas IV-A Jul-04 Capeg S-1
29 066-0237-704 Anita Dwianti, S.S P Partner V-A Jul-04 Capeg S-1
30 074-0242-705 Laily Rakhmadani P., S.Si. P Walas II-A Jul-05 Capeg S-1
31 075-0243-705 Masfufah, S.Psi. P Ko. BK Jul-05 Capeg S-1
32 076-0244-705 Miki Hartono, S.Pd. L Guru Jul-05 Capeg S-1
33 077-0245-705 Ni'matul Masruroh, S.Si. P Staff TU Jul-05 Capeg S-1
34 078-0246-705 Primirahmayani, S.Si. P Staff TU Jul-05 Capeg S-1
35 079-0247-705 Rifa'iyah, S. Si. P Guru Jul-05 Honorer S-1
36 082-0250-702 Umar Shalahuddin L Staff TU Jul-02 Capeg SMA
37 103-0251-702 Akhwan Khumaidi, S.T. L Staff TU Jul-02 Capeg S-1
38 104-0252-706 Suci Iman Santosa, S.S P Guru Jul-06 Capeg S-1
39 105-0253-706 Sulistyawati Nugraheni, S.T. P Walas III-B Jul-06 Capeg S-1
40 106-0254-706 Dian Nawangwulan M, S.Sos. P Kanit. Perpus Jul-06 Capeg S-1
41 107-0255-706 Djoko Mulyadi, S.T L Guru Jul-06 Capeg S-1
42 108-0256-706 Erdwi Rahmanto, S.T. L Partner V-B Jul-06 Capeg S-1
43 109-0257-706 Sugeng, S.S. L Guru Jul-06 Kontrak S-1
44 111-0259-706 Etika Amatusholihah, S.Pd. P Partner II-A Jul-06 Capeg S-1
45 112-0260-706 Mudjianto, S.S. L Guru Jul-06 Kontrak S-1
46 113-0261-706 Holifah Rusmiwaty, S.S. P Partner IV-B Jul-06 Capeg S-1
47   Somi' Suradi, Ir. P Wk. Akademik I Jul-00 GTY S-1
48 136-0262-707 Dyah Setyaningsih, S.Pd P Partner I-A Jul-07 Capeg S-1
49 137-0263-707 Irawati, S.Pd P Partner III-A Jul-07 Capeg S-1
50 138-0264-707 Ismuningtyas Suprobowati, S.Pd P Partner I-C Jul-07 Capeg S-1
51 139-0265-707 Rumiana, S.T P Partner I-B Jul-07 Capeg S-1
52 140-0266-707 Sri Rahayu, S.Pd P Partner II-B Jul-07 Capeg S-1
53 141-0267-707 Budi Prasetyo, S.Pd L Guru Jul-07 Kontrak S-1
54 142-0268-707 Novia Sari, S.Si P Guru Jul-07 Kontrak S-1
55 143-0269-707 Nur Susanti, S.Si P Partner III-C Jul-07 Kontrak S-1
56 144-0270-707 Rutin Purnama Sari, S.Pd P Partner I-C Jul-07 Kontrak S-1
57 145-0271-707 Sumari, Drs. L Guru Jul-07 Kontrak S-1
58 146-0272-707 Yuni Kurniati, S.Pd P Partner III-B Jul-07 Kontrak S-1
59 147-0273-705 Agung Wiji Utami, S.Ag. P Guru Jul-05 Honorer S-1
60 148-0274-705 Tri Murmansyah, S.Pd. L Guru Jul-05 Honorer S-1
61 149-0275-706 Imam Zarkasi L Guru Jul-06 Honorer D-2
62 150-0276-706 Aning Susanti, S.HI P Guru Jul-06 Honorer S-1
63 151-0277-706 Lelly Yulaikah, S.Ag. P Guru Jul-06 Honorer S-1
64 152-0278-707 Ahmad Wafi Ayyatullah L Guru Jul-07 Honorer SMA
65 153-0279-707 Nur Aini P Guru Jul-07 Honorer D-2
66 155-0281-705 Tri Hari Setyawan L Ko. Lab. IPA Jul-05 Honorer SMA
67 156-0282-705 M. Yusuf L Ko. Maintenance Jul-05 Honorer SMA
68 157-0283-705 Mas Ari L Ko. Kebersihan Jul-05 Honorer SMA
69 158-0284-707 Pujo Soenarcho L Kebersihan Jul-07 Honorer SMA
70 159-0285-707 Qowimuddin L Kebersihan Jul-07 Honorer SMA
71 160-0286-707 Tulus L Kebersihan Jul-07 Honorer SD
72 161-0287-707 Jamaluddin L Kebersihan Dec-07 Honorer SMA

7. Jumlah Siswa SD Integral Luqman Al-Hakim Tahun Pelajaran 2007/2008

No. Kelas Tahun Masuk Jumlah Siswa Total
Laki-laki Perempuan
1 Satu (I) 2008 45 53 98
2 Dua (II) 2007 45 45 90
3 Tiga (III) 2006 39 48 87
4 Empat (IV) 2005 36 32 68
5 Lima (V) 2004 34 28 62
6 Enam (VI) 2003 47 22 69
Total Siswa Tapel 2007/2008 246 228 474

8. Aktivitas Belajar
a. Sistem, prinsip dan strategi pembelajaran yang digunakan
Sistem pembelajaran yang diterapkan di SD Integral Luqman Al-Hakim adalah (1) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan kepesantrenan (diniyyah), (2) pembelajaran terintegrasi (integrated learning), (3) model pembelajaran active learning, (4) satu kelas dikelola oleh dua guru kelas, (5) hari sabtu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Adapun dalam proses pembelajaran, SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya menerapkan lima prinsip dan strategi, yakni :
1). Learning is easy and fun (belajar adalah mudah dan menyenangkan)
2). All can and will learn (semua anak bisa dan akan belajar)
3). Continous progress (tidak ada anak yang berhenti belajarnya)
4). Menekankan “Learn how to learn” (belajar bagaimana belajar)
5). Active learning (belajar aktif atau belajar yang berpusat pada siswa)
b. Target Pembelajaran
Target pembelajaran SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya meliputi aspek-aspek pendidikan dan fungsi sekolah dasar, yang sepenuhnya mengacu kepada tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu (1) Terbentuknya insan kamil yang memadukan pengembangan potensi rukhiyah, aqliyah dan jismiyah (2) Menguasai Ulumuddin (3) Memiliki spirit saintis dan menguasai ilmu dan memiliki keterampilan memadai. Lebih jelasnya dapat dilihat sari tabel berikut ini :




Aspek Pengembangan Fungsi SD Penampakan

Kepribadian insan kamil
Memberi dasar-dasar terbentuknya kepribadian Islam pada diri anak.

Mengerti dan meyakini aqidah Islam.
Mengerti hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah fardiyah, halal-haramnya makanan dan minuman, pakaian, akhlaq.
Rajin melakukan ibadah fardiyah.
Selalu mengkonsumsi makanan halal.
Selalu menutup aurat.
Berakhlakul karimah.
Rajin belajar.
Bertanggung jawab.
Mandiri, aktif dan kreatif.
Berpikir rasional.


Memberi dasar-dasar penguasaan Ulumuddin.
Mengetahui hukum-hukum Islam, khususnya yang berkaitan dengan ibadah fardiyah.
Mengetahui sirah Rasul dan Shahabat .
Memiliki hapalan Al Qur’an minimal juz 30.
Mampu bermuhadasah bahasa Arab secara sederhana.
Mampu menulis hurup Arab.
Saintis dan Iptek Memberi dasar-dasar penguasaan iptek.
Memiliki pengetahuan dasar matematika, IPA, IPS, Bahasa (Indonesia & Inggris).
Memiliki kemampuan dasar belajar
Mampu berbahasa inggris sederhana

Terampil dan mandiri Memiliki pondasi integritas diri
Menguasi dasar keterampilan teknologi informasi (komputer)
Sehat dan bugar.
Kreatif.

c. Orientasi Pembelajaran
Orientasi pembelajaran yang dilakukan di SD integral luqman al hakim dikelompokkan menjadi dua tahapan, yaitu :
1). Fase pembentukan basis kompetensi.
Pembentukan basis kompetensi adalah, menghantarkan anak didik untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki dan dikembangkan sewaktu pra sekolah. Fase ini dilakukan selama 2 tahun pertama (kelas satu dan dua). Potensi itu meliputi:
(a). Karakter keagamaan.
Menumbuhkan pemahaman nilai-nilai kebenaran (tauhid), pembiasaan beribadah (pembiasaan sholat, doa dan dzikir serta membaca al qur’an dan hafalan ayat al qur’an), menumbuhkan akhlaqul karimah.
(b). Karakter pembelajar.
Menumbuhkan karakter pembelajar dengan mengembangkan dua aspek, yaitu aspek kemampuan berfikir (saintis) dan aspek keterampilan dasar pembelajar.
(c). Karakter terampil dan mandiri.
Menumbuhkan kemampuan keterampilan fisik berupa kegiatan olah raga, keterampilan pribadi berupa keperluan yang menyangkut dirinya, mulai dari kerapihan, ketertiban dan kebersihan diri dan lingkungannya. Keterampilan teknologi (komputer). Mengembangkan tanggung jawab, kemandirian dan kerjasama dan tolong menolong.
2). Fase pengembangan basis kompetensi.
Dengan tumbuh dan berkembangnya kemampuan dasar membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan berkreatifitas dengan dorongan rasa ingin tahu yang tinggi, maka hal ini merupakan dasar untuk pengembangan dengan orientasi bidang akademik, keterampilan dan aspek ruhiyah. Ciri pengembangan basis kompetensi ditunjukan oleh prestasi dan kemandirian dari ketiga aspek karakter.
9. Kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi yang telah diraih
Ada 10 pilihan ekstrakurikuler yang disediakan oleh SD Integral Luqman Al-Hakim, yakni sebagai berikut : (1) pramuka, (2) karate, (3) ju jit su, (4) silat (tapak suci, (5) futsal, (6) seni lukis, (7) jurnalistik, (8) tari, (9) nasyid, (10) robotika.
Adapun prestasi-prestasi yang tela diraih sejak tahun 2005 hingga tahun 2007 adalah sebagai berikut :
a. Prestasi Akademis
o Nilai UKM tertinggi se-Surabaya tahun 2005-2006
o Juara II siswa teladan se-Surabaya tahun 2005-2006
o Juara English Mathematic se-Surabaya tahun 2005-2006
o Juara II lomba Speech English se-Surabaya tahun 2007
o Finalis Olimpiade Internasional MIPA 2008
b. Non Akademis
o Juara III lomba tapak suci se-Surabaya tahun 2005-2006
o Juara I lomba mewarna se-Surabay tahun 2005-2006
o Juara II lomba jiu-jitsu tingkat nasional tahun 2005-2006
o Juara I Futsal se-Surabaya tahun 2005-2006
o Juara II lomba Tapak Suci se-Jatim tahun 2005-2006
o Juara I Kelas C silat se-Jawa Timur tahun 2007
o Juara II Kelas A Silat Tapak Suci se-Jawa Timur tahun 2007
o Juara II mewarnai se-Surabaya tahun 2007
o Juara II lomba nasyid se-Surabaya tahun 2005-2006
o Juara III mewarna se-Surabaya tahun 2007
B. SAJIAN DAN ANALISA DATA
Setelah peneliti melakukan penelitian, observasi dan wawancara, terkait masalah strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan di SD Integral Luqman Al-Hakim, dengan empat faktor pendidikan yaitu: kurikulum, sarana, kesiswaan, dan dan lembaga kehumasan. Dengan itu, maka ditemukan sejumlah data sebagai berikut.
1. Masalah Kurikulum
Sejak berdirinya SD I Luqman Al-Hakim Surabaya hingga sekarang, kurikulum telah empat kali mengalami perubahan kurikulum. Yaitu kurikulum 1994, kurikulum 1994, kurikulum 2004/KBK dan kurikulum KTSP/2006. Pada tahun 2008 ini, SD I Luqman Al-Hakim menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum tersebut telah digunakan sejak tahun 2006 tepat ketika pemerintah mengeluarkan peraturan pendidikan tentang perubahan kurikulum. Adapun untuk bidang studi diniyah, sejak tahun 1999, SD I Luqman Al-Hakim belum pernah merubah kurikulum. Tetap kurikulum 1994.
Dalam pengembangan kurikulum, SD I Luqman AL-Hakim melakukan pengembangn kurikulum dengan dua cara. Pertama, oleh masing-masing guru. Kedua, tim akademik yang secara khusus membuat kurikulum. Kedua metode tersebut tidak serta merta berjalan parsial, namun sinergis. Pada dasarnya, kurikulum dibikin oleh tim akademik secara langsung, kemudian para guru diberi kebebasan untuk melakukan improvisasi sendiri. Sejauh ini, yang telah diamati oleh devisi kurikulum, bahwa kurikulum tidak memberikan ekses positif kepada kenaikan jumlah siswa. Walaupun kurikulum sering berubah, namun kenaikan siswa secara kuantitatif tidak dipengaruhi oleh model kurikulum.
Untuk menunjang KTSP yang dipakai oleh SD I Luqman Al-Hakim, maka strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi active learning. Dalam strategi ini, para siswa diposisikan bukan seperti objek, namun juga subjek. Jadi, dengan strategi pembelajaran seperti ini maka siswa benar-benar dapat mendapatkan apa yang diinginkan. Hal tersebutlah, yang mempengaruhi kualitas out-put dan out comes. Dengan menggunakan KTSP dan active learning, siswa secara mudah dapat menyerap, mempraktikkan dan mentransformasikan kembali nilai-nilai tersebut di dalam masyrakat setelah selesai.
Dalam pengembangan dan penggunaan kurikulum, SD I Luqman Al-Hakim tidak serta merta dan latah menerapkanya, tapi harus disesuaikan dengan kondisi dan visi-misi sekolah agar sinkron. Pemberlakuan kurikulum dilakukan secara bertahap, mulai dari kelas I dan IV di tahun pertama. Kelas II dan V di tahun ke-2. dan kelas III dan VI di tahun ke-3.
Dalam pengembangan dan pembaharuan kurikulum, humas tidak memiliki peran yang siginifikan. Humas hanya berfungsi sebagai corong atau media mensosialisasikan hasil kurikulum tersebut.
2. Tentang Kesiswaan
Jumlah siswa di SD I Luqman AL-Hakim secara keseluruhan kini mencapai 495 siswa. Jumlah siswa sejak berdirinya SD I Luqman Al-Hakim selalu mengalami fluktuasi. Tepatnya pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan yang signifikan. Pernah pada 2001-2002 SD Luqman Al-Hakim hanya mendapat siswa satu kelas. Namun pada tahun 2003 mengalami peningkatan menjadi pararel tiga kelas untuk kelas satu. Dan pada atahun 2006 menjadi pararel tiga kelas atau kelas A, B, dan C untuk semua kelas, dari kelas satu sampai kelas enam.
Di tahun 2008 ini, terdapat penurunan jumlah siswa dibandingkan tahun 2007. hal ini disebabkan karena persaingan sekolah semodel Luqman Al-Hakim dengan konsep yang hampir sama semakin menjamur. Bagi sekolah swasta yang tidak mendapat kucuran dana seperti sekolah negeri, jumlah siswa sangat penting, bagi pengembangan pendidikan maupun keberlangsungan sekolah. Sebab, biaya gaji guru dan karyawan, pembuatan/pembangunan sarana, dan biaya operasional didapat dari dari dana siswa. jika siswa yang masuk minim, maka pengembangan sekolah akan jalan di tempat atau stagnan.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan / merekrut siswa baru sebanyak-banyaknya, maka SD Luqman Al-Hakim dengan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) membentuk tim khusus penerimaan siswa baru (PSB). Selain tim PSB yang dibuat SD bekerjasama YPPH, SD juga melakukan promosi personal dan kolektif. Seluruh eleman harus terkait/mengkomunikasikan kepada masyarakat dalam perekrutan siswa. pembentukan tim PSB itu dilakukan setiap satu tahun sekali.
Dalam perekrutan siswa, SD I Luqman AL-Hakim lebih mendahuluka faktor kuantitatif (jumlah) dari pada kualitatif (prestasi). Hal ini dimaksudkan agar dapat merekrut siswa sebanyak-banyaknya dan dapat mengembangkan pendidikan.
Adapun untuk perencanaan penempatan siswa (mapping class) SD I Luqman AL-Hakim lebih pada sikap (attitude) ketimbang kognisi. Jadi, jika terindikasi terbentuknya klik (gang), maka supaya tidak berkelanjutan, maka siswa tersebut harus dipisah. Selain itu, untuk kelas V dan VI mapping class dilakukan dengan cara pemisahan gender. Untuk mapping class dan OSIS, kegiatan tersebut dilakukan dan dibimbing oleh badan konseling (BK).
Peran humas dalam perekrutan siswa baru hampir mencapai 100 persen. Dalam perekrutan siswa baru, humas memiliki strategi perekrutan yaitu pembentukan tim PSB, melakukan promosi, publikasi, memasang iklan di media massa seperti Jawa Pos, Kompas, Republika dan koran nasional serta majalah-majalah lainya. Selain pemasangan iklan, humas juga melakukan road show dan presentasi ke berbagai sekolah TK-TK di Surabaya. Hingga kini, ada 30 sekolah TK binaan SD Integral Luqman Al-Hakim. Dan sudah 10 sekolah TK yang selalu menyuplai in put SD Luqman Al-hakim. Untuk memperkuat jaringan, humas juga kerap melakukan silaturahim, kunjungan, pembinaan, pelatihan ke TK-TK yang telah menjadi mitra.
3. Tentang Lembaga Kehumasan
Lembaga humas di SD I Luqman Al-Hakim secara legal formal baru berdiri sejak dua tahun yang lau. Berawal dari kompleksitas kerja humas yang tidak tertangani secara professional dan rivalitas yang semakin menjamur, maka lembaga humas diadakan tepatnya pada tahun 2006. Ketika itu diangkatlah Mukhtar Mahmudi, S.E sebagai ketua Humas. Sebelum lembaga humas bediri sendiri, kerja humas dilakukan secara kolektif oleh seluruh kru dan karyawan SD. Karena itu, banyak kerja humas yang tidak optimal dan overlapping, sehingga pengurus humas didefinitifkan.
Setelah berdirinya lembaga humas, banyak program dan kerja humas yang berjalan hampir 80 persen. Begitu juga dalam pembentukan opini publik, humas berperan sangat besar. Oleh karena itu, terkenal tidaknya lembaga SD tergantung humas. Dalam hal publikasi, humas juga terbantu dengan kondisi internal yang kondusif. Seperti, nilai unas siswa yang terbaik pada tahun 2005 se Surabaya. Begitu juga, pada tahun 2006, siswa SD masih menduduki rangking ke-2 se Surabaya.
Untuk tingkat Kec. Mulyorejo, SD masih menduduki posisi tertinggi, baik kualitas akademik maupun kualitas diniyahnya. Humas, sebagai devisi baru memiliki tujuan, diantaranya:
a. Mengubah citra umum dengan adanya kegiatan baru yang dilakukan sekolah
b. Menyebar luaskan cerita sukses yang dicapai untuk mendapat pengakuan
c. Memperkenalkan organisasi untuk membuka peluang baru.
d. Mendidik pada masyarakat agar lebih efektif dan mengerti kemasalahatan organisasi
e. Meyakinkan khalayak bahwa organisasi selalu dinamis
Namun, sebelum humas mewujudkan tujuan program-program kehumasan yang telah dicanangkan, humas terlebih dulu malakukan analisis SWOT dengan cara sebagai berikut:
a. Menentukan visi-misi lembaga pendidikan, yang termasuk didalamnya pernyataan yang bersifat umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran (goals). Hal tersebut guna menciptakan grand design sekolah kedepanya.
b. Setelah humas membuat visi-misi, tujuan dan sasaran, barulah membuat company profile yang mencerminkan kondisi intern lembaga pendidikan baik dari sisi SDM, sarana dan prasarana maupun seluruh aset yang ada.
c. Setelah men-SWOT sisi internal lembaga, barulah humas melakukan analisis SWOT terhadap lingkungan eksteren lembaga, baik dari segi kapasitas, SDM, semangat kompetitif maupun kompetensi yang dimiliki secara umum.
d. Setelah humas melakukan analisis strenght dan weakness intenal dan eksternal lembaga pendidikan, barulah mengahasilkan peluang pilihan-pilihan yang bisa dijadikan pijakan dalam mengambil keputusan.
e. Setelah dihasilkannya beberapa pilihan barulah dilakukan proses identifikasi atas pilihan yang memenuhi tuntutan misi lembaga pendidikan.
f. Pemilihan strategi atas objective tahunan dan rencana jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut.
g. Mengembangkan objective tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objective jangka dan garis besar strategi.
h. Implementasi atas hasil-hasil diatas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada budget (anggaran) dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan sistem balas jasa yang memungkinkan.
i. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengembalian keputusan dimasa depan.
Dari hasil analisi SWOT diatas maka untuk merealisasikan tujuan-tujuan strategi kehumasan, maka humas membuat program-program, yaitu:
1. Publisitas
Publisitas mengupayakan pesan penjualan yang persuasif melalui media masa seperti buletin integral, situs integral, news letter dan video berdasarkan tema yang menarik.
2. Marketing
Maerketing adalah proses untuk mengenali, mengantisipasi dan memuaskan keinginan atau kebutuhan pembeli demi meraih laba. Cakupannya: pemilihan nama produk, metode dan gaya pengemasan, penentuan harga penjualan, distribusi serta penyediaan jasa purna jual
3. Sales promotion
Sales promotioan adalah aneka skema dan langkah jangka pendek dengan tujuan mengenalkan produk baru serta mempertahankan dan meningkatkan volume penjualan
4. Propaganda
Yaitu usaha berkesinambungan dengan tujuan menggalang dukungan bagi suatu pendapat, paham (kredo), dan kepercayaan.
Sifat emosianal, intelektual, spiritual (Politik dan agama) yang mengundang/menggalang kontroversi. Sasaran propaganda adalah kepuasan batin dan ada keperpihakan. Kesemua program-program tersebut sudah berjalan 80 persen. Seperti program humas untuk ruang lingkup internal dan eksternal, humas membuat media humas, seperti media Buletin Integral dan situs Integral (www.integral.sch.id). Program inti dan strategis humas kedepanya adalah pembentukan karakter khas sekolah. Sekolah yang ingin maju dan mampu bersaing adalah sekolah yang memiliki karakter khas, oleh karena itu, humas dengan jangka waktu yang cukup lama kedepannya akan membentuk ciri khusus sekolah SD Integral.
Humas SD I Luqman Al-Hakim selama ini hanya diurus oleh satu orang. Oleh karena itu, program-program yang digulirkan masih kurang optimal. Oleh karena itu, untuk optimalisasi program, humas berencana akan menambah personil humas.
Penambahan SDM tersebut akan dioptimalkan guna sebagai pengurus harian, dan bagian internal humas. Pada dasarnya, keberadaan lembaga humas sangat membantu sekolah dalam mengembangkan lembaga pendidikan. Yang paling urgent yakni pembentukan branding dengan karakteristik yang akan dibangun oleh humas. Dalam proses-proses inilah, kemudian, lembaga humas memiliki strategi-strategi kehumasan.
4. Tentang Sarana
Sejak berdirinya SD I Luqman Al-Hakim proses pengadaan sarana dan pemodernisasian berjalan bertahap. Namun, proses tersebut yaris berjalan optimal dan selalu mengarah kepada peningkatan yang signifikan. Dari setiap tahun ajaran baru, sarana edukatif SD I Luqman Al-Hakim makin representatif dan mencapai standar sekolah. Kelengkapan sarana pada tahun 2008 ini mencapai 80 persen. Pengadaan dan pemodernisasian sarana edukatif SD I Luqman AL-hakim diadakan dalam satu tahun melalui tiga tahap. Pertama, tiga bulan sekali (melalui RAPBS yang disusun pihak sekolah. Kedua, enam bulan sekali (dilaksanakan sesuai program RAPBS biaya). Ketiga, satu tahun sekali, (setiap tahun ajaran baru). Adapun sumber dana yang digunakan berasal dari yayasan melalui RAPBS yang disusun sekolah.
Yang bertugas mengelola sarana dan prasarana sekolah yaitu, petugas umum (PU) yayasan. Melaui prosedur unit operasional perawatan waka bidang sarana. Caranya bisa memalui progam kerja bagian sarana dan prasarana. Seiring dengan maju dan meningkatkan tekhnologi serta bertambahnya saingan, maka menambah dan memperbaharui sarana sangat diharapkan dan hal tersebut akan dilalaksanakan oleh pihak SD dan yayasan terutama dengan sesuai dengan prosedur yang ada
Dengan adanya kelenkapan sekolah, maka secara tidak langsung akan men-support seluruh agenda dan program yang akan dugulirkan ke depan. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan secara keseluruhan juga tergantung perkembangan dan kelengkapan sarana dan prasarana. Yang lebih signifikan, kelengkapan sarana yang ada akan memberikan citra bagus kepada masyrakat atas keprofessionalisme sebuah lembaga. Jadi, bila saran sudah kondusif dan representatif, maka hal tersebut dapat menjadi daya tarik bagi siswa baru yang akan mendaftar ataupun yang belum.
Pada dasarnya, peran Humas dalam bidang sarana baik pengadaan, pembaruan, dan penjagaan eduktif maupun non-adukatif tidak ada. Humas hanya menjembatani proyek-proyek terkait tentang pengadaan sarana dan prasarana. Salah satu yang telah dilakukan humas adalah menyerap aspirasi masyarakat terutama wali siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pengadaan sarana dan prasarana.
C. Analisis Data
Setelah peneliti melakukan wawancara, pengamatan lapangan, observasi, dan menganalisis dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan dari SD Integral Luqman Al-Hakim, setidaknya peneliti dapat melakukan deskripsi, klasifikasi dan komparasi dengan teori-teori yang ada.
Pada dasarnya, humas berperan aktif dalam pengembangan empat faktor pendidikan sarana, kesiswaan, kurikulum dan lembaga humas. Namun, peran humas atau strategi kehumasan tidak 100 persen kontribusinya untuk pengembangan empat faktor tersebut. Selain itu, strategi kehumasan yang dilakukan hanya bertumpu pada peningkatan braind image dan pembentukan public opinion.
Memang ada beberapa kesamaan antara strategi kehumasan yang dilakukan oleh humas SD I Luqman Al-hakim, yaitu:
Misi – Visi – Destination – Statement - Strategi Komunikasi
Adapun strategi komunikasi yang dilakukan dengan cara analisis situasi dengan menggunakan beberapa tahap.
1. Analisis situasi dapat dilakukan melalui observasi, riset, kuisioner, sikap opinion leaders.
2. penetapan tujuan. Bersifat spesifik dan dapat diukur.
3. penetapan public. Sekelompok orang, internal dan eksternal yang menjadi sasaran komunikasi organisasi.
4. pemilihan medium dan tekhnik
surat kabar, buletin internal, indentitas lembaga, buku sponsor dan temu wicara.
5. perencanaan anggaran
labor intensive, biaya overhead, dan alat kontrol pengukur pekerja.
6. Evaluasi hasil
Namun, kesemua strategi tersebut masih belum optimal 100 persen dilakukan oleh pihak humas SD Integral Luqman Al-hakim, mengingat SDM masih sangat minim. Dalam hal pengembangan pendidikan, SD I Luqman Al-Hakim masih bertumpu kepada empat faktor pendidikan, yaitu sarana, kesiswaan, kurikulum, dan lembaga kehumasan. Untuk masing-masing item tersebut, dalam proses pengembanganya berjalan secara bersinergis dan terkait.
Adapun peran humas dalam pengembangan pendidikan di SD I Luqman Al-Hakim, masih sebatas dalam tahap publisitas, komunikator, branding maker, dan menjaga keharmonisan hubungan baik di internal maupun eksternal lingkungan sekolah. Sumbanngsihnya terhadap empat faktor pendidikan tidak bersifat materi, namun lebih banyak non-materi.






BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesuai dengan tujuan dan yang diharapkan dari hasil penelitian dan analisis di atas, maka peneliti dapat meberikan kesimpulan sebagai berikut.
1. Strategi kehumasan yang dilakukan oleh humas/PR di SD I Luqman Al-Hakim Surabaya, menggunakan strategi kehumasan yang menitikberatkan pada pembentukan brading dengan program-program yang telah digulirkan.
2. pengembangan empat faktor pendidikan, yaitu sarana, kesiswaan, kurikulum, dan lembaga kehumasan lebih bersifat saling terkait, walau secara struktural telah memiliki job discription yang sudah jelas. Namun dalam hal ini, peran humas sangat besar dalam pengembangan pendidikan terutama lembaga dan citra sekolah.
3. humas, sebagai “corong” lembaga sekolah sangat besar kontribusinya dalam pengembangan empat faktor pendidikan. Dan bisa diibaratkan, tanpa peran humas, sekolah akan jalan di tempat/stagnan. Strategi kehumasan yang dilakukan humas lebih besar pada pembentukan branding melalui media-media komunikasi dan silaturahmi.




B. SARAN
Dari kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kerja humas kedepanya. Dengan demikian, pengembangan pendidikan melalui sarana humas dapat lebih efektif kembali.
1. Untuk hasil dan kinerja lebih optimal, maka seorang PR harus melakukan analisis SWOT (Strenght/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, Opportunies/peluang, dan treatment/ancaman). Meski tidak perlu menganilisis hal-hal yang berada di luar jangkauanya, seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi dari luar dan dalam lembaga pendidikan atas SWOT yang dimilikinya. Misalnya menyangkut masa depan sekolah, citra, kultur, serta potensi yang dimiliki lembaga pendidikan tersebut.
2. untuk terciptanya program humas yang efektif, maka diperlukan langkah pembuatan strategi humas. Yang termasuk di dalamnya pernyataan umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, visi-misi dan sasaran yang selalu dinamis dan sesuai dengan perkembangan zaman.











DAFTAR PUSTAKA

Ruslan, Rosady. ManejemenPublic Relation dan Media Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen, Jakarta: PT. Prenada Media

Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. Dasar-Dasar Public Relation, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Lexy J. Meleong. 2005. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek,
Jakarta : PT. Rineka Cipta

Agustinus, W Sri, Manejemen Strategik, Jakarta Barat: PT Penerbit
Binarupa Aksara

E. Mulyasa. Menjadi Guru Professional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Mulyadi, Usman dan Wiryakusumo, Iskandar. 1998. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT. Bina Aksara

Purwanto, Ngalim M. 1988 Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: PT.
Remajda Karya

Nawawi Hadari. 1986. Administrasi Sekolah, Jakarta: PT Ghalia Indonesia

Nasution, Zulkarnain. 2006. Manejemen Humas di Lembaga Pendidikan, Konsep, Fenomena, dan Aplikasinya, Malang: UPT. Penerbitan UMM

Soemirat, Soleh dan Ardianto, Alvinaro. 2003. Dasar-Dasar Public Relation Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Susilo, Joko Muhammad. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Elsbree and McNally. 1959. Elementary School Administration and Supervision, American Book Company. New york
Category: 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar