tag:blogger.com,1999:blog-26435297101894318592024-03-08T03:05:32.825-08:00Alawiyullah al-ghafuryM. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-59338531431116679712010-12-10T17:01:00.000-08:002010-12-10T17:03:41.674-08:00KEMAUAN YANG KERAS<http://www.blogger.com/post-create.g">Kemauan yang keras dalam diri manusia ibarat api yang menyala-nyala, artinya kalau kita analogikan dengan keinginanan yang saya maksud adalah menggunakan fisik untuk melakukan suatu amal sholeh yang tidak mengenal lelah, gelisah, resah dan galisah, itulah yang memang harus dimiliki seorang mujahid muda dan mudi islam. Karena tekad seorang pemuda dan pemudi semakin kokoh agamapun semakin kokoh. Karena ada sebagian para ulama’ mengatakan : Seorang wanita yang sholehah, berarti dia telah menegakkan agama, sedangkan wanita yang buruk amalnya, berarti dia telah merobohkan agama. <br />Begitu pula seorang pemuda apabila dia mempunyai tekad yang kuat dalam memperjuangkan agam Allah berarti dia adalah seorang panglima yang layak mendapatkan cendramata Allah yang tiada bandingannya didunia ini yaitu surga-Nya. Karena seorang mujahid yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi agama Allah pasti malaikat-Nya selalu menjaganya setiap melangkah. <br />Tekad yang kuat merupakan motivator utama yang harus dimiliki oleh seorang muslim khususnya bagi pemuda dan pemudi, karena mereka adalah sebagai estafeta perjuangan ummat yang telah dicontohkan oleh para sahabat-sahabat Nabi seperti Abubakar, Umar, Utsman dan Ali. Kalau mengingat tekad yang dimiliki oleh ’Umar bin Khottab yang asal mulanya beliau adalah dari kalangan kuraiys yang sebelumnya benci terhadap islam akan tetapi setelah beliau mendengan kalimat syahadatain hatinya terasa takut dan gemetar, akhirnya beliau masuk islam. Setelah beliau memahami tentang pelajaran islam beliau semakin semangat dalam menegakkan agama Allah, bahkan bagi seseorang yang tidak mau masuk dalam agama yang dapat menyelamatkan dirinya, Umar menumpasnya dengan pedangnya. <br />Tekad yang kuat bukan karena penampilan pakaian kalian akan tetapi kita melihat orang yang memiliki tekad yang kuat yang menampakkan diri dalam kesungguhan, menarik tali kekang dan tidak dikhinati dari kendali itu. Tatkala kita melihat hal yangmenakutkan, maka hati seorang pengecutpun menjadi lemas, ia merindukan kembali orang yang gagap dari kekohan, sementara ia dalam barisan jihad lebih tabah hatinya daripada kutub dalam orbitnya.M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-57958845952081290352010-12-03T18:22:00.000-08:002010-12-03T18:27:37.776-08:00MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN PESANTREN HIDAYATULLAH (Studi Deskripsi Pandangan Pendiri Hidayatullah, Ustad Abdullah Said)A. Latar Belakang<br />Secara historis ilmu manajemen berangkat dari seting sosial-ekonomi masyarakat Eropa yang sedang mengalami proses revolusi industri..Hal ini terlihat dari besarnya perhatian pada masalah efisiensi kerja manusia dan mesin yang ditempuh dengan jalan meneliti gerakan-gerakan dan waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang dan ternyata hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya. Sehingga perbandingan antara masukan dan keluaran semakin besar.1<br />Meskipun demikian sejatinya pengelolaan kehidupan manusia telah ada sejak zaman prasejarah. Kelompok pemburu pada umumnya menghargai dan patuh pada pemimpin atau sekelompok pengambil keputusan yang bertanggungjawab atas kesejahteraan kelompok itu. Dengan semakin membesar dan semakin rumitnya masyarakat, kebutuhan untuk berorganisasi dan memiliki manajer menjadi semakin jelas. Hal ini mendorong para ahli zaman itu untuk mempertimbangkan sifat manajemen secara intuitif.2<br />Hanya saja usaha untuk mengembangkan teori manajemen relatif baru saja dilakukan. Revolusi industri pada abad ke 18 dan 19 secara khusus menyebabkan tumbuhnya kebutuhan akan adanya pendekatan yang sistematik terhadap manajemen. Penggunaan teknologi baru pada waktu itu memusatkan bahan baku dan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar dalam pabrik. Barang-barang dihasilkan dalam jumlah besar dan harus didistribusikan secara luas. Kebutuhan untuk mengkoordinasi semua ini mendorong munculnya pendekatan sistematik terhadap manajemen.3 Sehingga bukan suatu hal yang aneh jika manajemen identik dengan bisnis atau perekonomian.<br />Akan tetapi sebagai salah satu cabang ilmu sosial, teori dan penerapan, ilmu manajemen telah menyentuh ke seluruh jenis organisasi dan seluruh aspek kehidupan, dari yang sifatnya pribadi hingga negara. Banyak buku yang telah dituliskan mengenai manajemen, dari mulai manajemen diri, manajemen organisasi, manajemen bisnis, hingga manajemen perang. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ilmu manajemen dibutuhkan oleh semua orang.4 <br /> Di antara sekian banyak sub manajemen, Manajemen Sumber Daya Manusia adalah bahasan yang paling populer dan banyak mendapat perhatian berbagai pihak. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara pasti menuntut perubahan-perubahan, tidak terkecuali lembaga pendidikan Islam. Semua itu dapat dilihat dari fenomena tumbuh-kembangnya program dan praktiik pendidikan Islam yang dilaksanakan di nusantara. Secara historis dalam hal ini setidaknya ada empat jenis pendidikan Islam Indonesia berdasarkan praktik pendidikannya: 1) pondok pesantren, 2) madrasah, 3) pendidikan umum yang bernafaskan Islam dan 4) pelajaran agama Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan umum sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah saja.5<br />Meskipun demikian sejatinya aktivitas kependidikan Islam ada sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi Adam dan Hawa), bahkan ayat al-Quran yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw adalah bukan perintah tentang shalat, puasa dan lainnya, tetapi justru perintah iqra’ (membaca, merenungkan, menelaah, meneliti atau mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan.6<br />Pada era globalisasi aktivitas pendidikan Islam secara mutlak membutuhkan sistem pengelolaan yang lebih baik lagi. Khususnya dalam rangka melestarikan dan mengokohkan peradaban Islam. Inilah yang nantinya disebut dengan manajemen pendidikan. Pada dasarnya manajemen merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu. Sedangkan manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan. Dengan demikian pengertian dari manajemen pendidikan Islam adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan Islam.7<br />Bagi masyarakat Indonesia, termasuk pondok pesantren, pengembangan sumber daya manusia merupakan sebuah keniscayaan. Kebutuhan tersebut semakin mendesak dengan kian cepatnya arus informasi dan mobilisasi sosial dari berbagai elemen bangsa di dunia. Khususnya bidang pendidikan yang kian kompetitif-deviatif yang jika tidak diupayakan gerakan penyeimbang akan mengancam sisi teologis umat Islam.<br /> Berdasarkan ketetapan MPR RI No. IV/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (1999:66) telah ditetapkan visi Bangsa Indonesia, yaitu : <br />terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.8<br /><br />Visi tersebut tentu sangat sulit untuk dapat direalisasikan oleh satu pihak, pemerintah sekalipun jika tanpa dukungan dan kontribusi riel masyarakat Indonesia. Salah satu lembaga pendidikan yang memungkinkan terwujudnya visi bangsa tersebut adalah pesantren yang eksistensinya telah teruji selama lebih dari 500 tahun. Karena peran pesantren sejak masa penjajahan dan khususnya paska kemerdekaannya, pesantren masih mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia. Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional dan sekaligus Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayan RI yang pertama menyatakan bahwa pondok pesantren merupakan dasar pendidikan nasional karena sesuai dan selaras dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.9<br />Terlebih kini pesantren telah memiliki “kemampuan” beradaptasi yang meyakinkan. Hal ini ditandai dengan lahirnya istilah pondok modern. Yakni pondok pesantren yang mengintegrasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah ke dalam sistem pendidikan di pesantren.10<br /> Meskipun demikian, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perang pemikiran yang kian memanas mengharuskan pesantren dapat mengatasi semua itu dan tampil sebagai fungsi yang seharusnya. Langkah pertama dan utama yang perlu mendapat perhatian serius adalah pengelolaan manajemen sumber daya manusia yang dimilikinya. Kecanggihan sistem dan kelengkapan perangkat yang ada tidak akan mengantarkan pada tujuan jika SDM yang dimiliki tidak memiliki kemampuan untuk mengelolanya dengan baik.<br /> Lahirnya Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) tidak lain adalah dalam rangka meningkatkan nilai tambah. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk hal tersebut adalah dengan melakukan pembangunan di bidang pendidikan nasional khusunya dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Untuk mewujudkan semua itu peran SDM dalam hal ini adalah guru dan seluruh elemen yang include dalam dunia pendidikan pesantren merupakan posisi strategis yang akan memberikan warna dan menentukan arah perjalanan bangsa ke depan.<br /> Guru adalah orang yang harus berkepribadian, berilmu, dan terampil dalam melaksanakan tugasnya. Guru juga orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal.11 Sederhananya guru adalah orang yang akan mewarnai kehidupan bangsa di masa-masa yang akan datang. Dalam Islam posisi guru adalah posisi yang sangat mulia.12<br />Oleh karena itu pesantren dengan wujudnya saat ini harus mampu menjawab tantangan zaman. SDM pendidikan dalam kondisi demikian adalah masalah fundamental yang harus segera teratasi. Uniknya di negeri ini terdapat salah satu pondok pesantren yang kehadirannya kini hampir menyebar di seluruh nusantara. Pondok Pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren Hidayatullah. Secara historis pesantren ini berdiri di pulau Kalimantan, tidak seperti pesantren pada umumnya. Hidayatullah juga bukan pesantren yang lahir dari ide dan kreativitas seorang kiai. Melainkan seorang aktivis dakwah yang dalam perjalanannya tidak melalui jalur pendidikan sebagaimana kiai pada umumnya.<br />Akan tetapi masyarakat secara umum tidak memberikan respon terhadap Pesantren Hidayatullah melainkan dengan tangan terbuka. Demikian pula halnya dengan pemerintah dan tokoh masyarakat setempat. Padahal jika memperhatikan setting sosial politik yang berkembang pada masa Pesantren Hidayatullah berdiri dan berkembang tidaklah cukup kondusif untuk gerakan syiar Islam. Dalam hitungan kurang dari 25 tahun sejak pertamakali hadir di Balikpapan kini Hidayatullah telah menjadi suatu ormas dengan pendidikan sebagai ikon gerakannya. Bahkan kini pesantren Hidayatullah dengan konsep pendidikakannya melalui sekolah-sekolah yang ada di cabang-cabang memiliki model pendidikan khas, yakni pendidikan integral.<br />Di sini peneliti melihat perlunya sebuah penelitian terhadap fenomena di atas khususnya yang menggunakan pendekatan manajemen. Manajemen tersebut adalah manajemen Sumber Daya Manusia. Sebagai salah satu sub bahasan dalam ilmu manajemen, manajemen SDM merupakan diskursus yang tidak pernah usai mengalami proses dinamisasi. Esensi dari adanya manajemen sumber daya manusia tidak lain adalah dalam rangka menemukan manusia-manusia yang tepat guna dalam rangka pencapaian suatu target dan tujuan sebuah organisasi. SDM yang terbaik dalam kaca mata John Chambers adalah manusia yang siap melakukan perubahan diri mengikuti ritme tradisi yang kita bangun serta siap untuk dimotivasi dan diarahkan menuju idealitas yang kita miliki.13<br />Karena peran SDM pada masa kini merupakan penentu bagi keberhasilan sebuah akitivitas yang dilakukan dalam suatu lembaga, organisasi, baik instansi Pemerintah, BUMN, atau Perusahaan-perusahaan Swasta, maka sangat diperlukan pemeliharaan dan pengembangan SDM, yang juga bisa dikatakan bahwa SDM adalah “aset organisasi”.14<br />Sebagai pesantren yang tidak lahir dari pemikiran seorang kiai, ditambah dengan kuantitasnya yang menyebar ke hampir seluruh kota di nusantara dengan pendidikan yang menjadi ikon gerakannya, timbul pertanyaan mendasar bagaimana semua itu dapat terjadi? Dalam teori manajemen peranan SDM memiliki peran serta fungsi penting bagi tercapainya tujuan organisasi15. Bahkan dalam perspektif visi yang dimiliki dapat diartikan bahwa Manajer yang berhasil di masa depan adalah manajer yang cepat tanggap, terbuka, profesional dan mempunyai visi human oriented (berorientasi kepada SDM) serta mengelolanya secara efektif dan mempunyai perspektif jauh ke depan.16 <br />Hidayatullah yang berangkat dalam bentuk pesantrennya merupakan fakta langka dan unik.17 Lazimnya organisasi yang tumbuh dan berkembang luas dengan basis yang cukup besar dan solid adalah organisasi masa, partai politik, organisasi kepemudaan atau mahasiswa seperti HMI, PII, GMNI, PMII, IMM dan lain sebagainya. Belum ada ditemukan suatu pesantren yang tersebar di seluruh nusantara yang memiliki pusat komando seperti Pesantren Hidayatullah. Istimewanya para pimpinan pesantren yang berada di daerah-daerah sebagian besar adalah orang-orang yang pernah hidup dalam gemblengan Ustadz Abdullah Said. Terlebih dalam dasawarsa pertama menjelang terbitnya era reformasi Hidayatullah telah memiliki tiga perguruan tinggi yang salah satunya juga konsentrasi dalam dunia pendidikan yakni STAI Luqman Al Hakim Surabaya yang sebagian besar alumninya mengemban amanah sebagai kepala sekolah.<br />Dengan demikian maka cukup beralasan jika peneliti menjadikan Manajemen SDM Pendidikan Pesantren Hidayatullah dalam Pandangan Ustadz Abdullah Said sebagai bahan penelitian dengan pembinaan sebagai fokusnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana manajemen yang Ustadz Abdullah Said terapkan dalam mengelola SDM pendidikann Pesantren Hidayatullah sekaligus sebagai upaya untuk mencari pokok-pokok manajemen yang dapat dikembangkan dan diteruskan dalam mengembangkan model pendidikan di Pesantren Hidayatullah di masa-masa yang akan datang. Penelitian ini belum pernah diungkap oleh peneliti terdahulu atau dinyatakan secara tegas perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan yang pernah dilakukan. Mengingat Ustadz Abdullah Said adalah subyek penelitian dengan Manajemen SDM Pendidikannya maka jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah yang akan menggunakan pendekatan deskriptif. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memenuhi target dapat memberikan manfaat bagi pengembangan SDM pendidikan pesantren, masyarakat pada umumnya dan Hidayatullah khususnya.<br />B. Rumusan Masalah<br /> Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini ialah Manajemen SDM Pendidikan Pesantren Hidayatullah Dalam Pandangan Ustadz Abdullah Said. Dikarenakan peristiwa tersebut telah terjadi di masa yang lalu maka pelacakan atas peristiwa-peristiwa serta penjabaran permasalahan tersebut, akan dipandu melalui pertanyaan berikut:<br />1.Bagaimana Manajemen SDM Pendidikan Pesantren Hidayatullah Dalam Pandangan Ustadz Abdullah Said yang Meliputi : Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi?<br />C. Tujuan Penelitian<br />Berangkat dari rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk :<br />1.Mengetahui Bagaimana Manajemen SDM Pendidikan Pesantren Hidayatullah Dalam Pandangan Ustadz Abdullah Said?<br />D. Manfaat Penelitian<br /> Manfaat penelitian ini adalah :<br />a.Manfaat Teoritis<br /> Secara teoritis hasil penelitian ini akan berguna untuk manajemen SDM pendidikan pesantren secara umum dan Pesantren Hidayatullah secara khusus. Kemudian dapat bermanfaat sebagai tambahan khazanah keilmuan khususnya pada masalah manajemen SDM pendidikan pesantren yang lebih efektif dan efisien dalam proses menuju tegaknya kembali peradaban Islam.<br />b.Manfaat Praktis<br /> Secara praktis hasil penelitian ini akan berguna bagi :<br />1.Pimpinan Cabang Pesantren Hidayatullah di seluruh tanah air khususnya dalam manajemen SDM pendidikan yang dimilikinya<br />2.Kepala Sekolah Integral Hidayatullah di tanah air <br />3.Kader-kader muda Pesantren Hidayatullah dalam menjalankan tugasnya merintis dan mengembangkan cabang pesantren di daerah-daerah<br />4.Menjadi referensi baru tentang manajemen SDM pendidikan pesantren<br />5.Memenuhi salah satu beban SKS jenjang strata satu <br />E. Ruang Lingkup Penelitian<br /> Penelitian ini berupaya mendeskripsikan Manajemen SDM Pendidikan Pesantren Hidayatullah Dalam Pandangan Ustadz Abdullah Said dengan sistem pembinaan sebagai fokus penelitian. SDM Pendidikan dimaksud adalah pengurus yang mengelola sekolah di Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan.<br /> Dalam rangka menghindari penafsiran ganda berikut penjelasan mengenai batasan-batasan dalam penelitian ini :<br />a. Variabel, adalah konsep yang mempunyi bermacam-macam nilai.18 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel aktif. Dengan demikian variabel dalam penelitian ini adalah Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan yang meliputi prinsip-prinsip pembinaan, metode dan materi pembinaan.<br /> b. Tempat atau lokasi dalam penelitian ini adalah Pondok Pesantren Hidayatullah Pusat Balikpapan di Kelurahan Tritip Kecamatan Balikpapan Timur. Karena di sanalah awal proses pendidikan Hidayatullah bermula dan berlangsung hingga saat ini. Adapun waktu yang menjadi bahan penelitian adalah sejak pertamakali berlangsungnya pendidikan pra formal sampai formal-klasikal di Pondok Pesantren Hidayatullah. <br />F. Definisi Operasional<br />Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahan persepsi dalam penelitian ini, maka berikut ini adalah penjelasan secara definitif terkait dengan kata-kata kunci dalam judul penelitian ini:<br />1.Manajemen SDM adalah mengelola Sumber Daya Manusia.19<br />2.Pembinaan atau dalam bahasa umumnya pengembangan yang berarti usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual dan moral.20 <br />3. Pesantren Hidayatullah adalah lembaga pendidikan Islam yang terletak di kawasan Balikpapan Timur tepatnya di Gunung Tembak Kelurahan Tritip Kec. Balikpapan Timur<br />4.Pandangan di sini bermakna paham atau pendirian21<br />5.Abdullah Said adalah Pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah di Balikpapan<br />6. Sistimatika Pembahasan<br /> Pada dasarnya pembahasan tersebut merupakan suatu sistematika yang saling terkait, dimana bagian yang satu merupakan pelengkap bagi bagian yang lain. Untuk memahami penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut :<br /> Bab pertama berisi pendahuluan yang merupakan permulaan dari pembahasan skripsi yang terdiri dari; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional, manfaat penelititan, metode penelitian dan sistimatika pembahasan.<br /> Bab kedua adalah kajian pustaka yang membahas tentang manajemen SDM Pendidikan yang meliputi :<br />Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Pembinaan. Dilanjutkan dengan Pendidikan yang meliputi pesantren dan pendidikan formal (sekolah)<br /> Bab ketiga adalah metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, jenis dan sumber data, subyek dan obyek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisa dan interpretasi data hasil penelitian.<br />Bab keempat adalah sajian hasil data penelitian yang meliputi :<br />a.Profile singkat Ustadz Abdullah Said<br />b.Pembinaan Ustadz Abdullah Said dalam MSDM pendidikan; Perencanaan, Pelaksaaan dan Evaluasi. <br />Bab kelima adalah penutup yang merupakan simpulan dan saran-saran untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan lebih lanjut.<br /><br />BAB II<br />KAJIAN TEORI<br /><br />A.PEMBINAAN SDM PENDIDIKAN<br /><br />1. Pendahuluan <br /> Pendidikan adalah nyawa kehidupan. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Melalui pendidikan suatu peradaban tegak dan menghegemoni. Sehingga untuk bangkit dan menjadi yang terbaik pendidikan adalah tolok ukur dari suatu keberhasilan.<br /> Pada bab II ini peneliti sekilas menuliskan proses pembinaan yang telah berlangsung dalam sejarah peradaban Islam. Dimulai sejak pembinaan dari zaman Nabi, kemudian sahabat dan selanjutnya Imam Ghazali. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa peneliti tidak mencantumkan pembinaan di zaman tabi’in dan tabi’ut tabi’in dan mengapa memilih Imam Ghazali. Pertama peneliti berkeyakinan bahwa pendidikan atau pembinaan yang berlangsung pasca khulafaur Rasydin tidak terlalu banyak mengalami tantangan eksternal yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihar dari gairah para penuntut ilmu yang begitu antusias dan sangat produktif. Sehingga banyak sekali karya monumental yang telah mereka hasilkan dan bermanfaat hingga masa sekarang.<br /> Sementara pada zaman Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali tantangan eksternal yang melanda umat Islam sungguh sangat kompleks. Pada saat yang sama kondisi internal umat Islam secara umum sedang mengalami instabilitas. Lebih dari itu Al-Ghazali sebagai ulama telah mampu merefleksikan nilai-nilai keyakinan itu dalam kehidupannya. Dia menulis kitab monumentalnya Ihya’ Ulumuddin pada saat dia telah memahami dan menjalani sampai pada akhirnya dapat merasakan nikmat merengkuh dan memeluk kebenaran ajaran Islam. <br /> Mengadaptasi keberhasilan para ulama terdahulu dalam melakukan proses pendidikan untuk kepentingan masa depan umat Islam kontemporer bukanlah suatu kekeliruan. Peneliti melihat masalah fundamental yang dialami umat Islam khususnya institusi pendidikan adalah lemahnya pengetahuan dan keyakinan akan kebenaran konsep pendidikan dalam Islam. Hal ini dapat kita lihat dari kualitas dan orientasi pendidikan yang kini banyak mengalami pergeseran. Akibatnya alumni lembaga pendidikan Islam belum dapat dijadikan diharapkan apalagi dijadikan sebagai figur uswatun hasanah.<br /> Beralih pada masa sekarang berdasarkan ketetapan MPR RI No. IV/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (1999:66) telah ditetapkan bahwa visi Bangsa Indonesia, yaitu : terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.22<br /> Untuk mewujudkan visi dimaksud tentu manajemen memiliki peran penting, utamanya manajemen sumber daya manusia. Tetapi perlu diketahui bahwa dalam sejarahnya manajemen tidak lepas dari pengaruh agama, tradisi, adat istiadat, dan sosial budaya. Sebagai agama wahyu Islam memandang manajemen berdasarkan pada teologi, yakni potensi positif dalam setiap insan yang dilukiskan dengan istilah hanif. Yakni sebuah watak yang akan menjadi penyebab manusia untuk cenderung memilih yang baik dan benar dalam seluruh kehidupannya. Sedangkan penilaian terhadap baik dan buruk akan sangat tergantung terhadap latar belakang kehidupannya.23 <br /> Mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin hanya bisa dicapai melalui pendidikan yang dikemas dengan manajemen yang berdasarkan teologi Islam24. Terutama dalam rangka melakukan perlindungan bangsa atas penetrasi budaya Barat yang destruktif. Dengan demikian maka Manajemen SDM pendidikan merupakan satu sisi yang harus mendapat perhatian serius setiap elemen bangsa ini khususnya kepala sekolah dan guru. <br /> Kepala sekolah dan guru dalam hal ini adalah ujung tombak dari setiap kebijakan atas semua program pendidikan di tanah air. Aturan main, sistem, perundang-undangan yang diberlakukan dalam dunia pendidikan muaranya kembali pada makhluk yang bernama guru atau SDM pendidikan. SDM pendidikanlah yang akan melaksanakan secara operasional segala bentuk pola, dan geraknya sehingga tujuan pendidikan benar-benar dapat terealisasi dengan baik.<br /> Oleh karena itu pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia pendidikan sebagai suatu proses pemberdayaan, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia - yang menguasai pengetahuan, keterampilan, keahlian serta wawasan yang sesuai dengan perkembangan IPTEK – menjadi sebuah keniscayaan. Wawasan yang diperlukan dalam era gobalisasi adalah kemampuan untuk memandang jauh ke depan, wawasan mutu dan kekaryaan, serta wawasan inovasi dan perubahan yang sesuai dengan nilai dan sikap yang berkembang dalam masyarakat.25<br /> Secara sederhana, Manajemen Sumber Daya Manusia pendidikan diperlukan setidaknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai SDM pendidikan itu sendiri. Apakah guru-guru telah memiliki kualifikasi yang memadai? Apakah guru-guru memiliki kualitas profesionalisme? Dan apakah guru-guru benar-benar dapat menjadi figur bagi siswa-siswinya?<br /> Lahirnya MSDM tidak lain adalah dalam rangka meningkatkan nilai tambah berupa produktivitas dan kepuasan26. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk hal tersebut adalah dengan melakukan pembangunan di bidang pendidikan nasional, khususnya dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Untuk mewujudkan semua itu peran SDM dalam hal ini adalah guru merupakan syarat mutlak yang nantinya akan menentukan arah perjalanan bangsa selanjutnya. <br /> Suatu fakta bahwa pendidikan telah memberikan hasil yang memuaskan dalam mengatasi persoalan-persoalan dan hajat hidup orang banyak, baik di bidang perbaikan sistem politik, sosial, ekonomi, maupun sosial budaya. Disebutkan juga bahwa pembaruan yang menyeluruh terjadi di Jepang karena adanya pengaruh investasi pendidikan. Dengan demikian pendidikan memiliki arti dan posisi yang mendasar dan mutlak yang menuntut perhatian serius. Sehingga tidak berlebihan jika posisi pendidikan seharusnya dijadikan sebagai “public good”. 27<br /> Sehingga bukan suatu hal yang aneh dan perlu dicurigai jika kemudian lembaga pendidikan Islam dalam hal ini pondok pesantren turut berupaya untuk dapat mengemas, mendesain dan menampilkan institusinya sebagai lembaga pendidikan yang terbaik dengan tetap menjadikan normativitas Islam sebagai landasan. Oleh karena itu upaya penerapan manajemen yang tepat dan benar - manajemen sumber daya manusia pendidikan - adalah suatu aspek yang perlu mendapat perhatian serius dari para pengelola pesantren, masyarakat dan pemerintah. Jika pemerintah bersinergi untuk melestarikan nilai dan budaya negeri ini, maka pesantren sebagai lembaga pendidikan formal tertua dan terbesar di tanah air sangat layak untuk dipertahankan, dikembangkan dan ditingkatkan. Sebab pesantren adalah ciri khas pendidikan di tanah air yang telah mengiringi sejarah perjalanan bangsa ini.28<br />2. Manusia dan Pendidikan<br /> Berbicara pendidikan tidak bisa lepas dari bahasan mengenai manusia.29 Karena subyek dan obyek dalam pendidikan itu sendiri tiada lain kecuali manusia. Maka pengetahuan komprehensif mengenai manusia menjadi pokok permasalahan yang harus segera terpecahkan. Hal ini tentu penting mengingat arah pendidikan akan ditentukan oleh pemahaman individu terhadap hakekat manusia itu sendiri.<br /> Ismail Yusanto menegaskan bahwa sudah semestinya setiap manusia memahami hakikat hidupnya di dunia. Dalam perspektif Islam hidup manusia merupakan perumusan komprehensif dari tiga pertanyaan mendasar Dari mana manusia berasal, untuk apa manusia hidup, serta kemana manusia setelah mati? Pemahaman ini akan menentukan corak atau gaya hidup seseorang.30 <br /> Dalam Islam menjadi sebuah keniscayaan untuk memahami secara baik akan hakikat manusia. Dan tidak ada bahasan komprehensif yang paling tepat mengenai manusia melainkan dalam Islam itu sendiri. Ini berarti manusia yang memahami hakikatnya adalah individu yang memahami Islam dengan baik. Sehingga dalam operasionalnya nanti pendidikan Islam harus selalu memberi arah terhadap hidup kita, agar umat Islam terhindar dari serbuan pengaruh-pengaruh pemikiran asing yang menyesatkan.31<br /> Pendidikan Islam menghendaki terlahirnya manusia yang baik, yakni manusia yang memelihara dan menjaga nilai-nilai kefitrahannya. Fitrah dimaksud adalah komitmen jiwanya akan status dan hakikat dirinya di tengah kosmos yang luas ini. Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an Surat al-A’raf ayat 172 yang artinya :<br />Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"<br /> Berdasarkan pada ayat tersebut Sahminan Zaini menegaskan bahwa pendidikan Islam adalah sebuah upaya yang berorientasi pada pengembangan fitrah manusia dengan ajaran agama Islam, agar terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.32 Bahkan dalam Islam tujuan pendidikan adalah untuk merealisasikan misi Tuhan dibalik penciptaan manusia itu sendiri.33 <br /> Hal ini tentu berbeda dengan pengertian pendidikan yang dipahami oleh kebanyakan orang. Dimana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian yang sesuai dengan nilai-niai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Istilah pendidikan juga dipahami sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.34<br /> Menurut UU No. 20 th 2003 Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketermapilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.35<br /> Lebih mendalam adalah tujuan pendidikan yang ditegaskan oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas bahwa <br />tujuan pendidikan menurut Islam bukanlah untuk menghasilkan warga negara yang baik dan tidak pula pekerja yang baik. Sebaliknya tujuan tersebut adalah untuk menciptakan manusia yang baik. Sehingga hal utama yang perlu ditekankan (dalam pendidikan) adalah nilai manusia sebagai manusia sejati bukan nilai manusia sebagai entitas fisik yang diukur dalam konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaannya bagi negara masyarakat dan dunia.36<br /><br /> Secara lebih mudah untuk memahami tujuan pendidikan Islam adalah apa yang ditulis oleh Adnin Armas, M.A dalam salah satu artikelnya bahwa tujuan utama penddidikan Islam adalah mencari rido Allah SWT. Yakni dengan terlahirnya individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, negara dan umat manusia secara keseluruhan. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan sistem yang mendukung terlahirnya manusia yang baik, yakni terwujudnya kedisiplinan jiwa dan akal. Sehingga akan tercipta integritas anatara ilmu dan amal, fikir dan dzikir, akal dan hati yang kesemua itu benar-benar dapat terwujud manakala anak didik telah dapat menjadikan Islam sebagai pandangan hidup atau paradigmanya dalam memandang kehidupan ini37<br /> Sekalipun terdapat perbedaan38, secara hakiki tujuan pendidikan dimanapun adalah untuk peningkatan kualitas. Akan tetapi sebagai muslim sesuatu yang sangat mendasar dan tidak boleh alpa dari tujuan pendidikan adalah kesadaran akan hakikat dirinya sebagai hamba Allah sekaligus khalifah-Nya. Mengacu pada hal tersebut, dapat kita temukan banyak catatan sejarah mengenai pendidikan. Mulai masa pra Islam sampai masa modern kontemporer. Salah satu wujudnya adalah pembinaan.<br /> Secara bahasa pembinaan memiliki makna penyempurnaan atau perbuatan membina39 Ini berarti bahwa pembinaan telah mewakili kata pemberdayaan dan pengembangan. Sebab keduanya berujung pada tercapainya keadaan lebih baik atau kesempurnaan yang menjadi sebuah tuntutan dan tujuan dari suatu proses. Dalam proses pembinaan setidaknya ada tiga hal mendasar yang memiliki tingkat keterkaitan yang erat, yakni prinsip, metode dan materi yang kemudian dikemas dalam planning, actuating dan controlling yang benar.<br />B. PEMBINAAN SDM<br /> Secara umum pembinaan dimaksudkan untuk memperoleh individu-individu yang berkualitas, mulai dari idealisme hingga profesionalisme dan loyalitas. Disamping itu pembinaan diharapkan mampu membentuk sensifitas guna merespon segala perubahan dengan tepat dan benar.40 <br /> Pada masa kontemporer pembinaan menjadi semakin urgen dan menentukan. Hal ini tentu dipengaruhi oleh berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Berbagai pendekatan, metode, dan strategi baru pembelajaran ditemukan dan dicoba, untuk diimplementasikan41. Salah satunya adalah pesatnya peningkatan kemampuan SDM pendidikan yang kini cenderung kepada istilah profesionalisme. <br />1. Pembinaan di Zaman Nabi<br />Berbicara tentang manusia khususnya mengenai pendidikan maka tidak ada yang lebih baik untuk diadopsi dan diaplikasikan modelnya melainkan beajar dari sejarah Nabi Muhammad SAW. Hal ini tentu karena Allah telah menginformasikan kepada umat manusia bahwa Nabi Muhammad adalah uswatun hasanah42 Dengan kata lain pendidikan yang tidak mengacu pada model pendidikan (pembinaan) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah tidak sempurna.<br />Secara eksplisit hal ini dikarenakan pembinaan yang dilakukan memiliki banyak keistimewaan. Setidaknya sebagaimana dipaparkan berikut43 :<br />Bertujuan mencapai cita-cita luhur dengan memperhatikan sepenuhnya terhadap pembinaan potensi manusia sehingga menjadi suatu pembinaan yang serasi dan seimbang dalam segala aspek, baik jasmani maupun rohani, perasaan dan rasio maupun pergaulan, akhlak, kelestarian lingkungan hidup dan perikemanusiaan. Sehingga setiap pribadi memiliki jiwa yang dinamis dan semangat kerja untuk membangun lingkungan hidup yang efektif dan efisien.<br />Jalur tersebut merupakan suatu sistem pendidikan manusia seutuhnya dan sekaligus merupakan qudwah dan teladan yang baik dari dalam pendidik itu sendiri.<br />Dampak dari pendidikan Rasulullah SAW ini telah membawa sahabat beliau kepada pola hidup sederhana dan seimbang antara dunia dan akhirat serta memberikan kesempatan bagi manusia untuk dapat menikmati kehidupan alam yang indah, disamping menunaikan kewajibannya berbakti dan beribadah kepada Allah yang maha pencipta.<br />Membawa manusia kepada fithrahnya, menyeru setiap jiwa untuk mengenal dan mensyukuri karunia Allah yang maha pengasih dengan jalan merenungkan dan mengambil i’tibar dari kejadian alam semesta khususnya kejadian dirinya sendiri.<br />Dalam jalur ilmu pengetahuan, beliau sebagai pendidik menaruh perhatian penuh terhadap asas utama dari cara mendidik.44<br />Dalam jalur akhlak dan budi pekerti Allah memuji nabinya sebagai manusia yang memiliki akhlak yang agung.45<br />Dalam jalur ibadah dampak ibadah dan pendidikan iman tercermin dalam setiap perilaku kehidupan para sahabat beliau dan dengan ibadah tersebut telah membangkitkan semangat juang dan jiwa besar dalam hati mereka untuk tunduk patuh kepada segala perintah Allah SWT.<br />Dalam jalur dakwah. Sejak rasa iman dan taqwa terhujam di dalam hati dan jiwa mereka segera bangkit untuk berjuang menegakkan hak dan menghancurkan yang bathil serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam ke seluruh pelosok alam sekitarnya, sekalipun halangan dan rintangan datang bertubi-tubi sehingga harus hijrah meninggalkan kampung halaman dan sanak keluarga.<br />Di sini dapat diketahui bahwa dasar pembinaan Nabi Muhammad SAW adalah penanaman aqidah islamiyah yang benar. Karena dari aqidah inilah akan terbentuk pandangan hidup Islam yang sesungguhnya.<br />2. Pembinaan di Zaman Sahabat<br /> Tiada suasana lebih indah dari pada apa yang telah dialami oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Kesetiaan dan loyalitas serta kebersamaan menjadi suatu yang banyak mendominasi perjalanan dakwah Rasulullah SAW. Semua ini terjadi karena Rasulullah SAW memang benar-benar wujud manusia, guru dan pemimpin yang sempurna. Antara lisan dan perbuatan ibarat sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Sehingga bukan suatu hal yang aneh jika kecintaan para sahabat kepada Rasulullah SAW adalah energi terbesar yang tak tertandingi. Karena itulah iman yang telah mencapai kesempurnaannya..<br /> Para sahabat mendapatkan pembelajaran dan pembinaan dari Rasulullah SAW melalui berbagai media. Melalui diskusi, taushiyah maupun peristiwa. Hal ini dapat dilihat dari hadits-hadits yang menceritakan tentang suatu kejadian ataupun peristiwa. Di samping itu pembinaan juga berlangsung di masjid-masjid. Karena etape awal sejarah pendidikan Islam, pembinaan pertama berlangsung secara kontinyu adalah di dalam atau area sekitar masjid.46<br />3. Pembinaan di Zaman Imam Ghazali<br /> Pembinaan pada masa Al-Ghazali tergolong pembinaan yang baru. Kurikulum, metode dan sistem pengajaran di sekolah bercorak Islami yang menggabungkan bidang aqidah, tazkiyah dan fiqih. Pembinaan ini berlangsung secara sistematis dalam sebuah institusi pendidikan yang populer dengan nama madrasah.47 <br />Saat itu pendidikan ditujukan pada pembinaan mental para pelajar. Tujuan pendidikan mental tersebut adalah pendidikan yang mengarah pada lahirnya para pelajar yang menjauhi noda-noda dan senantiasa mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW baik dalam cara berpikir, emosi dan nilainya serta menjadikan beliau sebagai petunjuk dan teladannya. Sehingga keteguhan hati untuk berpegang teguh dengan sunnah dalam segala aktivitas dan memiliki sift-sifat yang intinya adalah mujahadah dan meneladani karakter orang-orang yang memiliki keteghan azam (Ulu al ‘Azm)48<br />Secara khusus tujuan pembinaan yang dilakukan oleh Al-Ghazali adalah 1) melahirkan generasi baru ulama dan elit pemimpin yang mau berbuat dengan pemikiran yang bersatu dan tidak terpecah-pecah, saling melengkapi bukan saling menjegal, dan memiliki tujuan yang tulus untuk Allah SWT serta sesuai dengan tuntunan risalah Islam. 2) Memfokuskan perhatian untuk mengatasi patologi krusial yang menggerogoti umat dari dalam dari pada sibuk dengan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh patologi-patologi tersebut.49 <br />Sejalan dengan uraian di atas, Al-Ghazali sampai pada uraian mengenai kriteria guru yang baik. <br />Menurutnya bahwa guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya, dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagi ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik, dan mengerahkan muridnya.50<br /><br /><br /><br /><br />4. Prinsip Pembinaan<br />Berbicara pendidikan maka kita harus mengetahui secara benar hakikat dan fungsi manusia. Karena pendidikan hanya berlaku untuk manusia dan bukan yang lain. Berdasarkan pada penjelasan al-Qur’an manusia adalah makhluk yang memiliki sifat ganda yakni jiwa dan raga. Dalam hal ini para ahli sepakat bahwa teori dalam praktik pendidikan Islam itu sangatlah dipengaruhi oleh pandangan tentang fitrah manusia51<br />Karena fitrah merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga maka proses pendidikan dan pembinaan demi lestarinya fitrah tersebut adalah sebuah keniscayaan. Dalam pandangan DR. dr. Wahjoetomo ada dua alasan pembinaan dilakukan <br />1.Manusia dilahirkan dalam kondisi fitrah (suci) sehingga ketika muncul berbagai kerusakan, maka pembinaan (melalui lembaga pendidikan) merupakan benteng utama untuk memurnikan dan memelihara fitrah tersebut.<br />2.Manusia pada dasarnya berpotensi menerima kebaikan dan keburukan. Pembinaan diperlukan dalam rangka mewaspadai kecenderungan untuk melakukan yang buruk dan senantiasa memilih hal-hal yang baik. 52 <br />Alasan tersebut didasarkan pada ayat al-Qur’an yang berbunyi :<br /> <br />Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. al-Syam :8-10)<br /><br />Pembinaan bertujuan untuk mendapatkan orang yang tepat yang dapat diharapkan untuk melanjutkan estafet perjuangan dengan memegang jabatan atau pekerjaan penting. Orang yang diharapkan tersebut kita kenal dengan istilah kader. Perjuangan akan mengalami stagnasi tanpa adanya pengkaderan. Dalam proses pengkaderan53 (pembinaan) sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW bahwa Addabaniy Rabbiy fa Ahsana ta’diibiy (Rabbiku yang mendidikku, maka Dia menjadikan padaku sebaik-baik sifat beradab)54<br />Inilah esensi dari sebuah pendidikan yakni menciptakan manusia-manusia beradab. Adab itu sendiri mengandung makna pengetahuan yang mencegah manusia dari kesalahan-kesalahan penilaian. Adab juga berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis sesuai dengan berbagai-bagai tingkat dan derajat-tingkatan mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah intelektual maupun ruhaniah seseorang.55<br /> Di sisi lain pembinaan lebih identik dengan gerakan dakwah. Salah satu di antaranya disebabkan oleh fase Makkah yang gerakan dakwahnya fokus pada masalah akidah. Padahal pada saat yang sama transformasi nilai untuk membentuk worldview Islam juga berlangsung. Hanya saja antara pendidikan dan dakwah adalah dua kegiatan yang sulit untuk dipisahkan.56 Sejarah Nabi Muhammad SAW misalnya, banyak yang menganggap segala hal yang dialami baginda Nabi merupakan proses pembinaan dari Allah SWT. Pada akhirnya muncul istilah pembinaan melalui kejadian, pembinaan melalui amalan-amalan hati, pembinaan melalui akhlak dan pembinaan individu.57<br />Dalam dua fase dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah dan Madinah setidaknya ada dua fokus pendidikan atau pembinaan kala itu. Pertama pada fase Makkah, pendidikan atau pembinaan berkisar pada masalah akidah, baca tulis Al-Qur’an dan implementasi dalam bentuk amal, ibadah serta akhlak yang agung. Sedangkan pada fase Madinah pendidikan atau pembinaan mulai mengalami perkembangan disamping baca tulis Al-Qur’an juga ada pelajaran tajwid, memanah dan menghafal58<br />Guru59 dalam segala hal adalah tauladan, figur dan pembimbing yang diharapkan dapat mengantarkan kehidupan masa depan generasi penerus ke arah yang lebih baik. Hal ini karena Guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam di sekolah/ madrasah pada dasarnya merupakan pewaris Nabi, serta pewaris dan pelanjut dari usaha-usaha dari para pendahulunya untuk mempertahankan dan atau mengembangkannya dalam konteks pendidikan formal di sekolah/ madrasah, sehingga masyarakat religius (yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa), yang menjadi cita-cita pembangunan bangsa dan negara Indonesia dapat terus maju.60<br />Dengan demikian menjadi semakin jelas bahwa dalam dunia pendidikan pembinaan merupakan suatu keniscayaan. Jika pembinaan terhadap murid atau siswa memiliki posisi yang penting dalam upaya mewujudkan masyarakat madani maka upaya membina guru-guru atau SDM pendidikan dalam segala hal jauh lebih utama. Apalagi jabatan guru merupakan pekerjaan mulia dan agung, karena dia merupakan ujung tombak untuk mencerdaskan bangsa.<br />Akan tetapi pembinaan juga berlaku dan menjadi ciri khas pada banyak komunitas atau organisasi. Partai Keadilan Sejahtera misalnya, dalam hal pembinaan setidaknya ada tiga prinsip yang mereka terapkan yakni, pembinaan harus bersifat interaktif, responsif dan memicu terbentuknya iklim fastabiqul khairat.61<br />Dalam manhaj Pondok Pesantren Hidayatullah dua surat yang diturunkan pada masa awal kenabian adalah prinsip pembinaan yang diterapkan sejak lembaga ini eksis. Yakni 5 ayat surat Al-‘Alaq dan 7 ayat dari surat Al-Qalam. Dua landasan ideal inilah yang mengiringi dan mengantar Pondok Pesantren Hidayatullah pada perjalanannya hingga saat ini. <br />C. MANAJEMEN PEMBINAAN SDM PENDIDIKAN<br /> SDM pendidikan yang dimaksudkan dalam hal ini tidak lain adalah guru dan seluruh elemen yang terkait dalam pengelolaan pendidikan. Sebagaimana diungkapkan dalam latar belakang, bahwa ujung tombak dari semua persoalan pendidikan pada akhirnya kembali pada guru. Seorang guru dituntut untuk memberikan perhatian sebesar-besarnya bagi mutu pendidikan. Di pundak gurulah kualitas suatu bangsa terbentuk, stabilitas negara terjaga dan kejayaan bangsa akan bertahan. Tanpa guru semua itu akan runtuh dengan sendirinya.<br /> SDM pendidikan (guru) adalah sosok dengan kepribadian yang utuh; sebagai pendidik, pemimpin dan pejuang (mujahid). Dengan demikian setiap guru mesti terlibat secara langsung dalam proses idealisasi menuju citra diri yang dalam aktifitas dan peranannya senantiasa dituntut untuk merealisasikannya.<br /> Dalam bahasa organisasi, baik masyarakat maupun mahasiswa dan kepemudaan guru lebih dikenal dengan istilah pengader. Dalam HMI pengader HMI harus mampu menempatkan dirinya sebagai uswatun hasanah, memulai dari diri sendiri (ibda’ binafsihi).62 Hal ini agar guru benar-benar dapat mendapatkan kriteria sebagai manusia agung sebagaimana Rasulullah SAW yang semua itu hanya dapat dilakukan dengan baik melalui sebuah manajemen melalui sebuah pembinaan. Terkait dengan masalah pembinaan ini ayat di bawah ini dapat dijadikan bukti nyata pentingnya sebuah pembinaan untuk dilakukan, firman-Nya: <br /> <br />Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (Q.S. al-Nisa : 9)<br /><br />1. PERENCANAAN <br /> Secara umum dapat dipahami bahwa perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan fungsi utama yang harus dilaksanakan dalam organisasi, guna menjamin tersedianya tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai posisi, jabatan, dan pekerjaan, yang tepat pada waktu yang tepat. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan ditetapkan.63<br />Tampak bahwa kata tepat merupakan kata kunci dalam berbagai kontekstual yang mencakup (a) Penunaian kewajiban sosial organisasi, (b) pencapaian tujuan organisasi, dan (c) pencapaian tujuan-tujuan pribadi dari pada anggota organisasi. Maka di sini dapat dimengerti bahwa perencanaan SDM berkaitan dengan pengidentifikasian persoalan-persoalan (problems), ancman-ancaman (threats) dan peluang-peluang (opportunities) atau PTOs, dalam organisasi dan lingkungan organisasi.64<br />Sehingga tidak berlebihan jika ada anggapan bahwa kedudukan perencanaan sejajar dengan data statistik - yang diterima sebagai sebuah metode ilmiah – dalam banyak bidang kehidupan. Bahkan perencanaan merupakan ciri cara ilmiah yang paling menonjol. Karena perencanan adalah proses awal untuk menentukan langkah dalam menghadapi berbagai kemungkinan masa depan, memastikan tujuan yang hendak dicapai, dalam fase-fase waktu yang pasti sesuai dengan skala prioritas tertentu.65<br />Hal ini dapat dimengerti mengingat tanpa sebuah perencanaan yang baik suatu pekerjaan tidak akan pernah sampai pada tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu perencanaan adalah keniscayaan bagi siapa yang ingin berhasil tidak terkecuali bila seorang muslim mengharapkan rido dan surga dari Allah SWT.66 Karena perencanaan merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas. Sebagaimana firman-Nya <br /> <br /> <br />Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Q.S. Shaad : 27)<br /><br />2. PELAKSANAAN<br />Bukan suatu yang berlebihan jika tujuan pendidikan adalah untuk melahirkan manusia yang baik. Karena melalui pendidikanlah transformasi nilai dapat berlangsung dengan baik. Dengan demikian maka sebagai tindak lanjut dari perencanaan yang telah dicanangkan tindak lanjut berupa pelaksanaan menjadi ajang pembuktian kesungguhan dan konsistensi dari arah yang telah ditetapkan sebagai media untuk mencapai tujuan yang diharapkan. <br />Program pendidikan yang dijalankan merupakan manifestasi dari sebuah tujuan yang terangkum dan terperinci dalam sebuah planning. Dalam hal ini peneliti akan mengambil pendidikan yang dijalankan oleh Al-Ghazali67 dalam membina para murid-muridnya dalam institusi pendidikan yang didirikannya sendiri (madrasah). <br />Al-Ghazali sangat menghindari praktik pendidikannya dari unsur-unsur dikotomis. Disamping mengajarkan fiqh dia juga mengajarkan murid-muridnya membentuk kerangka utuh yang menggabungkan seluruh ilmu agama seperti tawhid, tasawuf dan fiqh. Ia juga menggabungkan antara ilmu agama dengan keterampilan duniawi karena semua ilmu – dalam perspektif Al-Ghazali- bersifat Islami, hanya saja terbagi menjadi syar’i dan tidak syar’i. Ilmu-ilmu syar’i bersumber dari ajaran para Nabi, sedangkan ilmu-ilmu tidak syar’i adalah hasil inovasi akal, seperti ilmu kedokteran dan aritmatika.68<br />Bidang-bidang kurikulum yang disentuh oleh Al-Ghazali sangat sesuai dengan bidang-bidang yang dijelaskan oleh paradigma pendidikan yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Hal ini dapat dilihat dari empat bidang yang dianggapnya penting yaitu:<br />Pertama, Membangun aqidah Islam. Bertujuan membentuk aqidah yang jelas dan dinamis yang berperan sebagai ideologi yang menjelaskan dan mengarahkan berbagai macam kebijakan. <br />Kedua, Pendidikan jiwa dan kemauan (Iradah). Bertujuan meningkatkan kualitas manusia dari derajat tunduk kepada dorongan syahwat dan nafsu menuju derajat Ubudiyah (totalitas kepasrahan) kepada Allah, di mana seorang individu mampu membebaskan diri dari belenggu nafsu atau takut agar dapat bertindak sesuai dengan kehendak Allah SWT, dengan rasa puas dan suka hati.<br />Ketiga, Mengkaji ilmu-ilmu fiqh dan seluruh sistem serta prinsip yang diperlukan untuk mengimbangi pola muamalat yang berlaku pada masa itu dan permaslahan-permasalahan masyarakat yang ril dan senantiasa berkembang. <br />Keempat, Bidang hikmah atau persiapan fungsional. Meurut Al-Ghazali, wilayah ini mencakup seluruh bentuk kebijakan, manajemen dan profesi yang dibutuhkan oleh masyarakat saat itu serta tatacara penempatan masyarakat di semua sektor sesuai dengan kesiapan dan kemampuannya. Al-Ghazali juga menjelaskan bahwa ilmu-ilmu dalakm wilayah ini tidak terbatas pada apa yang telah diketahui oleh manusia saat itu, namun akan banyak lagi ilmu-ilmu yang muncul di masa mendatang disebabkan oleh tabiat kehidupan yang terus berlanjut dan kebutuhan manusia yang senantiasa berkembang. 69<br />3. PENGAWASAN<br />Pengawasan saat ini lebih populer dengan istilah evaluasi. Praktis seluruh bidang kehidupan memerlukan evaluasi dalam prosesnya. Setidaknya untuk mengetahui seberapa besar perubahan dan hasil yang dicapainya. Terkait dengan dunia pendidikan selain mengevaluasi siswa kepala sekolah atau departemen pendidikan perlu mengevaluasi sumber daya pendidikannya atau guru khususnya kinerjanya selama ini. Karena kinerja merupakan indikator dari ketaatan, loyalitas dan pemahaman.<br />Dalam hal ini yang dimaksud adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tangggung jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.70 <br />Dengan demikian evaluasi atau pengawasan juga memiliki peran strategis dalam proses menggapai tujuan sebuah organisasi. Dengan kata lain dalam perjalanannya antara perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan harus berjalan secara bersamaan dan dilakukan secara simultan.<br />4. LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM<br />Secara historis pendidikan Islam bermula sejak Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk pertamakalinya di gua Hira. Bahkan dalam manhaj Sistematika Nuzulnya Wahyu proses pendidikan telah berlangsung sejak masa pra wahyu sehingga Muhammad benar-benar siap untuk menjalani pendidikan dari Allah SWT.<br />Pendidikan yang terjadi pada masa Nabi Muhammad terjadi melalui dua cara, pendidikan langsung melalui perantara Isra’ Mi’raj dan pendidikan tidak langsung melalui Malaikat Jibril AS. Pendidikan yang dialami Nabi Muhammad ini adalah pendidikan yang sumbernya paling jelas yakni dari Allah SWT.71<br />Selanjutnya Nabi Muhammad SAW mengajarkan ilmu yang diterima dari Allah SWT tersebut kepada para sahabat secara langsung baik melalui qudwah teladan atau secara teoritis melalui majelis ilmu di masjid. Proses pendidikan semacam inilah yang kemudian melahirkan kepribadian para sahabat yang sangat agung yang tidak hanya mewarisi ilmu tetapi juga amal perbuatan Nabi Muhammad SAW.72<br />Seiring dengan perkembangan zaman model pendidikan Islam pun mulai banyak mengalami perubahan. Selain karena faktor sosial pertumbuhan pesat yang terus terjadi menuntut sebuah sistem yang lebih rapi dan tersistematis dengan baik. Untuk Indonesia setidaknya ada dua jenis lembaga pendidikan Islam yang eksis hingga saat ini yakni pesantren dan madrasah/sekolah.<br /><br /><br /> a. Pesantren<br />Pesantren adalah suatu bentuk lingkungan “masyarakat” yang unik dan memiliki tata nilai kehidupan yang positif. Pada umumnya, pesantren terpisah dari kehidupan sekitarnya. Komplek pesantren minimal terdiri atas rumah kediaman pengasuh – disebut juga kiai (Jawa), ajengan (Sunda), dan bendoro (Madura), masjid atau mushola, dan asrama santri. Tidak ada model atau patokan tertentu dalam pembangunan fisik pesantren. Sehingga penambaahan bangunan demi bangunan dalam lingkungan pesantren hanya mengambil bentuk improvisasi sekenanya belaka.73<br />Meskipun dalam kondisi fisik yang sederhana, pesantren ternyata mampu menciptakan tata kehidupan tersendiri yang unik, terpisah, dan berbeda dari kebiasaan umum. Bahkan lingkungan dan tata kehidupan pesantren dapat diktakan sebagai subkultur tersendii dalam kehidupan masyarakat sekitarnya.74<br />Pesantren dilahirkan atas dasar kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaan Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama atau da’i. Menurut pengertian dasarnya pesantren adalah ”tempat belajar para santri”, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata ”pondok” juga berasal dari bahasa Arab ”funduq” yang berarti hotel atau asrama.75<br />Pembangunan suatu pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga pendidikan lanjutan. Namun demikian, faktor guru yang memnuhi persyaratan keilmuan yang diperlukan sangat menentukan tumbuhnya suatu pesantren. Pada umumnya, berdirinya suatu pesantren ini diawali dengan pengakuan masyarkat akan keunggulan dan ketinggian ilmu seorang guru atau kiai. Karena keinginan menuntut ilmu dari guru tersebut, masyarakat sekitar, bahkan dari luar daerah datang kepadanya utnuk belajar. Kemudian mereka membangun tempat tinggal yang sederhana di sekitar tepat tinggal guru tersebut.76<br />1. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam<br />Sebagaimana dikutip dari Amin Rais disebutkan bahwa mekanisme kerja pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam pendidikan padaumumnya, yaitu : <br />1.memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan kiai<br />2.kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problema nonkurikuler mereka<br />3.para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar ijazah karena sebagain besar pesantren tidak mengeluarkanijaaah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk psantren tanapa adanya ijaah tersebut. Hal itu karena tujuan utama hanya ingin mencari keridaan Allah SWT semata.<br />4.sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, penanaman rasa percaya diri, dan keberanian hidup<br />5.alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasi oleh pemerintah. 77<br />Pemerintah kolonial khususnya Belanda berusaha menekan dan mendiskreditkan pendidikan Islam yang dikelola oleh pribumi, tak terkecuali pondok pesantren. Penyelenggaraan pendidikan di pesantren menurut pemerintah kolonial Belanda terlalu jelek dan tidak memungkinkan untuk menjadi sekolah-sekolah modern. Oleh karena itu, mereka mengambil alternatif kedua, yaitu mendirikan sekolah-sekolah sendiri yang tidak ada hubunganya dengan lembaga pendidikan yang telah ada.78<br />Setelah Indoensia mecapai kemerdekaannya, peantren masih mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia. Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional dan sekaligus Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayan RI yang pertama menyatakan bahwa pondok pesantren merupakan dasar pendidikan nasional karena sesuai dan selaras dengn jiwa dan kepribadain bangsa Indonesia.79<br />Akhirnya pemerintah RI pun mengakui bahwa pesantren dan madrasah merupakan dasar dan sumber pendidikan nasional sehingga harus dikembangkan, diberi bimbingan dan bantuan. Wewenang dan pengembangan tersebut berada di bawah wewenang kementerian agama.80<br />Belajar dari pengalaman sejarah dan sebagai hasil dari evaluasi dewasa ini, pondok pesantren mempunyai kecenderungan baru dalam rangka renovasi sistemnya yaitu:<br />a.mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern<br />b.semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional, artinya terbuka atas perkebangan di luar dirinya<br />c.diversifikasi progra dan kegiatan makin teruka dan ketergantungannya pun absolut dengan kiai dan sekaligus dapat membekali para santri dengan berbagi penetahuan di luar mata pelajaran agama maupun keterampilan yang diperlukan di lapangan kerja<br />d.berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat. 81<br />Secara garis besar, pesantren sekarang dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:<br />a.Pesantren Tradisonal; pesantren yang masih mempertahankan sistem pengajaran tradisonal dengan materi pengajaran kitab-kitab kklasik yang sering disebut kitab kuning<br />b.Pesantren Modern; pesantren yang berusaha menintegrasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah ke dalam pondok pesantren. Semua santri yang masuk pondok terbagi dalam tingkatan kelas. 82 <br />Meskipun bukan satu-satunya, namun pesantren adalah bentuk pendidikan Islam yang sudah melembaga secara permanen di pedesaan. Akan tetapi dewasa ini pesantren mulai berkembang di lingkungan perkotaan, seperti munculnya beberapa fenomena pesantren mahasiswa. Ini suatu bukti bahwa pesantren masih dianggap sebagai tempat yang paling efektif untuk mengenalkan ajaran Islam.83<br />2. Asal-usul Pesantren<br />Secara garis besar, ada dua pendapat mengenai asal-usul pesantren. Pertama, mengatakan bahwa pesantren berasal dari tradisi pra Islam. Pendapat kedua berpendapat, bahwa pesantren adalah model pendidikan yang berasal dari tradisi Islam.84<br />Pendapat A.H. Johns dan C.C. Berg dari sisi semantik kebahasaan mungkin dapat dianggap mewakili pendapat pertama. ”... isilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, ... istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Ini menunjukkan, bahwa secara semantik pesantren lebih dekat ke tradisi pra Islam atau lebih tepatnya India.85 <br />Pendapat serupa dikemukakan oleh sejarawan Sugarda Purbakawactja. Menurutnya, terdapat beberapa persamaan antara unsur-unsur yang terdapat dalam sistem pendidikan Hindu dengan sistem pendidikan pesantren, yang tidak terdapat dalam sistem pendidikan Islam yang asli di Makkah. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu seluruh sistem pendidikannya bersifat agama, guru tidak mendapatkan gaji, penghormatan yang besar terhadap guru, dan murid yang pergi ”meminta-minta” ke luar lingkungan pondok. Abubakar Atjeh menambahkan, letak pesantren yang didirikan di luar kota membuktikan bahwa pesantren memang berasal dari tradisi pra Islam. Pendapat ini agaknya melihat kebiasaan yang berlaku pada masyarakt pra Islam atau India.86<br />Senada dengan dua pendapat sebelumnya Geertz mendeskripsikan suasana kehidupan di pesanten, sebagai ”satu kompleks asrama siswa dikelilingi tembok yang berpusat pada suatu masjid, biasanya pada sebuah lapangan berhutan di ujung desa. Ada kyai, dan siswa muda (bujangan) yang mengaji al-Qur’an, melakukan latihan-latihan mistik dan tampak pada umumnya meneruskan tradisi India yang terdapat sebelumnya, dengan hanya sedikit perubahan dan aksen bahasa Arab yang tidak sangat seksama, sehingga suasananya jauh lebih mengingatkan kepada India atau Persia ketimbang Arab atau Afrika Utara.87<br />Sementara Mahmud Junus cenderung kepada pendapat yang kedua. Ia menyatakan bahwa asal-usul pendidikan individual yang dipergunakan dalam pesantren serta pendidikan yang dimulai dengan pelajaran bahasa Arab, ternyata dapat ditemukan di Bagdad ketika pusat pemerintahan Islam. Tradisi menyerahkan anah oleh negara bagi pendidikan agama dapat ditemukan dalam sistem wakaf dalam Islam. Unsur-unsur lain dari sistem pesantren juga dapat ditemukan dalam kebudayaan Islam. Istilah pesantren memang bukan berasal dari Arab, tapi istilah pondok mungkin berasal dari bahasa Arab; yaitu funduk yang berarti pesanggrahan atau penginapan bagi orang yang bepergian. Agaknya terlalu simplistis kalau istilah yang bukan berasal , lalau dikatakan bukan berasal dari Islam seperti pesantren ini.88<br />3. Sistem Pendidikan Pesantren<br />Tujuan pendidikan pesantren adalah setiap maksud dn cita-cita yang ingin dicapai pesantren, terlepas apakah cita-cita tersebut tertulis atau hanya disampaikan secara lisan. Terlalu sulit untuk dapat menemukan rumusan tujuan pesantren secara tertulis, yang dapat dijadikan acuan tiap-tiap pesantren.89<br />Namun Madjid menyatakan, bahwa tujuan pendidikan pesantren berada sekitar terbentuknya manusia yang memiliki kesadaran setinggi-tingginya akan bimbingan agama Islam, weltanschauung yang bersifat menyeluruh, dan diperlengkapi dengan kemampuan setinggi-tingginya untuk mengadakan responsi terhadap tantangan-tantangan dan tuntutan-tuntutan hidup, dalam konteks ruang dan waktu yang ada ; Indonesia dan dunia abad sekarang.90<br />Akan tetapi secara esensial rumusan tujuan pesantren adalah sebagaimana firman-Nya Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(al-Taubah :122) <br /> b. Sekolah / Madrasah<br />Dari tiga bentuk pendidikan yang disebutkan, pendidikan di sekolah dapat dikatakan sebagai pendidikan yang sebenarnya. Dalam pengertian, berbeda dengan sistem pendidikan di keluarga dan masyarakat, pendidikan di sekolah dijalankan secara formal. Dengan bimbingan seorang guru, para siswa diajar dan dididik mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupa dan keilmuan, serta dengan sistem dan aturan yang telah ditentukan.91<br />Berdasarkan perspektif sejarah, kata sekolah berasal dari bahasa Yunani schole, kemudian bahasa Jerman schedule dan bahasa Inggris school yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”sekolah”. Dalam bahasa Yunani, schole berarti bebas dari kewajiban bekerja. Pada sat itu, masih berlaku perbudakan di Yunani, dan orang-orang yang disebut ”bebas dari kewajiban bekerja” adalah orang merdeka (bukan budak). Orang-orang ini membentuk kelompok-kelompok intelektualdan mendiskusikan bebragai macam ilmu, filsafat, serta problema aktual yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.<br />Dalam perkembangan selanjutnya, kata schole berarti tempat mendiskusiakan ilmu dan filsafat. Hingga sekarang, sekolah diartikan sebagai tempat mengkaji, berbagai ilmu pengetahuan yang bersifat formal. Menurut al-Nahlawi, dalam kehidupan sosial dan dalam hubungannya dengan dua lembaga yang lain, institusi pendidikan sekolah berfungsi sebagai berikut :<br />1.menyempurnakan tugas keluarga dalam soal pendidikan. <br />2.memperluas wawasan dan pengalaman anak didik melalui transfer nilai dan peradaban<br />3.wahana penyucian dan pembersihan<br />Dengan alasan sebagai berikut :<br />1.manusia dilahirkan dalam kondisi fitrah<br />2.waspada terhadap yang buruk dan memilih hal-hal yang baik<br />Kenyataan menunjukkan, dewasa ini lembaga pendidikan forlmal lebih menitikberatkan penguasaan ilmu pengetahuan umum dan keterampilan. Sedangkan pembinaan keimanan dan ketakwaan belum mendapatkan porsi yang seimbang.92<br />1. Lembaga Pendidikan Sekolah<br />Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.93<br />Akan tetapi sejak ditetapkannya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), posisi madrasah sejajar dengan sekolah umum. UUSPN No. 20 tahun 2003 lebih tegas lagi menyatakan bahwa madrasah adalah ”sekolah umum” sebagaimana sekolah umum lainnya.94 Maka sejak saat ini antara madrasah dan sekolah bukan lagi suatu lembaga pendidikan yang secara status berbeda. Bahkan dalam beberapa tempat ditemukan banyak lembaga pendidikan pesantren yang menggunakan nama sekolah tetapi dalam kurikulumnya tidak berbeda dengan kurikulum madrasah pada umumnya.<br />Akibatnya pesantren yang memiliki madrasah kini tidak lagi dapat berekspresi dengan bebas. Pengelola madrasah harus mengikuti aturan yang sudah menjadi kesepahaman antara Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional.95<br />BAB III<br />METODE PENELITIAN<br /><br />Penelian ini adalah penelitian kualitatif96 – historis97 yang menggunakan pendekatan deskriptif98. Penelitian historis (historis research) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk merekontruksi kondisi masa lampau secara objektif, sistematis, dan akurat yang hasilnya berupa narasi deskriptif (narative description).99<br /> Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar-gambar, dan kebanyakan bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang. Data dimaksud meliputi transkrip wawancara, catatan data lapangan, foto-foto, dokumen pribadi, nota dan catatan lainnya. Termasuk di dalamnya deskripsi mengenai tata situasi. Deskripsi atau narasi tertulis sangat penting dalam pendekatan kualitatif, baik dalam pencatatan data maupun untuk penyebaran hasil penelitian.100<br /> Idealnya sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan atau dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Meskipun demikian sejumlah ilmuwan (dari berbagai disiplin ilmu) terutama dari kelompok kajian sejarah, sastra dan studi agama, bahkan juga kedokteran, biologi tidak selamanya tergantung dengan data primer dari lapangan.101<br /> Mengkaji Manajemen SDM Pendidikan Pesantren Hidayatullah Dalam Pandangan Ustadz Abdullah Said peneliti menggunakan pendekatan Manajemen SDM, Pendidikan Islam dan ilmu-ilmu bantu yaang relevan, secara operasional meliputi langkah-langkah sebagai berikut:<br />a.Menghimpun data-data mengenai latar belakang internal dan eksternal Ustadz Abdullah Said; framework, perkembangan pemikiran, serta pengaruh dan keterpengaruhan terhadap pemikiran lainnya.<br />b.Mengkaji Manajemen SDM Pendidikan Pesantren Hidayatullah yang diterapkan<br />1. Subyek Penelitian<br /> Sasaran dalam penelitian ini adalah Ustadz Abdullah Said meliputi profil singkat, ide dan pemikirannya serta Manajemen SDM pendidikan yang diterapkannya dalam perjalanan Pesantren Hidayatullah di Balikpapan. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa apapun bermula dari sesuatu yang kecil atau sederhana.<br />2. Sumber Data dan Responden<br /> Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitiian historis dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tulisan dan sebagainya.102 <br /> Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan oleh saksi mata. Bisa dalam bentuk catatan rapat, daftar anggota organisasi, dan arsip-arsip laporan organisasi. Sementara sumber primer dalam bentuk wawancara adalah wawancara langsung dengan pelaku sejarah itu sendiri.103 Secara operasional sumber data primer dimaksud setidaknya dapat disajikan dalam beberapa poin berikut :<br />a.Sumber data primer meliputi segala bentuk dokumentasi yang berisi tentang ide-ide, catatan harian baik tekstual maupun dalam bentuk instrumen yang lain (kaset atau CD). Hal ini dikarenakan belum adanya karya khusus beliau yang tersaji dalam bentuk tulisan secara utuh. Selanjutnya adalah seluruh catatan (buku, majalah, paper) yang membahas tentang ide, kiprah dan perjuangan Ustadz Abdullah Said dalam proses mendirikan dan membina SDM yang ditulis oleh orang-orang terdekat beliau semasa hidupnya atau secara langsung melakukan wawancara dengan saksi sejarah.<br />b.Data sekundernya meliputi buku-buku yang ditulis oleh kader-kader Hidayatullah baik oleh Departemen Dakwah maupun Departemen Pendidikan dan Departemen-Departemen lain dalam struktural organisasi Hidayatullah masa kini.<br />c.Responden dalam penelitian ini adalah generasi awal pendiri Pesantren Hidayatullah ; Sesepuh di Kampus Gunung Tembak; Ibu Aida Chered (Istri Ustadz Abdullah Said), Ustadz Manshur Salbu, Ustadz Hasym HS. Ustadz Abdul Latief Usman, Ustadz Abdurrahman Muhammad, Ustadz Ainur Rofiq. <br />3. Teknik Pengumpulan Data<br /> Mengumpulkan data merupakan langkah yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan penelitian dengan pendekatan apa pun, termasuk penelitian kualitatif terutama pada penelitian ini, karena desain penelitiannya tidak rijid alias dapat dimodiifikasi setiap saat, pengumpulan data menjadi satu fase yang sangat strategis bagi dihasilkannya penelitian yang bermutu.104<br /> Untuk hasil yang maksimal peneliti menggunakan beberapa teknik berikut:<br />a.Interview yakni prosses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si peneliti dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).105<br />b.Dokumentasi menurut Guba dan Lincolin (1981 : 228) mendefinisikan bahwa dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen sudah lazim digunakan dalam pendidikan sebagai sumber data, karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan.106 Dokumentasi sebagai data pendukung merupakan teknik pengumpulan data yang telah diakui keabsahan dan kevalidannya. Data-data tertulis, dokumen resmi, buku harian dan arsip-arsip sangat dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam hal ini dokumen yang relevan adalah dokumen yang menyimpan data informasi tentang segala hal yang terkait dengan aktivitas pendidikan di Hidayatullah baik secara langsung maupun tidak langsung.<br />Dengan teknik pengumpulan data tersebut peneliti yakin kebutuhan data dengan berbagai syarat validitas dan reabilitasnya dapat terpenuhi dengan baik. Karena penelitian yang ditempuh cenderung pada upaya-upaya mengumpulkan informasi sebagai syarat untuk menjabarkan variabel secara akurat.<br />4. Instrumen Pengumpulan Data<br /> Sebagaimana definisi interview di atas maka peneliti dalam hal ini akan menggunaikan interview guide berupa daftar pertanyaan yang pada masing-masing responden memiliki titik tekan yang berbeda. Sedangkan instrumen untuk teknik pengumpulan data yang berupa dokumentasi peneliti akan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.<br />5. Analisa Data <br /> Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan begitu data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, manipulasi serta diperas sedemikian rupa.107 <br /> Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.108 <br /> Analisa data juga berarti proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini, digunakan analisis data kualitatif dengan pendekatan induktif dalam menarik kesimpulan dari data yang ada. Artinya peneliti bertolak dari fakta, informasi dan data empiris untuk membangun teori. Atau berangkat dari kasus-kasus yang bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata (ucapan atau perilaku subyek penelitian atau situasi lapangan penelitian), untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, kategori, prinsip atau definisi yang bersifat umum.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />PENYAJIAN DATA <br /><br />A. Ustadz Abdullah Said<br /> Untuk lebih mudah dalam memahami sajian data yang akan diuraikan nanti maka di sini peneliti ulas secara singkat sejarah hidup Ustadz Abdullah Said.109 Muhsin Kahar dilahirkan tepat pada hari proklamasi kemerdekaan R.I., Jum’at, 17 Agustus 1945 di sebuah desa bernama Lamatti Rilau, salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Dengan ayah bernama Abdul Kahar Syuaib dan ibu bernama Aisyah.<br />Pendidikannya tertolong dengan adanya Sekolah Dasar yang waktu itu bernama Sekolah Rakyat di kampungnya. Di sekolah itulah dia belajar. Namun hanya sampai kelas III, dari tahun 1952 hingga 1954 karena terpaksa harus meninggalkan kampung halamannya yang tercinta itu mengikuti sang ayah yang pindah ke Makassar.<br />Setelah itu sekolah dasarnya berlanjut di Makassar, diterima di kelas IV Sekolah Dasar No. 30. Pendidikanya berlangsung hingga tahun 1958 dan dia selalu menjadi bintang kelas karena menguasai seluruh mata pelajaran tidak terkecuali pelajaran menggambar dan berhasil meraih juara terbaik menggambar se-Kota Besar Makassar. <br />Pendidikan menengah dilanjutkan pada Pendidikan Guru Agama Negeri 6 Tahun (PGAN 6 tahun). Dia memilih sekolah ini untuk melanjutkan pendidikannya karena disamping mempelajari agama juga termasuk sekolah yang sangat didambakan waktu itu sebagai satu-satunya Pendidikan Guru Agama milik pemerintah di kawasan Indonesia Timur. Sebagaimana waktu masih di sekolah dasar, dii sekolah ini dia juga selalu menjadi bintang kelas dan terkenal sebagai siswa yang pandai pidato. Di samping itu dia juga selalu menjadi ketua kelas hingga kelas akhir pendidikannya. Dalam pertemuan-pertemuan selalu dia dipercayakan untuk memimpinnya. Memang sejak duduk di bangku PGAN 6 tahun itu dia sudah dikenal sebagai siswa yang berpengetahuan luas. Mungkin ini semua karena ketekunannya dalam belajar dan membaca. Tunjangan ID (beasiswa) nya setiap bulan memang hampir tidak ada yang tersisa, semua digunakannya untuk membeli buku-buku.<br />Lulus dari sekolah lanjutan 6 tahun ini juga dengan nilai tinggi. Sehingga mendapat tugas belajar ke IAIN Alauddin Makassar. Akan tetapi kuliahnya bertahan selama satu tahun saja, setelah itu dia memutuskan untuk berhenti. Dia merasa tidak ada tambahan ilmu yang didapat selama kuliah. Semua materi kuliah yang diberikan dosennya telah dibacanya semua. Akhirnya dia menarik kesimpulan bahwa dia duduk beberapa tahun di bangku kuliah cukup menyita banyak waktu dan energi, sementara hasilnya jauh tidak seimbang dengan apa yang telah dikorbankan. Kalau sekedar untuk mendapatkan predikat sarjana bukan itu yang dia perlukan. Lebih tepat menurut dia kalau aktif saja di organisasi, giat berda’wah dan gencar membaca. Itulah yang menjadi alasannya sehingga dia meninggalkan bangku kuliah.<br />Meskipun demikian tidak berarti dia kehilangan semangat menimba ilmu. Ketekunannya dalam membaca buku terlihat sejak dia duduk di bangku Sekolah Lanjutan (Pendidikan Guru Agama Negeri 6 tahun- Makassar). Bahkan ketika telah membina pesantren Hidayatullah Gunung Tembak Balikpapan setiap hari dia juga membaca tiga buah surat kabar ibu kota: Harian Merdeka ketika masih dipimpin B.M.Diah, yang akhirnya berganti nama menjadi Suara Pembaruan. Ini saja surat kabar yang selalu dibacanya karena surat kabar inilah yang setiap hari masuk Balikpapan waktu itu. Ditambah dengan surat kabar lokal, Manuntung kemudian berubah menjadi Kaltim Post dan Suara Kaltim. Majalah mingguan seperti TEMPO , GATRA, EDITOR, FORUM Keadilan, TOPIK, majalah tengah bulanan PANJI MASYARAKAT, Majalah Wanita KARTINI. Termasuk majalah TRUBUS dan majalah ASRI, yang khusus memuat model-model rumah dan pertamanan, juga tidak luput dari perhatiannya.<br />Apalagi pada waktu aktif menulis naskah kajian utama di majalah Suara Hidayatullah, gairah membacanya semakin besar. Karena beliau ingin majalah yang diterbitkan oleh Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah itu digandrungi pembaca terutama kalangan generasi muda. Dia membuat tulisan tentang rahasia kehebatan Islam dengan mengambil referensi dari berbagai sumber untuk lebih memudahkan daya tangkap dan pemahaman para pembaca dan pecinta kejayaan Islam.<br />Abdullah Said juga pernah aktif di organisasi pelajar yakni Pelajar Islam Indonesia (PII). Di organisasi kepemudaan Abdullah Said bergabung dengan Pemuda Muhammadiyah. Dia menjadi pengurus organisasi ini dari tingkat cabang di Malimongan Baru Makassar hingga pengurus wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra) priode 1966-1968. Abdullah Said juga melibatkan dirinya dalam ranah politik nasional. Ketika Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) terbentuk pada 20 Februari 1968 berdasarkan Keppres No 70/1968, Partai baru ini didukung oleh organisasi-organisasi Muhamamdiyah, Jami’atul Wshiliyah, Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia (GASBIINDO), Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Wathan, Mathla’ul Anwar, Serikat Nelayan Islam Indonesia (SNII), Kongres Buruh Islam Merdeka (KBIM), Persatuan Umat Islam (PUI), Al-Ittihadiyah, Persatuan Organisasi Buruh Islam se Indonesia (PORBISI), Persatuan Guru Agama Islam Republik Indonesia (PGAIRI), Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Al-Irsyad Al-Islamiyah dan Wanita Islam. Ini merupakan penjelmaan Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang dibubarkan Presiden Soekarno pda tanggal 17 Agustus 1960, melalui Keppres No 200/1960. <br />Abdullah Said juga pernah mengikuti pendidikan di PERSIS Bangil, dan Pesantren Gontor di Ponorogo. Tetapi dia merasa apa yang dicarinya belum dia dapatkan selama upayanya menimba ilmu dan pengalaman di pulau Jawa. Akhirnya Ustadz Abdullah Said memutuskan untuk kembali ke Makassar, kota Anging Mammiri yang selalu dirindukan. Di Makassar dia kembali bergabung dengan kegiatan Ustadz Ahmad Marzuki Hasan di Kompleks Pendidikan Muhammadiyah, yang terletak di samping Mesjid Raya Makassar. Tidak seberapa lama dia pun mulai menyusun program pengkaderan yang lebih intens yang untuk ini dia perlu melibatkan sejumlah anak-anak binaan Ustadz Ahmad Marzuki Hasan dalam upaya pemberantasan maksiat yang tengah marak di kota Makassar dan sekitaranya.<br />Kemudian Abdullah Said hijrah ke pulau Borneo (Balikpapan Kalimantan Timur) Rabu malam menjelang hari Natal, 25 Desember 1969. Setelah dua hari dua malam diombang-ambingkan oleh gelombang Selat Makassar, akhirnya sampai juga pelayaran tersebut di Pelabuhan Kampung Baru pada pagi hari, yakni Sabtu ,27 Desember 1969. Bumi Balikpapan diyakini sebagai tempat yang ditakdirkan Allah SWT baginya untuk menghibahkan dirinya dalam bakti mengurus Islam. Keyakinan inilah yang selanjutnya mendorong Abdullah Said senantiasa aktif untuk berdakwah. <br /> Pada tahun 1970 bertepatan dengan acara perayaan Isra’ dan Mi’raj yang diadakan di Karang Anyar, Balikpapan. Muballigh yang diharapkan mengisi acara tidak dapat hadir. Pihak KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan) memberikan kesempatan kepada Muhsin Kahar yang baru beberapa hari menginjakkan kaki di kota Balikpapan untuk menggantikan menjadi nara sumber. Menurut keterangan beberapa orang yang sepertinya bernada berlebih-lebuihan bahwa sepanjang sejarah Balikpapan baru kali ini mendengar ceramah agama begitu mempesona. Alasannya, pidato yang diucapkan sangat lancar, penuh semangat dan dengan suara yang lantang serta humornya yang edukatif.<br /> Selanjutnya pada tahun 1971, Ustadz Abdullah Said mengadakan Training Centre (TC) yang disebut TC Darul Arqom, bertempat di gedung SMP Muhammadiyah Gunung Kawi, Balikpapan. TC ini diadakan oleh Pengurus Muhamamdiyah Daerah Balikpapan. Peserta utamanya adalah siswa-siswa SMA Muhammadiyah yang telah dipilih oleh gurunya. Juga siswa-siswa dan sekolah umum yang dilibatkan oleh guru-guru Muhammadiyah yang mengajar di sekolah-sekolah tersebut. Tidak terkecuali orang-orang dewasa yang berminat. Tercatat pesertanya antara lain: Hasan Surdji, Suparno, Abdul Halim, Sudiono Arjo, Amin Mahmud, Sarbini Nasir, Nurkarim Enta, Makmur SK, Abdul Karim.<br /> Orang-orang yang pernah mendapat sentuhan pembinaannya baik melauli TC Darul Arqom maupun kajian rutin kini mulai tercerahkan. Kondisi ini dipengaruhi oleh aktivitas Abdullah Said sebelum ini yang telah lama berpengalaman dalam membina organisasi-organisasi tempatnya berkiprah sewaktu masih di Makassar. Sehingga sangat memahami bagaimana mengarahkan anak-anak muda. Lewat pembinaan itu mereka tiba-tiba merasa memiliki kekayaan jiwa dan optimisme menghadapi masa depannya. Tidak seperti sebelumnya, senantiasa resah dan gelisah menghadapi berbagai macam problem kehidupan. Apalagi kalau berbicara tentang keterlibatan dalam perjuangan Islam, sangatlah jauh. Selama ini mereka merasa bahwa bukan mereka orangnya yang berhak bicara tentang hal semacam itu. Setelah mereka sering mendapat pengarahan tentang bagaimana arti hidup yang sebenarnya dan sering digelitik untuk menyadari kedudukannya sebagai khalifah Allah dipermukaan bumi ini, barulah menyadari bahwa ternyata hidup ini tidak sesulit yang selalu dibayangkan. Mereka juga baru menyadari bahwa di dalam diri mereka ada potensi raksasa yang dapat memecahkan berbagai problem. Suatu kompetensi yang tidak mereka sadari selama ini.<br />Pada Hari Rabu, jam 15.00 tanggal 3 Maret 1976, Abdullah Said menuju ke Gunugn Tembak Kelurahan Tritip Balikpapan. Peristiwa memasuki lokasi ini sering disebut peristiwa yang berkait dengan angka 3 yakni : hari kerja ke-3, jam 3, tanggal 3, bulan 3, hijrah ke-3, Km 33. Akhirnya peresmian Pondok Pesantren Hidayatullah diadakan di halaman masjid pada Hari Kamis 5 Agustus 1976. Atas anjuran Walikota Asnawie Arbain, malamnya anak-anak Pramuka dari kota Balikpapan mengadakan perkemahan di kampus. Panitia peresmian diketuai oleh Skoda (Sekretaris Kotamadya) Balikpapan, Drs. Awang Faisjal, Bc.Hk. dan Walikotamadya Balikpapan, H.Asnawie Arbain tercantum dalam undangan sebagai turut mengundang. Peresmian oleh Prof. Dr. K.H. Mukti Ali, MA Menteri Agama RI didampingi oleh K.H.Abdullah Syafi’i (ketua Majlis Ulama Jakarta) dan putrinya Tuty Alawiyah. Dari Samarinda Gubernur Kaltim, H.A. Wahab Sjahranie dan beberapa tamu dari Samarinda dan Balikpapan. Sejak itulah Pesantren Hidayatullah mulai mengokohkan diri sebagai lembaga dakwah, tarbiyah dan sosial yang mulai profesional.<br />B. Manajemen Pembinaan SDM Pendidikan dan Fungsinya<br /> Secara sederhana dapat dipahami bahwa manajemen berarti mengatur orang lain untuk satu tujuan tertentu. Setiap organisasi berdiri dan tegak di atas dasar dan target atau tujuan yang ingin dicapainya. Dalam dunia pendidikan SDM tentu tidak dapat disamakan dengan pengertian atau entitas SDM pada umumnya. Pertama karena pendidikan bertujuan mencetak kader pelanjut perjuangan. Kedua lembaga pendidikan bukanlah satu institusi yang secara murni berorientasi profit. Dengan demikian SDM pendidikan adalah mereka yang perlu mendapat pembinaan terus-menerus agar dapat menjalankan fungsinya sebagai tiang peradaban manusia yakni sebagai transformator ilmu dan amal.<br /> Secara sistematis manajemen akan lahir tatkala tujuan telah ditetapkan dan kesepakatan telah diamini. Meskipun demikian manajemen adalah aspek penting untuk tercapainya tujuan tersebut. Hanya saja tetap perlu diingat bahwa dalam dunia pendidikan faktor eksternal yang banyak dijadikan instrumen penilaian kualitas seseorang seperti yang banyak terjadi saat ini, tidak selamanya tepat dan efektif.110 <br /> Di sinilah peneliti menemukan suatu manajemen pembinaan manusia yang sangat berbeda dengan apa yang dibahas di banyak buku dan diskusi, seminar atau artikel tentang manajemen SDM selama ini. Manajemen SDM berbasis tauhid itulah tampaknya istilah yang tepat untuk fenomena ini. Karena manajemen yang berlaku adalah sebuah kultur yang secara sengaja disetting menumbuhkan jiwa kepemimpinan, amanah, keberanian, dan kedisiplinan tinggi. Ini karena Ustadz Abdullah Said telah berhasil menyediakan sebuah wadah yang secara praktis mengikat mereka yang berada di dalamnya dalam satu ikatan iman dan Islam (Jama’ah). Sebagaimana dinyatakan dalam salah satu tulisannya bahwa sistem kehidupan berjama’ah inilah yang bakal melahirkan mekanisme kerja yang saling menopang dalam tugas menciptakan citra Islami dalam penampilan.111 <br /> Bagi Ustadz Abdullah Said bukan manajemen yang pertama kali perlu dipikirkan, tapi aqidah dan keyakinan akan al-Qur’an itulah yang urgen dan hal pertama yang harus dimiliki oleh setiap muslim khususnya para pendidik di pesantren Hidayatullah. Sebab kecerdasan intelektual yang tidak diimbangi dengan kecerdasan spiritual hanya akan menambah problem umat saja. Ustadz Abdullah Said menegaskan “Mereka itulah yang dalam front perjuangan nantinya hanya ogah-ogahan, dan sangat merusak kedisiplinan serta sikap mental positif lainnya. Lebih lanjut penyakit ini ditularkan dengan sangat cepat, sehingga sebentar kemudian berubah menjadi bencana besar. Orang-orang seperti itulah sumber kehancuran ummat Islam.112 <br />Jika penanaman aqidah dan keyakinan terhadap al-Qur’an berhasil, maka manajemen bukanlah suatu kendala yang menyita energi dan waktu. Manajemen itu tercermin dalam mekanisme kerja itu sendiri yang terbentuk oleh kultur yang mengakar. Sehingga manajemen tidak sebagaimana dipahami banyak orang yang identik dengan suasana “pemaksaan”. Tapi lebih karena kesadaran, apalagi tujuan yang hendak dicapai oleh pesantren adalah sebuah proyek besar yang membutuhkan kesiapan mental spiritual yang handal.113<br />1. Perencanaan<br /> Manajemen SDM adalah dalam rangka memelihara dan meningkatkan SDM pada kualitas tertenut, agar SDM dimaksud dapat memenuhi kualifikasi yang ditetapkan. Sehingga dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah direncanakan. Demikian pula halnya dengan Pesantren Hidayatullah Balikpapan. Sejak pertama berdiri bahkan jauh sebelum itu perencanaan mengenai pesantren yang unggul dan solutif bagi problematika umat telah tergambar dalam bentuk rencana-sencana. Meskipun dalam hal ini masih bersifat sederhana dan belum disosialisasikan kepada banyak orang dalam bentuk sajian tertulis.<br /> Cita-cita besar Ustadz Abdullah Said telah menggelora sejak dia memutuskan diri untuk keluar dari bangku kuliah. Di sini terlihat kemampuan dia dalam menganalisa problem dan cara yang tepat untuk memperbaiki keadaan. Hal ini menjadi inspirasi gerakan-gerakan Hidayatullah selama ini, dimana pendidikan awal yang terselenggara pada masa awal pesantren beroperasi sangat sulit diterima oleh logika umum masyarakat.114<br /> Dalam kolom Ta’aruf Ustadz Abdullah Said menjelaskan bahwa <br />Tanpa disengaja, seperti berjalan secara alamiah, para santri angkatan pertama tidak banyak berada di kelas formal unuk belajar. Mereka justru lebih banyak di lapangan,menggeluti pekerjaan-pekerjaan yang tidak ringan. Nampaknya mereka ditakdirkan menjadi angkata perintis. Hal ini terbuktik bahwa merekalah yang dalam periode selanjutnya membuka cabang-cabang di daerah-daerah. Hal ini di luar rencana, tapi semata-mata ketentuan yang Maha Kuasa.<br /> Sebagai angkatan perintis mereka memang mutlak harus memiliki mental yang tangguh, tak lekang karena panas, tak lapuk karena hujan. Mental baja seperti ini tak bisa diperoleh begitu saja, tapi harus melalui latihan yang terus-menerus. Rupanya situasi dan kondisi saat itu sangat memungkinkan terbentuknya mental demikian. Mereka tak mungkin diam, sebab tantangan datang bertubi-tubi, sehingga secara alamiah mereka mendapat tempaan yang lebih keras. Hal itu justru semakin menambah keyakinan, bahwasanya semakin bertumpuknya tantangan merupakan isyarat terbukanya kesempatan untuk membaca lompatan jauh ke depan, sebab tantang itu dapat memancing pengerahan tenaga secara maksimal. Oarng yang sudah terbiasa menghadapi tantangan dan mampu memanfaatkannya, akan memiliki irama kerja yang serius. Bila hal ini berlangsung lama akan membentuk watak dan kepribadian. Ada atau tidak adanya tantangan mereka tetap serius.115<br /> <br /> Sasaran utama pendidikan adalah membentuk watak kepribadian yang lebih Islami, penuh tanggung jawab pada agama dan lingkungannya.116 Oleh karena itu upaya penanaman jiwa tauhid, mengikis thaga’ adalah dua aspek utama yang mendapat perhatian serius dalam proses pendidikan di Pesantren Hidayatullah selama ini. Pada tahap ini belum banyak mata pelajaran diajarkan kepada para santri. Hal ini dikarenakan sistem klasikal masih belum menjadi suatu hal yang perlu dan mendesak. Akan tetapi ketiadaan sistem klasikal bukan berarti pendidikan tidak berjalan. Justru melalui kehidupan sehari-hari para santri secara langsung dapat merasakan bagaimana keagungan dan kebesaran Allah SWT yang senantiasa dianugerahkan kepada dirinya. Melalui sistem kerja lapangan dan kerja bakti suatu pekerjaan yang biasa saja di masyarakat itu justru memiliki makna istimewa dan unik dalam proses pembinaan di pesantren Hidayatullah.<br /> Sistem pembelajaran yang dilakukan dianalogikan seperti Nabi mengajar di rumahnya Arqom bin Abil Arqom, dimana di dalamnya sekelas antara orang tua dengan anak-anak. Antara bangsawan dan budak. Semua duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Pelajaran paling utama dan paling tinggi melebihi semua mata pelajaran yang dikenal orang adalah mempelajari dan meresapi serta mengahayati La Ilaha Illallah- Muhammadarrasulullah.117 Dimana dengan penghayatan Syahadat tersebut seorang muslim dapat meraih kebahagiaan hakiki yang dijanjikan Allah SWT.118<br /> Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu yang diikuti dengan perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan Ustadz Abdullah Said merasa perlu untuk mendirikan pendidikan formal yang “ideal”. Pendidikan formal atau klasikal mulai dari TK sampai Aliyah, putra dan putri terpisah merencanakan perguruan tinggi lebih jauh adalah bagaimana memanfaatkan semua sarana yang ada sebagai fasilitas untuk pendidikan sebagai wujud “long life education”, serta mewujudkan suasana yang mendidik.119 <br /> Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Syamsu Rizal Palu120 ketika itu sekitar tahun 1990 Ustadz Abdullah Said memberikan amanah kepadanya untuk mengurus proses pendirian pendidikan formal jenjang menengah atas atau aliyah. Ketika itu tidak diperlukan energi khusus dan keterampilan khusus. Kepercayaan masyarakat dan pemerintah terhadap Pesantren Hidayatullah menjadikan proses perizinan pendirian Aliyah di kampus tidak mengalami banyak kendala. Justru pihak Departemen Agama menyambut antusias niatan positif pesantren ini.<br /> Kemudian agar pendidikan formal tetap menjadi pendukung gerakan dan idealisme Hidayatullah maka kurikulum yang diterapkan sedikit mungkin harus tetap memasukkan nilai-nilai SNW dalam praktiknya. Sehingga siswa atau santri di pesantren ini tidak saja cerdas intelektual tetapi juga cakap emosional spiritual yang sensitivitas terhadap problematika umat dan senantiasa memiliki motivasi untuk melakukan pembenahan. <br /> Untuk itu maka diperlukan SDM pendidikan yang memahami arah perjuangan Hidayatullah inilah yang selanjutnya disebut kader. Secara sederhana bentuk perencanaan pembinaan SDM pendidikan di Pesantren Hidayatullah tidak jauh berbeda dengan pembinaan bagi santri dan kader pada umumnya. Hanya saja karena tuntutan administrasi mereka yang menjadi guru diprioritaskan yang memiliki background pendidikan, seperti dari IKIP atau pesantren.<br /> Sehingga tidak mengherankan jika para pendidik muda yang Ustadz Abdullah Said boyong sejak terbetiknya niat mendirikan Pesantren Hidayatullah adalah mereka yang memiliki keahlian untuk mentransformasikan ilmu (layak mengajar), di antaranya adalah Ustadz Hasym HS dari Gontor yang mendapat amanah mengajar bahasa Arab, Ustadz Hasan Ibrahim dari Pesantren Krapyak Yogyakarta dan lain-lain.<br /> Sesuai dengan visi dan misi Hidayatullah maka bentuk perencanaan pembinaan SDM termaktub sebagaimana beriktu :<br />1.Pengikisan Thaga<br />2.Penanaman Komitmen<br />3.Pemberian Amanah<br />Pengikisan tagha atau kesombongan adalah hal utama dan pertama yang harus segera ditangani. Biasanya mereka yang datang ke pesantren harus melalui jenjang pertama berupa Training Center yang di kalangan pesantren populer dengan istilah seleksi alam. Kemudian dilanjutkan dengan penanaman komitmen di mana dengan TC yang dijalani dengan sabar itu akan muncul rasa kepemilikan dan kesiapan untuk dikomando. Selanjutnya diberikan amanah yang sejatinya juga merupakan proses pembinaan yang sesungguhnya.<br />Mengapa TC menjadi satu hal yang bersifat wajib bagi setiap SDM baru? Karena manusia secara hakikat adalah makhluk yang memiliki sifat-dasar ganda, yakni tubuh dan jiwa, makhluk fisik dan ruhani sekaligus.121 Yang dalam perjalanannya manusia membutuhkan pengetahuan akan eksistensi Tuhan yang telah menciptakannya. Pendidikan dan pembinaan adalah salah satu media untuk mencapai pengetahuan tersebut, pengetahuan tentang Tuhan (al-ma’rifah) dan keesaan absolute-Nya, bahwa tuhan adalah Rabb sejati dan objek penyembahannya (al-Ilah).<br />Dengan demikian maka manusia dapat memposisikan dirinya dengan tepat dan cermat yang kita kenal dengan istilah sesuai dengan fitrah.122 Pembinaan yang terus-menerus akan menghidupkan hati, jiwa, dan intelektualitasnya. Sehingga SDM yang diharapkan oleh Ustadz Abdullah Said adalah SDM yang kuat bekerja, berpikir sekaligus kuat dalam beribadah. Untuk itu secara konsep dan metode telah tersusun dalam satu manhaj pembinaan berupa sistimatika nuzulnya wahyu. Dimana setiap SDM pendidikan harus senantiasa dituntut kesadarannya untuk bersyahadat dengan baik, meyakini al-Qur’an, membudayakan sholat jama’ah dan sholat tahajud, serta senantiasa punya kepercayaan dir untuk berdakwah dan menjadi agen umat yang mendamaikan dan mempersatukan umat. <br />a. Tujuan<br /> Sejak masih remaja keinginan untuk melakukan pengkaderan selalu memenuhi benaknya. Hal ini semakin tampak ketika Abdullah Said terjun menggeluti dakwah bahkan dirinya sangat menyadari akan kurangnya kuantitas dan kualitas generasi pelanjut yang siap mengemban misi Islam ini. Karena itu sejarah pembinaan di Hidayatullah merupakan bagian dari rangkaian perjalanan mujahadah melanjutkan cahaya Allah. Sebagai perintis dan pendiri lembaga pesantren Hidayatullah maka prioritas utama dalam pembinaannya adalah mencetak kader-kader dakwah dan selanjutnya baru pada kader pendidikan.<br /> Tujuan utama dari pendidikan di pesantren Hidayatullah adalah mencetak kader Islam yag siap berjuang membela dan menjunjung tingi Islam. Karena tidak mungkin Islam akan berkembang dengan baik tanpa dukungan barisan muda yang siap untuk mengemban risalah kenabian ini. Sementara itu di sisi lain pendidikan agama yang ada telah mengalami pergeseran nilai.123 Lebih jelas dinyatakan langsung oleh Ustadz Abdullah Said dalam salah satu tulisannya bahwa kemunduran umat Islam ini bukan karena Islam tidak memiliki konsep solutif atas problem yang dihadapi. Tetapi lebih karena umat Islam sudah tidak bersungguh-sungguh dalam memikirkan Islam. Untuk Islam hanya mereka sediakan dalam bentuk seminar, diskusi dan tidak dalam praktik yang nyata.124<br /> Secara singkat tujuan pendidikan yang dibangun Ustadz Abdullah Said melalui Pesantren Hidayatullah ini adalah :<br />1. Melahirkan insan sejati (bertauhid)<br />2. Meyakini Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber kebenaran<br />3. Menjadikan Maslahah Umat Islam sebagai prioritas<br />4. Melahirkan insan yang haus ilmu dan rajin beramal<br />b. Program<br /> Kerancuan berpikir yang merembet dalam dunia pendidikan Islam telah lama Ustadz Abdullah Said sadari. Beliau nyatakan bahwa salah satu seminar yang disponsori kelompok pengkajian Filsafat Islam IAIN Sunan Kali Jaga kini menjadi Universitas Islam Sunan Kali Jaga Yogyakarta tentang Islam dan Orientasi Pemecahan Masalah Pembangunan di Indonesia sungguh sangat memprihatinkan.125<br /> Ini adalah salah satu fenomena di mana ilmu tidak lagi mendorong umat untuk beramal. Oleh karena itu program yang digencarkan dalam pembinaan SDM Pendidikan di pesantren Hidayatullah adalah dengan membiasakan diri untuk melakukan hal-hal berikut: <br /><br /><br />- Sholat Berjama’ah<br /> Mengenai shalat berjama’ah ini tidak perlu diragukan lagi kekuatan syar’inya. Dalam salah satu hadits Nabi SAW menyatakan bahwa jika ada kaum muslimin yang meninggalkan shalat berjama’ah (tanpa udzur syar’i) maka Nabi sendiri yang akan datang dan membakar rumah-rumah mereka.126<br />Lebih lanjut Ustadz Abdullah Said menjelaskan bahwa shalat itu bukan sekedar upacara ritual sakral semata, tetapi juga merupakan metode pendekatan diri kepada Tuhan, sarana komunikasi dengan pencipta alam ini. Dalam hal ini ustadz Abdullah Said mengambil do’a di antara dua sujud sebagai bukti.<br />Doa itu bukan sekedar syarat syahnya shalat yang kita lakukan tanpa ada kaitannya sama sekali dengan problem kehidupan yang sementara kita hadapi. Tetapi butir-butir doa yang diperntahkan kepada kita megucapkannya ini adalah semacam daftar usulan proyek (DUP) dan daftar isian proyek (DIP) yang diajukan kepada Tuhan. Dan tidak perlu diragukan kalau doa yang diucapkan itu sekedar formalitas, dimana Tuhan tidak bermaksud memperkenankannya. Sungguh hal ii tidak mungkin. Allah SWT sendiri menyusun materi doa ini dengan berdasarkan apa yang merupakan kebutuhan manusia, dan bagi Allah tidak ada kesulitan sama sekali untuk memenuhi harapan ini. Anggaran belanja Tuhan tidak tergantung dengan migas dan non migas, tapi setiap saat bisa membuat alokasi tanpa harus konsultasi dengan siapa-siapa127.<br /> <br />RABBIGHFIRLI; bermakna rehabilitir potensi saya ya Allah, rehabilitir eksistensi keberadaan sya, dalam rangka merehabilitir seluruh proyek pembangunan diri saya ya Allah.<br />WARHAMNI; limpahkan kasih sayang kepada saya ya Allah. Bentuk kasih sayang itu terserah kepada-Mu.<br />WAJBURNI; berikanlah wibawa, berikan pamor, berikan pesona, berikan kharisma, berikan kekuatan, ketegaran dan kesegaran. Bagaimana wujudnya terserah kepada-Mu ya Allah.<br />WAHDINI; bimbinglah saya, berikan jalan yang lebih efektif; yang lebih ekonomis, jalan pintas yang lebih cepat mencapai sasaran dan tujuan.<br />WARZUQNI; berikan saya potensi, berikan saya fasilitas, berikan iklim berikan suasana, sehingga saya bisa berbuat lebih banyak lagi dan bergerak lebih leluasa.<br />WA’AFINI; berikan keutuhan, kesehatan jasmani dan ruhani agar saya bisa eksis sebagai khalifah dengan sempurna.<br />WARFA’NI; angkatlah martabatku; naikkan harkat dan kualitas pribadi saya agar tidak jadi budak, baik secara langsung ataupun tidak langsung dari bangsa-bangsa seperti Jepang, Amerika, Rusia dan dari siapapun juga. Tetapi jadikan saya sebagai majikannya.128<br /> <br />Demikian Ustadz Abdullah Said melihat urgensi shalat dan shalat berjama’ah khususnya. Implementasi dan standarisasi keimanan seseorang baik atau tidak dapat dilihat dari kualitas shalat berjama’ahnya. Karena shalat merupakan ibadah intim antara seorang hamba dan Tuhannya.<br />- Qiyamul lail<br />Secara hukum tahajjud adalah ibadah sunnah muakkad. Shalat ini hukumnya wajib sebelum tururnnya ayat ke dua puluh surah ini. Shalat ini adalah shalat yang rutin dikerjakan oleh Na I sebelum turunnya shalat wajib lima waktu. Bahkan setelah perintah shalat lima waktu telah diwahyukan beliau tetap mengamalkan ibadah tahajjud ini hingga akhir hayatnya. Bahkan dalam menjalankannya seringkali kaki Nabi mengalami bengkak-bengkak.<br />Sebagaimana ditulis oleh DR. Abdul Mannan dalam bukunya Membangun Islam Kaffah Merujuk Pola Sistematika Nuzulnya Wahyu bahwa seringkali dalam tahajjudnya Nabi Muhammad SAW meneteskan air mata hingga berlinang dan membasahi kedua belah pipinya. Bahkan isak tangis, meronta mengiringi rintihan do’a yang penuh haru dan harap. Beliau adalah orang pilihan yang dijanjikan surga tertinggi oleh Allah SWT. Namun ibadahnya tak terkalahkan oleh siapapun termasuk malaikat. Inilah sosok pemimpin revolusi idiologi tauhid yang memberikan contoh tauladan kepada umatnya.129<br />Jika ditegaskan bahwa tujuan pendidikan di Hidayatullah untuk mewujudkan Insan yang siap mengemban Islam maka tahajjud ini adalah media yang tepat dan efektif untuk mewujudkannya. Harapan Islam tegak danjaya di persada bumi merupakan impian Rasulullah SAW. oleh karena itu sudah selayaknya jika para ulama dan tokoh masyarakat terutama para guru berupaya semaksimal mungkin untuk melakukannya agar tidak pernah mengalami kekeringan spiritual dan kelemahan mental dalam menjawab problem keumatan.<br />Karena begitu dahsyatnya pengaruh qiyamul lail maka Rasulullah SAW pun menyatakan : bahwa jika memang tidak bisa shalat lail dalam jumlah secukupnya menurut sunnah satu rakaat saja, yang penting jangan sampai malam itu tidak ditandai dengan shalat lail. Bahkan seorang ulama pada masa tabi’it tabi’in yang ketika itu telah menginjak usia 60 tahun merasakan sedih yang uar biasa jika fajar telah menyingsing sementara ia masih lelap dengan tidurnya.130<br />Menyadari beratnya ibadah ini bagi umat Islam kontemporer yang sedang dalam keadaan tertindas dalam segaa bidang kehidupan ini menarik untuk kita renungkan rangkaian do’a yang ditulis oleh salah satu kader Ustadz Abdullah Said yakni DR. Abdul Mannan yang kini menjabat sebagai ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah periode 2005-2010 sebagaimana berikut131 :<br />Hanya pintu ampunan-Mu ya Rabb yang kami ketuk setiap malam, tentunya Engkau tidak bosan dan enggan mendengar rintihan do’a hajat kami. Kami datang bersimpuh di hadapan-Mu dengn berlumuran dosa karena takabbur dalam berjuang. Bimbinglah kami agar tidak tersesat jalan dalam mengabdi kepada-Mu. Tumbuhkanlah himmah jihad dalam jiwa kami, ukirlah kalimah tauhid dalam relung qalbu kami, dan jnganlah Engkau lupakan kami walaupun sekejap. Satukanlah kami dengan orang-orang yang memiliki ruhul jihad untuk memperjuangkan Ad-Din-Mu. Dan berikan kemampuan kepada kami untuk bangun tengah malam, melakukan shalat tahajjud.<br />Lebih dari itu jauh sebelum itu Ustadz Abdullah Said meneaskan bahwa qiyamul lail bukanlah pekerjaan yang ringan, kita harrus memiliki sikap yaag penuh keseriusan yang dapat dinilai sebagai mujahadah dan perjuangan yang tinggi yang untuk itu kita harus menghadapi pertarungan demi pertarugan. Sebagaimana firman-Nya :<br />Renggang tulang rusuk merea dari tempat pembaringan karena keinginan berdo’a kepada tuhannya dalam keadaan takut dan penuh harap serta keinginan membelanjkan sebagian hartanya. (Q.S. 32 : 16)<br />Karenanya qiyamul lail merupakan program utama yang Ustadz Abdullah Said programkan dalam proses pembinaan SDM pendidikan di pesantren Hidayatullah. Jika kita mengharap kemenangan Islam maka kemampuan diri dan komitmen kita untuk menjalankannya adalah standar utama seseorang benar-benar bermujahadah untuk itu. Bahkan jika materi-materi perintah lainnya yang terdapat dalam program ini dapat dijalankan dengan baik maka kita akan melaj pada tingkat berikutnya. Yakni tingkat keseriiusan berfikir tentang nasib umat Islam dewasa ini, dapat dipastikan bahwa tantangan apa saja yangdiperhadapakan kepada Islam kita akan mampu menjawabnya.132<br />- Menderas al-Qur’an<br /> Menderas al-Qur’an berarti mengulang firman Allah. Hal ini karena Rasulullah SAW senantiasa menderas al-Qur’an. Begitupula sahabat, sampai-sampai ada di antara mereka yang mampu mengkhatamkan al-Qur’an dalam wakatu tiga hari, satu minggu, dan ada yang satu bulan. Mereka mendapatkan julukan “Al-Qur’an berjalan”, karena amalan mereka yang senantiasa menderas, menghafalkan dan mengkaji serta mengamalkan al-Qur’an.133<br /> Menderas al-Qur’an secara perlahan dan tepat makharajnya, menghayati maknanya, meresapi maksudnya dan menjiwai ruhnya akan memperoleh kekuatan ruhani. Jika seorang guru sudah pada tigkat menjiwai ruh al-Qur’an maka jiwanya akan penuh dengan hujjah. Rongga dadanya sarat dengan nuansai waahyu, sehingga setiap yang dikatakannya memiliki bobot. Inilah yang disebut dengan Qaulan Staqilan.134<br /> Lebih spesifik lagi Ustadz Abdullah Said memberikan bimbingan bahwa dalam membaca al-Qur’an harus penuh keseriusan dan konsentrasi. Karena yang kita baca adalah firman Tuhan pencipta alam semesta. Membacanya dengan penuh harap untuk mendapatkan sesuatu di balik untaian-untaian kalimat itu sebagaimana fungsi al-Qur’an itu sendiri sebagai pedoman hidup, tuntunan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.135<br />- Dzikrullah<br />Salah satu fungsi dzikrullah adalah senantiasa mengingat Allah SWT serta menjaga diri dari godaan Syetan. Allah menyatakan bahwa dzikir adalah sebuah pekerjaan besar (Q.S. al-Ankabut : 45) dikatakan demikian karena dengan melakukan dzikir selalu berarti kita telah berhasil melakukan kontak dan hubungan dengan pusat eksistensi kehidupan. Dengan inilah keinginan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang mungkin dianggap sebagian orang sebagai mustahil tidak akan sulit untuk mewujudkannya.136<br />Perlu dicatat bahwa dalam hal ini jangan sapai dibayangkan bahwa orang yang selalu melakukan dzikir itu adalah mereka yang hanya tinggal diam merenung. Tetapi orang yang senantiasa mampu membawa hasil pandangannya dan hasil rekaman panca inderanya serta pikirannya bermuara menuju hanya kepada Allah SWT. <br />- Tawakkal<br />Tiada kekuatan apapun dalam diri manusia untuk menghadapi godaan Syetan. Penguasaan teknik bela diri bukanlah senjata yang tepat untuk melumpuhkan serangan Syetan. Syetan hanya dapat ditundukkan dengan dzikrullah dan tawakkal ila al-Allah. Sebagaimana firman-Nya :<br /> <br />(Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah dia sebagai Pelindung. (Q.S. al-Muzzammil : 9)<br /><br />Menjadikan Allah SWT sebagai pelindung merupakan pertarungan sengit antara iman dan nafsu. Manusia memiliki kecenderungan melupakan Rabbnya dan terjebak pada keinginan-keinginan pemuasan terhadap nafsu. Jika dia adalah seorang pembesar maka nafsunya akan mendorong dia untuk berbuat jahat dan jika demikian maka rakyatyalah yang akan menanggung akibatnya, demikian seterusnya. <br />Rasulullah SAW senantiasa memberikan tausiyah kepada para sahabatnya. Kewajiban manusia adalah berupaya yang terbaik dan selanjutnya menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. sehingga seorang Mulsim tidak akan hidup dalam pagar ketegangan, stress dan putus asa. Karena setiap yang terjadi adalah hikmah yang tentu bukan tanpa arti.137 <br />- Sabar<br />Mendidik anak manusia bukanlah pekerjaan ringan. Oleh karena itu hal pertama yang perlu diperhatikan adalah mental para guru (SDM pendidikan)nya. Kesabaran para SDM pendidikan dalam menjalankan amanahnya adalah faktor dominan yang akan mempengaruhi kualitas out put sekaligus out come peserta didiknya. Oleh karena itu dalam pesantren pembinaan berlaku bagi semua lapisan tidak terkecuali adalah para guru.<br />SDM pendidikan adalah pemimpin bagi murid-muridnya dan kesabaran adalah media untuk mengetahui kualitas kepemimpinan SDM pendidikan yang ada. Karena kesabaran merupakan cermin kematangan berpikir dan ketangguhan mental seorang pemimpin. Terkait dengan masalah ini tentu Nabi SAW adalah figur pemimpin jujur, amanah, komnikatif, jenius yang patut kita jadikan contoh dalam menjalankan amanah sebagai pendidik. <br />Terlebih dengan kondisi pesantren Hidayatullah yang masih relatif baru memerlukan upaya keras untuk menarik hati umat untuk bersama membangun masyarakat Islami yang dicita-citakan selama ini. Kesabaran adalah hal mutlak untuk dapat menjalankan proyek besar ini. <br /><br /> <br /> <br />Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (Q.S. al-Nahl : 67)<br />- Hijrah<br />Hijrah adalah hal terakhir dalam program yang dicanangkan untuk memelihara aqidah tetap dalam kondisi prima. Jika qiyamul lail berpasangan dengan tartil al-Qur’an, dzikir dengan tawakkal maka sabar bergandengan dengan hijrah. Sinergi qiyamul lail dan tartil al-Qur’an akan menghasilkan qaulan layinan (perkataan yang lembut), qaulan tsaqilan (perkataan yang berbobot), qaulan baliighan (perkataan yang indah), qaulan ma’rufan (perkataan yang baik), qaulan sadiidan (perkataan yang tegas) dan qaulan kariiman (perkataan yang penuh hormat).<br />Secara historis hijrah telah berhasil menyeleksi kader-kader Nabi SAW, diantara mereka kelak ada yang menjadi negarawan dan diplomat ulung. Karena di lokasi hijrah itu tumbuh rasa soidaritas, tolong-menolong, berbagi hati, dan soliditas yang belum pernah ada sebelumnya. Dalam konsep perencanaan pembinaan di pesantren Hidayatullah maka hijrah adalah bentuk komitmen dan loyalitas seluruh warga dan santri untuk senantiasa tunduk terhadap perintah Allah dan larangan-Nya yang telah dispesifikasikan dalam bentuk program, aturan main dan berbagai kebijakan lainnya. Sehingga dengan hijrah berarti dia siap menerima pembinaan yang berlangsung di pesantren Hidayatullah. <br />Keenam unsur di atas adalah media yang dianggap efektif untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sehingga bukan hal yang aneh jika Hidayatullah saat itu identik dengan keunggulannya dalam ibadah tahajud dan shalat berjama’ahnya.<br />c. Materi<br /> Enam unsur di atas yang menjadi program utama di pesantren adalah suatu hal yang memerlukan pemahaman dan keyakinan yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu guna mendukung suksesnya program tersebut diperlukan materi pembinaan yang tepat. Untuk mengatasi hal tersebut maka lahirlah satu ide hasil ijtihad beliau yang kini dikenal dengan istilah Sistematika Nuzulnya Wahyu atau lebih populer dengan sebutan SNW.<br /> SNW adalah tahapan turunnya wahyu yang dimulai dari surah al-“alaq sampai pada surah ke lima dari al-Qur’an yakni al-Fatihah. Secara sederhana dapat disimpulkan dalam beberapa paket; 1) paket ma’rifat. 2) paket khittah. 3) paket tazkiyah. 4) paket dakwah. 5) paket Fatihah yang menargetkan akan lahirnya pemahaman konsep Islam secara umum dan siap menjalankan Islam secara kaffah.138<br />d. Kurikulum<br /> Ustadz Abdullah Said memiliki impian suatu saat akan lahir kader-kader yang siap mengemban misi Islam dan istiqomah dalam perjuangannya. Untuk itu maka dibutuhkan kurikulum yang dapat dijadikan acuan dasar para SDM pendidikan dalam menjalankan amanahnya sebagai pendidik, pengasuh dan pengajar bagi para santri. Untuk ini Ustadz Abdullah Said memeti pelajara dari kondisi yang dialami oleh Muhammad SAW sebelum menerima wahyu sebagai bahan pembinaan di pesantren Hidayatullah.139<br /> Ustadz Abdullah Said meyakini bahwa jika ingin menang maka harus secara total memahami sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membina para sahabat dan segala hal yang dialami oleh Nabi SAW dalam perjalanan dakwahnya bahkan jauh sebelum kenabian. Inilah pembinaan yang dinilainya sebagai langkah yang strategis untuk mewujudkan izzul Islam wal Muslimin. Sejak itulah dikenal fase-fase pembinaan; fase yatim, fase menggembala, fase berdagan, fase ber-Khadijah dan fase bergua Hira.140<br /> Terkait dengan hal ini Ustadz Manshur Salbu141 mengutip pendapat Ustadz Abdullah Said dalam salah satu tulisannya sebagai berikut142 :<br />Setiap episode prikehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum terutus sebagai rasul berkaitan benar dengan tugas risalah berikutnya. Satu misal kasus “keyatiman”. Sejak usia dua bulan dalam kandungan ditinggal mati sang ayah, disusul bundanya di usia enam tahun. <br /><br />Semua ini taqdir Ilahy. Kitapun tidak tahu persis apa hikmah dan maknanya, Allah yang Maha Tahu. Sepintas dapat dilihat episode keyatiman berdampak pada diri Nabi. Jiwanya tegar bagai baja didalam menghadapi tantangan. Dilain segi hatinya lembut nan karimah bagai salju. Perjalanan Sang Yatim padang pasir ini melaju dengan langkah pasti mengarungi kedahsyatan hidup memperjuangkan al-haq. <br /><br />Dari usia nol tahun tak pernah sepatahpun terucap dari lisannya “abiy.....! abiy.....!. Dan di usia tujuh tahun tak lagi berucap Ummiy....! Ummiy.......! Maklum Bapak dan Bundanya sudah bersemayam di alam kubur. Sebagai insan dia memerlukan tempat mengadu. Bisa saja dia mengadu kepada sang paman, Abu Thalib, tapi pamannyapun terbebani biaya hidup anak-anaknya yang cukup banyak, dia orang miskin. Maka kalimat Ya Rabbiy......! Ya......Rabbiy selalu dia kumandangkan untuk mengatasi keinginan mamanggil Bapa dan Ibunya sembari menengadahkan muka ke langit. Keprihatinan demi keprihatinan dalam masa yatim itu menggiringnya ke jenjang berikutnya meniti kehidupan dengan sukses. Berakit-rakit ke hulu rupanya mesti Beliau lalui, berenang-renang ke tepian sebagi natijah juangnya.<br /> <br />Dari fase keyatiman ini diharapkan akan lahir kader-kader yang memiliki ketahanan mental dan kebesaran jiwa menghadapi tantangan sebesar apapun, memiliki jiwa independensi, kemandirian, “sensitivitas kemanusiaan”, bebas dari thaga’. Akan tetapi mendesain kurikulum yang seperti ini diakui cukup sulit dan tidak mudah terlebih jika hendak diterapkan dalam konteks pendidikan modern. Pun demikian dengan segala keterbatasan dalam mendesain kurikulum tadi pembinan dengan metode pengkondisian keyatiman ini dinilai cukup berhasil. Hal ini terlihat dari kader-kader awal yang dapan dihandalkan. Mereka memiliki jiwa mandiri, percaya diri, dan ketergantungan kepada Allah SWT sangat besar.143<br />Sementara itu dari fase menggembala target yang diharapkan adalah adanya sebuah wadah latihan untuk membina kesabaran dan ketabahan untuk penempaan mental sebagai calon pemimpin. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW telah berhasil menekan kejengkelannya menghadapi kambing-kambingnya. Dalam satu kisah dinyatakan bahwa sering Muhammad mengejar kambingnya yang terpisah dari kawanannya hingga kelelahan. Lalu tatkala kambing tersebut telah tertangkap maka dipeluknya kambing tersebut seraya berkata “engkau lelah dan akupun lelah”.Jika Nabi sebagai utusan Allah mampu bersabar dengan tabiat kambingnya yang nakal maaka tidak layak jika ada seorang pendidik yang tidak mampu bersabar dengan kondisi anak didiknya.<br />Jika menggembala menjadi inspirasi untuk membina kesabaran maka berdagang diproyeksikan untuk menghasilkan anak didik yang memiliki jiwa mandiri. Oleh karena itu pada masa awal pesantren pemandangan santri dan warga mendapatkan proyek-proyek adalah suatu hal yang lumrah. Meskipun tampak sederhana tetapi proyek-proyek tersebut anak didik dilatih membuka usaha dan memegang amanah. Proyek-proyek tersebut dimodali oleh yayasan. Bagaimana kepala-kepala proyek bersama teman-temannya mengelola uang dan alat-aat yang diamanahkan itu, inilah letak latihannya. Waktu itu proyek yang dijalankan adalah penanaman kelapa, kemiri, pisang dan penanaman tanaman lindung, perikanan, pertukangan kayu dan batu serta perbengkelan.144<br />Pembinaan dan pendidikan terus digalakkan. Bahkan pernah terjalin kerjasama dengan pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang juga mengajarkan berbagai keterapilan seperti mebel, otomotif, instalasi listrik dan yang berbagai keterampilan yang diajarkan saat sedang berlangsung proyek. Dengan ini diharapkan hasil pendidikan pesantren Hidayatullah tidak hanya cakap dalam hal ceramah dan dakwah tapi juga lihai dalam menjalankan tugas-tugas operasional yang membutuhkan keahlian. Sehingga mereka memiliki rasa percaya diri dan tidak lemah dalam menjalankan tugas di tengah-tengah masyarakat.<br />Kemudian jika ada pendidik yang masih lajang sementara dia sudah waktunya untuk menikah maka dia akan dicarikan pasangan untuk dinikahkan. Karena seorang pemimpin dalam hal ini adalah pendidik yang baik adalah jika dia telah menyempurnakan agamanya. Karena bagaimanapun kemampuan kepemimpinan seorang kader, kalau belum berumah tangga , tidak dapat diandalkan. Maka program pernikahan ini menjadi program penting untuk dapat menampilkan seorang pemimpin yang bertanggung jawab, karena memimpin sebuah rumah tangga adalah langkah awal memimpin masyarakat. Sehingga tidak ada pendidik di kampus Gunung Tembak yang mengajar melainkan dia telah memiliki pasangan hidup (istri).145 Ini adalah implementasi dari fase ber-Khadijah.<br />Selanjutnya adalah fase bergua Hira. Aplikasi bergua hira adalah mengupayakan untuk santri-santri dapat bertahan dan konsentrasi di kampus untuk menyerap pelajaran-pelajaran yang diberikan dan giat melakukan ibadah. Itulah sebabnya izin keluar kampus diperketat. Dalam hal-hal yang dianggap tidak terlalu penting santri-santri dilarang meninggalkan kampus. Karena dengan mengizinkan santri-santri keluar seenaknya, menurut pengalaman untuk mengembalikan kondisi jiwanya memerlukan waktu panjang. Padahal apa yang telah mewarnai kehidupan santri dengan pelaksanaan ibadah yang teratur dan akhlak yang mulia adalah merupakan kekayaan yang sangat tinggi nilainya. Sangat disayangkan kalau hanya dengan izin beberapa hari kekayaan yang diperoleh selama bertahannuts di kampus itu bisa berkurang atau hilang sama sekali.146 <br />2. Pelaksanaan<br />a. Pengikisan Thaga<br /> Berdasarkan uraian di atas serta dengan mengacu pada hasil wawancara peneliti selama 5 hari terhitung sejak 12 – 17 April 2008 di kampus Gunung Tembak Balikpapan implementasi dari perencanaan yang telah diuraikan di atas tidaklah terlalu banyak dan terkesan sangat sederhana. Lazimnya, seluruh SDM pendidikan yang diterima harus terjun ke lapangan untuk melakukan kerja fisik yang jamak dilaksanakan selama kurang lebih 40 hari. Hal ini disebabkan karena konsentrasi pesantren yang masih mengarah pada pengembangan dan pemantapan program mewujudkan pesantren sebagai miniatur masyarakat madani. Oleh karena itu uji mental dan penanaman komitmen diukur melalui media kerja 40 hari tersebut yang populer dengan istilah Training Center.<br /> Training Center atau TC ini merupakan aplikasi dari surah al-“Alaq yang bertujuan mengikis thaga’. Dengan TC ini diharapkan akan tumbuh kesadaran diri sebagai manusia yang memahami dan merasakan hakikat dirinya sebagai ciptaan yang hina, ciptaan yang bodoh dan ciptaan yang serba tergantung kepada yang Maha Agung. Salah satu pendidik yang sering-sering disebut sebagai kader Hidayatullah yang mengalami proses pembinaan TC ini adalah Drs. Nursyamsa Hadis. Beliau ini (Nursyamsa Hadis) adalah pendidik dari IKIP Makassar yang terjun ke lapangan dan menggali parit selama 40 hari. Kini beliau menjadi Anggota DPD Kaltim periode 2004-2009. Sebelumnya pernah memegang amanah sebagai kepala sekolah Aliyah Radhiyatan Mardhiyah Putra.147 <br />Mereka yang memiliki background pendidikan akan ditempatkan di pendidikan untuk menjadi tenaga pengajar atau administrasi pendidikan. Selanjutnya pembinaan akan ditangani langsung oleh departemen pendidikan dalam hal ini dibawahi oleh Ustadz Syamsu Rizal Palu.<br />Berbicara mengenai pengikisan thaga ini erat sekali kaitannya dengan maindstream kandungan surah al-‘Alaq ayat 1-5. Diterangkan bahwa hampir dasawarsa pertama sejak pendiriannya materi al-‘Alaq adalah menu utama kajian dan pembinaan. Sampai-sampai kajian al-‘Alaq di pesantren pernah dianggap sebagai kajian yang over dosis. Bayangkan lebih dari 10 tahun kajian yang berlangsung belum memasuki pengkajian dari ayat yang lain. Dan telah menjadi tradisi di Pesantren setiap bulan Ramadhan dikonsinyer khusus untuk mendalami al-“Alaq. Ini yang menjadi rahasia menarik dalam kandungan al-‘Alaq di antaranya :<br />Merupakan wahyu pertama yang begitu diturunkan langsung membuat gebrakan dan menggetarkan kota Makkah.<br />Allah jelas mengetahui bahwa Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah, akan menemui tantangan, hambatan dan resiko yang cukup besar sehingga dipandang perlu untuk memberikan suatu bekal yang sangat ampuh dalam menghadapi tantangan tersebut. <br />Kenapa orang yang menjadi pengikut nabi memiliki rasa fanatisme danmilitansi yang sangat luar biasa serta megagumkan seolah-olah otaknya tidak difungsikan, padahal justru sebaliknya.148 <br /><br />Kesemua hal itu memberikan suatu pertanda bahwa al-‘Alaq memiliki kehebatan, daya getar yang menggemparkan di mana sejak diturunkannya, dunia Arab menjadi geger, Roma dan Persia menjadi goyah, disebabkan pengaruh dari al-‘Alaq. Dalam istilah manajemen SDM secara umum pengikisan tagha sama halnya dengan konsep pengembangan SDM yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja yang sangat berguna nantinya dalam mendukung terealisasinya leadership skill.<br />b. Penanaman Komitmen<br /> Sementara proses TC berlangsung setiap SDM baru harus mengikuti kultur yang telah terbangun di pesantren Hidayatullah. Tidak peduli betapapun lelahnya badan karena telah bekerja fisik selama kurang lebih lima setengah jam terhitung sejak jam tujuh pagi sampai tiba waktu sholat Dzuhur setiap penghuni kampus wajib menjalankan sholat Dhuhur berjama’ah di masjid. Bagi mereka yang sengaja melanggar maka akan mendapatkan peringatan dari Ustadz Abdullah Said secara langsung.<br /> Usai pelaksanaan shalat berjama’ah, sudah menjadi tradisi di pesantren Ustadz Abdullah Said langsung memberikan semangat, dorongan dan motivasi kepada seluruh masyarakat pesantren untuk tetap optimis, bergerak menorehkan karya dan senantiasa yakin akan janji-janji kemenangan yang Allah janjikan kepada para hamba-hamba-Nya yang istiqomah. Sehingga meskipun kerja fisik berlanjut usai sholat Dhuhur SDM baru tetap memiliki motivaasi untuk melanjutkan pekerjaannya, meskipun terik mentari tidak lagi bisa diajak kompromi. Keyakinan akan kebenaran al-Qur’an dan bahwa apa yang dikerjakannya itu adalah amal besar yang akan memberi manfaat besar bagi perjuangan Islam, lelah yang dirasakan seolah sirna begitu saja.<br /> Materi-materi yang banyak disampaikan oleh Ustadz Abdullah Said dalam taushiyahnya usai shalat bejama’ah biasanya adalah pemantapan aqidah dan keyakinan akan kebenaran janji Allah. Dimana untuk hal ini bahan taushiyahnya adalah kandungan dari surah al-“Alaq dan al-Qalam. Akan tetapi secara umum segala bentuk taushiyah yang beliau berikan adalah dalam rangka pemantapan nilai-nilai Sistematika Nuzulnya Wahyu dalam akal dan hati para jama’ahnya.<br />Setiap saat Ustadz Abdullah Said memberi penjelasan tentang wahyu pertama ini. Berbagai kesempatan digunakan untuk berdiskusi, seminar, sarasehan, dan lain-lain yang topiknya tidak lain menggali kandungan wahyu pertama. Kemudian diteruskan kepada wahyu-wahyu berikutnya. Untuk santri-santri kalong ( santri yang hanya ikut belajar di waktu malam, kemudian dirubah menjadi santri takhassus) menggabung dengan pembimbing dan santri dewasa disediakan waktu dua kali sebulan pada malam Ahad untuk mengadakan diskusi. Sebelumnya, dianjurkan kepada peserta untuk terlebih dahulu membaca buku-buku tarikh dan referensi-referensi lain. Sehingga membuat diskusi menjadi hidup dan berbobot. Menurut Ustadz Abdullah Said, “Lewat ungkapan-ungkapan teman-teman yang disampaikan setelah bermujahadah membaca berbagai sumber selama dua pekan cukup membantu untuk menambah hazanah pengayaan makna dan nilai-nilai sistimatika wahyu khususnya wahyu pertama ”.149<br />Akan tetapi semua itu masih dirasa kurang, oleh karena itu implementasi pemahaman dan ilmu dalam keseharian adalah hal yang terus mendapat perhatian khusus. Karena memang target dari hasil pembinaan tersebut bukan sekedar menjadi perbendaharaan ilmu pengetahuan, tapi diupayakan dapat terwujud dalam realitas kehidupan. Terutama di kalangan warga dan santri-santri di Kampus Gunung Tembak yang diibaratkan sebagai pilot proyek. Santri-santri dan warga secara bergantian disuruh tampil mengemukakan pemahaman dan tangkapannya tentang sistimatika wahyu. Lewat penjelasan-penjelasan yang lugu itu diketahui sudah sampai dimana pengetahuan dan tangkapan mereka. Dan dapat diketahui tingkat mujahadah yang mereka lakukan. Disamping itu diadakan kontrol secara terus menerus.150<br />Untuk menghasilkan karakter santri yang dapat diandalkan maka hal di atas perlu dikuasai dan tercermin dalam diri para pendidik. Agar para pendidik memiliki selfcontrol dalam dirinya maka hal utama yang diberlakukan di pesantren setelah proses TC berhasil adalah upaya penanaman nilai-nilai tawhid dalam jiwa dan pemikirannya. <br />Hal ini sangat mungkin untuk ditransformasikan kepada peserta didik (santri). Setidaknya karena memang pesantren saat itu masih belum terdesak untuk menyelenggarakan pendidikan klasikal, sehingga suatu langkah tepat jika kemudian yang banyak diupayakan adalah bagaimana merasukkan keimanan dan keyakinan kepada anak-anak didik (tidak terkecuali para pendidik) benar-benar dapat digalakkan. Sehingga mereka tidak sekedar menghafal rukun iman dan rukun Islam, tapi juga mengupayakan secara terus menerus bagaimana mereka merasakan nilai-nilai iman dan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya. Setiap saat mereka digiring untuk menyadari betapa kekuasaan Allah dan bagaiamana kelemahan makhluk, termasuk manusia dapat kita rasakan dicelah-celah dengusan nafas dan denyutan jantung kita setiap saat. Demikian pula lewat desir angin dan desah air serta gerak seluruh benda-benda di sekitar kita.<br />Pepatah yang menyatakan bahwa ala bisa karena biasa juga terjadi di pesantren Hidayatullah. Hal ini merupakan keberhasilan yang patut disyukuri karena pembinaan yang dilakukan itu cukup membawa hasil. Warga dan santri-santri yang tadinya masih membawa kultur thagha’nya yang telah lama melekat pada dirinya sebelum berada di Hidayatullah kini mengalami perubahan yang signifikan. Mereka sudah malu membanggakan keturunannya, status sosialnya, kekayaan, kehebatan orang tuanya, ketinggian ilmunya, dan lain sebagainya. Taqwa yang menjadi satu-satunya ukuran kemuliaan dalam perspektif Islam mulai mewujud dalam kultur pesantren ini.151<br />Kegiatan sedemikian itu dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas emosional spiritual karenanya guru-guru wajib mengikuti shalat jama’ah di masjid dan menjalankan setiap amanah yang dibebankan kepadanya. Selain pembinaan di atas pada setiap malam Jum’at seluruh warga pesantren berkumpul di masjid untuk mendengarkan taushiyah umum dari Ustadz Abdullah Said yang telah berjalan sejak tahun 1983. Kini pesantren yang di bangun di atas optimisme dan idealisme itu telah memiliki pendidikan yang “bergengsi”, mulai dari TK hingga perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah Balikpapan. <br />Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka jelas dibutuhkan semangat, keyakinan dan etos kerja yang menggelora. Guna mendapatkan hal ini maka sholat tahajjud adalah program unggulan yang harus dipelihara dalam kultur pesantren ini. Puncak pelaksanaan shalat lail di Pondok Pesantren Hidayatullah adalah pada bulan Ramadhan. Dilakasanakan pada jam 00.00 dan berakhir pada jam 04.00. Bacaan ayat-ayat Al-Qur’an didalam shalat lail selama 4 jam itu biasanya menghabiskan 24 halaman atau lebih satu juz dengan suara yang lantang dan pelan memecah kesunyian malam dari Ustadz Abdullah Said. Pada saat-saat penantian lailatul qadar, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan shalat lail yang dilakukan lebih dari 4 jam, karena sebelum jam 00.00 sudah dimulai dan berakhir setelah lewat jam 04.00.152<br />Untuk memberikan wadah yang lebih cepat dalam membina kedewasaan para pendidik maka diselenggarakanlah program pernikahan massal. Hal ini adalah respon yang diberikan atas budaya masyarakat yang menjadikan pernikahan sebagai suatu hal yang menakutkan bagi banyak pemuda. Sebab tidak akan pernah bisa menikah pemuda yang tidak mampu menyediakan dana besar untuk resepsinya. Sementara jika ini dibiarkan hanya akan memicu semakin maraknya praktik pacaran dan bahkan perzinahan.<br />Oleh karena itu salah satu implementasi akan keyakinan kepada Allah SWT di tengah segala keterbatasan yang dimiliki pernikahan adalah media yang dianggap tepat untuk meningkatkan kualitas syahadat dan keimanan seorang kader pendidik. Untuk itu pesantren memberikan wadah pernikahan massal sebagai solusi atas fenomena masyarakat yang sangat jauh dari tradisi dan nilaia-nilai ke-Islam-an. Bahkan pernah sampai terselenggara pernikahan sejumlah 100 pasang. Selain murah berkah dari pernikahan ini begitu terasa. Apalagi dalam pelaksanaannya sringkali pernikahan massal itu dihadiri oleh pejabat tinggi negara, sehingga cukup bergengsi.153<br />Dari uraian di atas maka komponen-komponen tujuan pengembangan SDM telah terpenuhi mulai dari produktivitas kerja sampai pada performance yang akan mengundang simpati dan kepercayaan masyarakat kepada pesantren Hidayatullah. Bahkan lebih dari itu apa yang telah berhasil menjadi sebuah kultur dan sistem di sana secara otomatis akan memotivasi SDM pendidikan untuk terus-menerus melakukan pengembangan diri.<br />c. Pemberian Amanah<br /> Usai melangsungkan pernikahan dengan bekal pemahaman SNW dan kultur lingkungan yang mulai akrab dan menjadi bagian dari jiwanya maka saatnyalah mereka diamanahkan untuk menangani suatu urusan. Fase pemberian amanah ini sejatinya merupakan pembinaan yang sesungguhnya di mana segala hal yang pernah didapatkan dalam proses-proses pembinaan sebelumnya benar-benar dituntut bukti dan kontribusinya.154<br /> Terkait dengan masalah-masalah teknik dan penguasaan keterampilan mengenai suatu bidang pekerjaan Ustadz Abdullah Said menyerahkan sepenuhnya hal tersebut kepada departemen pendidikan. Jadi beliau tidak pernah turun sampai pada masalah teknik. Kedisiplinan kerja, profesionalisme, dedikasi dan lain sebagainya Karena setiap pendidikan yang telah diamanahkan untuk suatu urusan diasumsikan telah mampu menerjemahkan kandungan dari materi pembinaan selama ini. Sehingga mereka yang benar-benar ingin berjuang tanpa kontrol eksternal pun akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi kejayaan umat Islam.<br />3. Evaluasi<br /> Serasi dengan proses pembinaan secara langsung yang banyak menghabiskan masa awal di lapangan dengan porsi kerja fisik yang dominan, maka proses evaluasi bukan suatu hal yang sulit dan bahkan hampir tidak pernah terjadi pemecatan di dalamnya.155 Hal ini karena proses pembinaan yang berlangsung sejak pertama kali SDM pendidikan bergabung di pesantren secara perlahan kesadarannya sebagai seorang muslim mulai tumbuh dan secara bertahap komitmen untuk mengabdi dan berjuang kian menguat. Jadi evaluasi justru berjalan sejak pertama kali SDM pendidikan bergabung dengan pesantren. Bahkan dalam setiap amal yang mereka lakukan secara pribadi mereka juga senantiasa melakukan muhasabah diri. Ini dapat dilihat dari produktivitas, kedisiplinan dan loyalitas terhadap pesantren.<br /> Oleh karena itu mereka yang berhasil menjalani TC selama 40 hari dan bahkan ada yang lebih dari itu, dapat diprediksikan tidak akan banyak menemukan masalah dikemudian hari. Karena rata-rata mereka yang memilih mundur dan keluar dari arena pesantren adalah mereka yang tidak lulus dalam proses TC. Jika dalam perjalanannya terdapat SDM pendidikan yang bermasalah kemudian memilih keluar itu berarti yang bersangkutan tidak lulus seleksi alam yang dalam praktiknya memerlukan kesabaran tingkat tinggi. Sehingga pantas jika stressing awal dalam pembinaan adalah kandungan surah al-‘Alaq dan al-Qalam. Dimana syahadatnya harus kokoh dan keyakinannya terhadap al-Qur’an sebagai jalan hidup benar-benar terhujam di dalam hati. Sehingga kesulitan dalam menjalankan tugas, dan kekurangan yang mengitarinya tidak menjadikan hati gundah gulana dan dada sempit sesak. <br /> Selanjutnya standarisasi kualitas guru yang baik tidak selalu berdasarkan pada kecerdasan dan skillnya semata. Tetapi juga ketaatannya pada sistem dan pimpinan. Di sini seorang guru tidak cukup hanya ahli dalam bidangnya tetapi juga harus cakap dalam membina mental dan akhlak peserta didiknya. Oleh karena itu bagi mereka yang dianggap berhasil maka akan diberikan amanah yang lebih besar dan lebih menantang mental dan aqidahnya, tugas merintis cabang atau merintis sekolah di salah satu cabang pesantren Hidayatullah di daerah lainnya. Di samping itu jika terdapat oknum yang “bermasalah” maka dia tidak langsung dihukum atau diberikan sanksi berat melainkan dimutasikan pada job lain dengan harapan ada perubahan sikap dan terjadi proses penyadaran diri yang lebih baik.<br /> Secara sederhana kultur Hidayatullah yang dibangun melalui shalat jama’ah, shalat lail, membaca al-Qur’an dan silaturrahmi adalah media yang sangat tepat untuk melatih dan membina mental aqidah dan fikrah para jama’ahnya dalam hal ini adalah SDM pendidikannya. Sehingga jika kultur ini mampu terpatri dalam hatinya dapat dipastikan dia adalah guru yang teruji dan layak untuk disebut sebagai kader yang dapat melahirkan kader-kader baru melalui lembaga pendidikan.<br /> Terkait dengan evaluasi yang bersifat teknis sepenuhnya ditangani oleh departemen pendidikan. Bagaimana sekolah ini bisa lebih maju dan dipercaya umat adalah tugas dan tanggung jawab departemen pendidikan. Di mana saat ini mulai dari pendidikan anak-anak, pendidikan dasar dan pendidikan menengahnya telah menyandang akreditasi dari pemerintah dengan nilai A. Ini tentu satu bukti bahwa manajemen pembinaan SDM di pesantren Hidayatullah layak untuk dipertahankan dan dikembangkan terus-menerus. <br />Satu hal yang patut untuk disampaikan di sini adalah tradisi peringatan tahun baru Hijriah. Bagi pesantren Hidayatullah ini merupakan ajang evaluasi besar-besaran yang ternyata berhasil memberikan spirit dan mujahadah para kader dalam mengemban amanah perjuangan ini. Ini dikarenakan 1 Muharram adalah hari rayanya warga pesantren. Satu Muharram bukan sekedar tahun baru. Karena di tanggal itulah Pesantren berdiir, 18 tahun lalu yakni pada1 Muharram 1394 H.<br />Acara 1 Muharram ini merupakan acara rutin konvensional, silaturrami seluruh warga dan keluarga besar pondok pesantren Hidayatullah. Mereka datang dari Irian, Jawa, Sumatera, dan hampir seluruh propinsi lainnya. Pertemuan ini juga menjadi ajang untuk mendapatkan bekal tambahan guna melanjutkan perjuangan yang semakin menantang. Ibarat accu yang sudah setahun dipakai, pada kesempatan inilah distroom kembali. “Walau perjalanan masih panjang cita-cita masih menjulang, kita patut bersyukur bahwa apa yang kita capai sekarang sebenarnya di luar batas kemampuan. Hutan dan rawa Gunung Tembak sekarang sudah kita sulap mejadi pemukiman Islami yang asri dan menyejukkan. Dari sini kita punya proyeksi masa depan yang gemilang, Insya-Allah”.156<br />Namun demikian hal utama yang perlu ditekankan dalam proses evaluasi adalah secara terus-menerus memahami makna dan hakikat penciptaan manusia. Sebab tanpa itu maka penyempurnaan dan perbaikan tidak akan memberikan manfaat besar bagi generasi penerus. Ustadz Abdullah Said menyatakan bahwa “membuat undang-undang, peraturan, norma-norma, tata krama yang tujuannya untuk kepentingan manusia tanpa bekal informasi dan keterangan yang jelas lengkap dan memadai tentang diri manusia hasilnya pasti tidak mengenai sasaran. Oleh karenanya wajar saja kalau undang-undang yang mereka buat sebentar-sebentar mengalami perubahan, seperti menyangkut sistim pendidikan, tata ekonomi, norma-norma sosial, politik budaya dan lain-lain.157 <br /> <br /> Merujuk pada pengamatan dan wawancara langsung dengan sumber primer di pesantren Hidayatullah Balikpapan selama 5 hari dari 12 – 17 April 2008 peneliti menemukan satu hal prinisip yang mendapat penekanan khusus dan berjalan dengan baik hingga saat ini. Hal ini terlihat dari tujuan pendidikan di pesantren itu sendiri dimana hasil yang diharapkan adalah terlahirnya manusia yang baik, yakni manusia yang memelihara dan menjaga nilai-nilai kefitrahannya. Fitrah dimaksud adalah komitmen jiwanya akan status dan hakikat dirinya di tengah kosmos yang luas ini. Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an Surat al-A’raf ayat 172 yang artinya :<br />Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",<br /> Sama dengan pendapat Prof. Dr. Syed Naquib al-Attas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik. Sehingga hal utama yang perlu ditekankan (dalam pendidikan) adalah nilai manusia sebagai manusia sejati bukan nilai manusia sebagai entitas fisik yang diukur dalam konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaannya bagi negara masyarakat dan dunia<br /> Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen pembinaan SDM pendidikan di pesantren Hidayatullah adalah model pembinaan yang sesuai dengan tujuan dan idealisme pendidikan Islam. Oleh karena itu perubahan struktur, kultur masyarakat secara umum tidak menjadikan kaburnya atau bahkan hilangnya model pembinaan ini. Karena bagaimanapun manajemen pembinaan yang telah diterapkan sejak pertama kali didirikannya pesantren Hidayatullah adalah satu bukti nyata bahwa hal tersebut cukup efektif untuk menjaring insan berkualitas baik mental, skill maupun spiritualnya.<br /> Ustadz Abdullah Said menyatakan bahwa “kenapa potensi SDM tidak dipacu sejak dahulu, adalah karena memang untuk memprosesnya dibutuhkan waktu yang demikian lama. Harus sabar karena perlu pertumbuhan yang alami. Dan yang punya kesempatan untuk itu, justru kita ini, masyarakat kalangan bawah. Kelompok yang bukan pembesar. Hal itu karena memang kita punya kesempatan yang lebih banyak untuk ber Islam. Atau paling tidak berlatih menjadi seorang muslim yang baik.”158<br /> Jadi sangat jelas mengapa Ustadz Abdullah Said tidak menjadikan skill profesional SDM pendidikan sebagai target utama dalam manajemen pembinaan. Karena kesadaran akan status dirinya sebagai muslim dan lebih spesifik lagi sebagai guru secara otomatis akan menstimulasi para SDM pendidikan untuk senantiasa melakukan perubahan terbaik menuju sempurnanya sebuah hasil dari proses pendidikan Islam. Selanjutnya untuk memberikan kriteria profesional kita tidak perlu meniru kriteria orang lain cukup apa yang telah Allah gariskan sebagai ketaqwaan dan sebagai jama’ah loyalitas adalah kriteria utama seorang dikatakan profesional atau tidak.<br /> Ustadz Abdullah Said menegaskan bahwa manajemen tidak akan berfungsi jika loyalitas tidak berjalan dengan baik di dalamnya. Loyalitas terhadap seorang pemimpin harus tertanam penuh di benaknya. Ketaatan tanpa penawaran mesti dilatihkan setiap saat. Sebab kunci dari berperannya seorang pemimpin memanage, adalah kepatuhan yang dilakukan pihak terpimpin. Bagaimanapun canggihnya teori manajemen pemimmpin, tanpa ada yang melaksanakannya adalah satu hal yang sangat sia-sia.159<br /> Oleh karena itu Ustadz Abdullah Said menjadikan aspek mendasar dibalik sebuah manajemen dapat berjalan dengan baik tanpa ada tekanan dan pengawasan manual (manusia) tapi kesadaran. Di sinilah Ustadz Abdullah Said menemukan ide cemerlangnya bahwa manajemen akan berjalan dengan baik jika lingkungan mendukung akan hal tersebut. <br />“Dengan demikian maka kita perlu melakukan proses untuk menata lingkungan kita sedemikian rupa. Kita dandani dan benahi sebaik-baiknya untuk menciptakan lingkungan dan suasana yang memungkinkan wahyu itu mudah meresap. Pengarahan dan bimbingan setiap saat adalah dalam rangka menuju ke sana. Kita upayakan sedemikian rupa agar jadwal hidup warga menunjang dan mendukung program Islamisasi itu.”160<br /><br /> Karena manajemen pembinaan ini belum tersusun rapi dalam sajian buku atau diktat maka tugas kita adalah menggali semua itu untuk selanjutnya dimusyawarahkan dalam rangka mencari format yang tepat dalam upaya-upaya pengembangan pendidikan pesantren. Dalam hal ini kampus pusat Balikpapan harus mampu menjadi pionir dalam pelaksanaannya. Dengan demikian maka pendidikan Hidayatullah dikemudian hari tidak akan menemukan banyak kendala yang jika tidak segera diantisipasi sangat berpeluang terhadap munculnya pergeseran orientasi perjuangan Hidayatullah itu sendiri.<br /> Melihat kajian teori dan hasil temuan data tidak selayaknya jika pihak manajer pendidikan hanya dan hanya menjadikan model manajemen pendidikan modern sebagai standar ukuran untuk memajukan sekolah. Lebih dari itu apa yang telah dikembangkan oleh Ustadz Abdullah Said adalah satu hal yang perlu dipertahankan dan dikembangkan. Setidaknya karena ranah pendidikan dan orientasi dari manajemen umum tersebut tentu sangatlah berbeda. Pendidikan dalam Islam adalah bertujuan melahirkan manusia yang siap mengemban tugas ke-Ilahi-an sedangkan notabene manajemen lahir karena desakan ekonomi yang kala itu secara mendadak melanda masyarakat Eropa akibat revolusi industri di Inggris. <br /> <br />BAB V<br />PENUTUP<br /> <br />A. Kesimpulan <br />Dari uraian empat bab sebelumnya peneliti menyimpulkan beberapa hal yang mendasar dalam Manajemen Pembinaan SDM Pendidikan Pesaantren Hidayatullah. Berikut ini adalah beberapa poin yang peneliti anggap penting dalam manajemen pembinaan SDM pendidikan pesantren Hidayatullah di Balikpapan : <br />1. Perencanaan<br />1.Manajemen yang diterapkan Ustadz Abdullah Said adalah manajemen yang berazaskan kasih sayang menuju ridha Allah.<br />2.Senantiasa menjadikan diri sebagai standar dalam segala hal; yakni upaya sungguh-sungguh untuk bisa menjadi uswah bagi yang lain.<br />3.Pembinaan dilaksanakan secara simultan di segala ruang dan kesempatan<br />4.Proporsional dan efektif<br />5.Menghendaki pendidikan yang berlangsung adalah pendidikan yang mengacu pada model pembinaan yang dilakukan oleh Nabi kepada para sahabat<br />6.Menyampaikan materi dan ide pemikirannya seseuai dengan kapasitas umat<br /><br />2. Pelaksanaan<br />1.Penguatan syahadat melalui kajian malam Jum’at dan kerja lapangan<br />2.Shalat berjama’ah<br />3.Shalat lail<br />4.Baca al-Qur’an<br />5.Akhlak <br />6.Pembentukan halaqah (team work)<br />7.Pendidikan dan Pelatihan yang mendukung profesionalitas SDM pendidikan<br />3. Evaluasi<br />1.Diskusi terbuka<br />2.Pemberian taushiyah<br />3.Layangan surat panggilan<br />4.Pengisian form kesiapan berjuang atau penulisan ikrar kesiapan untuk berjuang<br />5.Pemberian amanah atau pendelegasian <br /> <br />B. Saran<br />Dengan demikian maka peneliti memberikan beberapa saran terkait dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, di antaranya adalah :<br />1.Mempelajari dan menggali lebih cermat lagi konsep-konsep dan ide-ide Ustadz Abdullah Said dalam membangun kejayaan umat lebih khusus dalam ranah pendidikan formal<br />2.Hidayatullah perlu membentuk tim pengkaji, perumus konsep pendidikan yang didasarkan dan atau diderivasikan dari manhaj Sistimatika Nuzulnya Wahyu<br />3.Menjadikan kampus Gunung Tembak sebagai proyek unggulan untuk penerapan konsep pendidikan integral yang selama ini dijalankan<br />4.Melakukan pembinaan dan pengembangan SDM pendidikan yang mumpuni agar kemungkinan deviasi antara konsep dan praktek dapat diminimalisir dengan baik<br />5.Jika belum mampu untuk mensuplai tenaga guru yang diharapkan maka setidaknya para kepala sekolah, kepala departemen pendidikan di tiap DPW dan DPD Hidayatullah se-Indonesia adalah kader yang terakreditasi kredibilitas dan loyalitasnya terhadap perjuangan Hidayatullah.M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-46761867862486793992010-07-24T20:24:00.000-07:002010-07-24T20:27:40.310-07:00Ahlak Dermawan Dermawan adalah ahlak orang muslim dan karakternya. Ia tidak kikir, karena sifat kikir merupakan sifat tercela yang menyebabkan jiwa buAhlak Dermawan<br />Dermawan adalah ahlak orang muslim dan karakternya. Ia tidak kikir, karena sifat kikir merupakan sifat tercela yang menyebabkan jiwa buruk dan hati menjadi gelap. Dan begitu pula sebaliknya apabila jiwa manusia bersih yang diasah dengan nilai iman yang kuat berarti hatinya bersinar. <br />Sifat kikir merupakan penyakit hati. Maka tidak ada orang yang terbatas dari padanya kecuali orang muslim karena amal shalihnya seperti zakat dan sholat. Sebagaimana yang difirmankan Alllah dalam Alqu’an “Sesungguhnya Manusia Diciptakan Bersifat Kelauh Kesah Lagi Kikir” . adapun orang yang memberikan hartanya dijalan Allah dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang baik yaitu surga maka kami kelak dan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang baik maka kelak kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.” (al - Lail : 5-11) <br />Bentuk–bentuk kedermawanan banyak sekali diantaranya adalah sebagai berikut : <br />1. Seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain tanpa mengungkit – ngungkit pemberiannya dan menyakitinya.<br />2. Pemberi merasa senag dengan peminta yang meminta sesuatu kepadanya dan ia dibuat senag karena pemberiannya tersebut.<br />3. Pemberi infak berinfak tanpa berlebih-lebihan dan tidak kikir .<br />4. Orang kaya memberikan pemberian yang banyak dari hartanya dan orang yang tidak kaya memberi sebatas kemampuannya dari yang sedikit dengan hati yang ridha, wajah yang berseri-seri dan ucapan yang baik.<br />Sebagaimana Allah berfirman : sesungguhnya Allah itu dermawan yang menyukai kedermawanan, menyukai akhlak – akhklak yang mulia dan membenci akhlaq yang buruk. (Muttafaq Alaih).M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-63091322391955134272010-07-21T19:14:00.000-07:002010-07-21T19:14:02.565-07:00METODE DAKWAH MASJID AT TAQWA MUHAMMADIAH DALAM MENJARING JAMAAH PENGAJIAN AHAD PAGI DI KADIPATEN BOJONEGORO | Alawiyullah al-ghafury<a href="http://awik87.blogspot.com/2010/07/metode-dakwah-masjid-at-taqwa_21.html">METODE DAKWAH MASJID AT TAQWA MUHAMMADIAH DALAM MENJARING JAMAAH PENGAJIAN AHAD PAGI DI KADIPATEN BOJONEGORO | Alawiyullah al-ghafury</a>M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-51774620237749136362010-07-21T19:10:00.000-07:002010-07-21T19:13:03.293-07:00METODE DAKWAH MASJID AT TAQWA MUHAMMADIAH DALAM MENJARING JAMAAH PENGAJIAN AHAD PAGI DI KADIPATEN BOJONEGOROMETODE DAKWAH MASJID AT TAQWA MUHAMMADIAH DALAM MENJARING JAMAAH PENGAJIAN AHAD PAGI <br />DI KADIPATEN BOJONEGORO<br /><br />PROPOSAL SKRIPSI <br />Diajukan Kepada Jurusan Dakwah Program Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Di Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Melaksanakan Penelitian<br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Oleh :<br />awik efendi <br /><br />JURUSAN DAKWAH<br />PROGRAM KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)<br />SEKOLAAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL-HAKIM PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH SURABAYA <br />2009<br /> BAB I<br />PENDAHULUAN<br />LATAR BELAKANG MASALAH<br />Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tujuan (goal) dan sasaran (target) yang akan dicapai untuk pengembangan sekolah. Guna merealisasikan tujuan tersebut, sekolah harus memiliki strategi. Diantara banyak strategi, yang paling signifikan dalam pengembangan sekolah adalah strategi humas. Strategi dalam ilmu manejemen, merupakan bagian terpadu dari suatu perencanaan (planning). Selain itu, unsur planning juga berhubungan erat dengan tiga unsur manejemen lainya, yaitu pengaturan (organizing), pengarahan (directing) dan pengendalian (controlling). Dalam usaha mengembangkan sekolah, strategi humas harus bersinergi dengan unsur menejemen lainya. Terutama untuk menegakkan dan mengembangkan suatu “citra” yang menguntungkan (favorable image) bagi organisasi, perusahaan, produk para kalangan yang memiliki hubungan (stakeholder), baik stakeholder internal maupun publik eksternal. <br />Menurut Ahmad S. Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan Manejemen Jayakarta (IBMJ), strategi humas merupakan alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan humas dalam kerangka suatu perencanaan humas (public relation plan). Untuk mencapai tujuan tersebut, maka strategi kegiatan humas atau public relation sekolah harus diarahkan pada upaya menggarap persepsi atau imeg para stakeholder-nya baik sikap maupun tindakannya. Konsekwensinya, jika strategi penggarapan itu berhasil, maka akan diperoleh sikap tindak dan persepsi yang menguntungkan bagi sekolah. Pada akhirnya akan tercipta suatu opini publik dan citra yang menguntungkan bagi sekolah. <br />Untuk mempermudah dalam menyusun strategi public relation maka harus dibentuk melalui dua komponen yang saling terkait, yakni komponen sasaran dan sarana. Pada komponen sasaran, umumnya adalah para stakeholder dan publik yang mempunyai kepentingan yang sama. Sasaran umum tersebut secara struktural dan formal yang direduksi melalui upaya segmentasi yang dilandasi seberapa jauh sasaran itu menyandang opini bersama (commom opinion), potensi polemik, dan pengaruhnya terhadap masa depan organisasi, lembaga nama perusahaan dan produk yang menjadi sasaran khusus atau yang dimaksud (target public). Adapun pada komponen sarana berfungsi untuk mengarahkan ketiga probabilitas tersebut pada komponen sasaran kearah posisi atau dimensi yang menguntungkan (favorable). <br />Strategi humas kaitanya dengan pengembangan pendidikan tidak terlalu jauh dengan konsep yang ada pada perusahaan (corporation), barangkali yang membedakan hanya input serta “mesin” pencetak produk sehingga menghasilkan out put yang kompetitif. Dalam dunia humas, sekolah juga memiliki publik humas. Publik humas tersebut dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori. Salah satu yang paling familiar dalam dunia kehumasan adalah publik internal dan eksternal. <br />Oleh karena itu, proses dan aktivitas humas yang dilakukan oleh PR perusahaan tak jauh beda dengan PR di sekolah. Agar perkembangan yang terjadi di sekolah berjalan mulus, maka pengembangan publik internal harus signifikan dan akseleratif sehingga bisa berbanding lurus dan saling terkait dengan program humas. Dalam hal ini, aspek-aspek internal pendidikan harus mendapat perhatian khusus. Karena syarat berkembangnya sebuah lembaga pendidikan adalah kondisi SDM yang baik. Peningkatan kualitas mutu SDM yang terdiri dari Kepala Sekolah (kepsek), Wakil Kepala Sekolah (wakasek), guru, dan siswa serta stakeholder yang terkait. <br />Peningkatan kualitas mutu SDM (human resources) bisa melalui pemberdayaan. Dalam buku manejemen SDM yang ditulis Sugeng MPd pemberdayaan juga berarti empowering. Empowering, berasal dari kata “power” yang artinya, “authority dominant”, awalan “emp” artinya on put on to jadi empowering artinya is passing on authority and responsibility” yaitu menjadi lebih berdaya dari sebelumnya. Dalam arti wewenang dan tanggung jawabnya termasuk kemampuan individual yang dimilikinya atau lebih simpel energi yang ditingkatkan. Sehingga akan melahirkan perubahan SDM berupa kemampuan (competency), kepercayaan (confidence), wewenang (authority), dan tanggung jawab (responsibility). <br />Dengan demikian, setelah kondisi internal telah siap maka baru go public yang akan dimediasikan oleh seorang praktisi public relation baik secara individual maupun kolektif. <br /> Selain pemberdayaan (empowering) SDM guna meningkatkan mutu pendidikan sekolah, diperlukan tiga syarat mutlak (1) sarana gedung (2) buku yang berkualitas (3) resources guru dan tenaga kependidikan yang professional sebagaimana dikatakan Mendiknas Wardiman Djoyonegoro (2004). Peningkatan dan kualitas sekolah bisa dilihat dari sarana dan prasarana, guru yang professional dan kuantitas input serta out put yang kompetitif. Setelah kondisi internal sekolah memiliki bargaining position yang diperhitungkan oleh konsumen maupun rivalnya, maka baru humas mengambil peranan sebagai konstruksi atau “perata jalan” dan korektif atau “pemadam kebakaran” sebagaimana menurut Djanalis Djanaid dalam buku public relation: teori dan praktek. <br /> Berangkat dari teori dan konsep diatas, kemudian penulis mensinkronkan dengan fenomena kerja humas yang cantik di Sekolah Integral Luqman Al-Hakim Surabaya. Setelah beberapa kuartal, eksistensi SD Integral Luqman Al-Hakim mengalami eskalasi yang akselaratif, hingga terkenal, diminati bahkan diburu. Hal ini nampak pada setiap tahun ajaran baru yang mendaftar di SD Integral Luqman Al-Hakim terbilang banyak. Padahal, atmosfir rivalitas sekolah yang memiliki strategi diservikasi semodel SD Integral Luqman Al-Hakim terbilang cukup banyak. <br /> Hal ini disebabkan karena humas yang ada mampu memarketkan produk kurikulum berbasis tauhid dengan baik kepada khalayak luas. Hingga terjual laris dengan cost yang kompetitif.<br />B. Ruang Lingkup<br /> Penelitian ini hanya membahas tentang strategi yang digunakan oleh SD IT Luqman AL-Hakim Surabaya untuk pengembangan sekolah. Adapaun waktu yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sejak berdirinya SD I Luqman Al-Hakim tahun 1996 sampai tahun 2008. <br />C. Rumusan Masalah<br /> Dari latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan, maka peniliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan yang diterapkan oleh SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya” . Dengan sub masalah sebagai berikut :<br />Bagaimanakah strategi humas SD Integral Luqman Al-Hakim?<br />Bagaimanakah pengembangan pendidikan SD Luqman Al-Hakim?<br />Bagaimana strategi humas pengembangan pendidikan SD Luqman Al- Hakim?.<br />D. Tujuan Penelitian<br /> Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan strategi humas pendidikan secara holistik yang diterapkan oleh SD Integral Luqman Al-Hakim sebagai berikut:<br />Strategi humas SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya <br />Tujuan pengembangan pendidikan SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya.<br />Strategi humas SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya dalam mengembangkan pendidikan.<br />E. Manfaat Penelitian<br />Manfaat Teoritis <br /> Secara teoritis peneltian ini berguna untuk :<br />Sebagai sarana untuk mengembangkan manajemen pendidikan, khususnya dalam masalah strategi humas.<br />Dari hasil penelitian ini, diharapkan bisa menjadi sumbangsih bagi referensi kehumasan dalam bidang pendidikan. Yang mana saat ini masih relatif minim. Selain itu, mengingat kontribusi humas sangat signifikan dalam pengembangan pendidikan. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini semoga bisa menjadi bahan referensi dan tolok ukur strategi humas bagi seluruh lembaga pendidikan terkhusus bagi SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya sebagai rujukan dan dokumentasi. <br />2. Manfaat Praktis<br /> Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:<br />Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana atau strata satu Kependidikan Islam (SPd.I) bagi penulis.<br /> Sebagai referensi tambahan bagi dunia humas pendidikan.<br />Sebagai bahan baku yang bisa ditulis kembali menjadi sebuah buku pendidikan bidang humas / public relation yang bisa dijual ke publik.<br />F. Definisi Operasional<br /> Agar terciptanya pengertian dan definisi secara komprehensif, dan untuk menghindari misinterpretasi dalam memahami judul, maka berikut ini peniliti berikan penegasan judul untuk kata atau kalimaat yang dianggap perlu untuk diberi penegasan.<br />Strategi <br /> Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “Strategos” (Stratos = militer dan ag = memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang.2 Adapun menurut Drucker strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar ( doing the right things ). Dalam hal ini, peneliti secara eksplisit akan mengeksplorasi definisi strategi di atas ke dalam ranah pendidikan sehingga bisa menjadi teori kombinatif.<br />Public Relation (Humas) Pendidikan<br /> Humas pendidikan atau public relation adalah kegiatan organisasi atau lembaga pendidikan, dalam hal ini adalah sekolah. Sekolah harus menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukung proses pencapaian tujuan sekolah dengan sadar dan sukarela3 <br /> Sementara itu Jhon E martson dalam public relation (1979) memberikan definisi yang lebih umum tentang humas, yaitu: Public relation is planned, persuasive communication designed to influence significant public.4 Adapun terjemahan dari definisi Jhon E. Martson adalah: humas adalah kegiatan yang direncanakan, yang didesain sebagai komunikasi persuasif untuk mempengaruhi publik yang signifikan/tertentu). <br /> Berangkat dari definisi humas inilah, kemudian peneliti akan mengelaborasikanya dengan strategi, sehingga menjadi teori humas pendidikan yang bisa sumbangsih yang berharga. <br />Pengembangan Pendidikan<br /> Pengembangan dalam bahasa inggrisnya adalah development, yang berarti secara harfiah; mengembangkan, menghasilkan, memperkuat dan membangun (John M Echols: kamus bahasa Ingris Indonesia). Jadi, pengembangan pendidikan adalah proses dan usaha untuk menghasilkan dan mengembangkan hal baru. Dalam konteks pendidikan pengembangan yang dimaksud adalah SDM seperti kepala sekolah (kepsek), Wakil Kepala sekolah (wakasek) guru, murid dan sarana dan prasarana pendidikan sekolah. <br />G. Sistematika Pembahasan <br /> Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka penulis membuat rancangan sistematika sebagai berikut:<br /><br />BAB I Pendahuluan<br /> Pada bab pertama ini terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan judul, dan metodologi penelitian. Serta sistematika pembahasan.<br />BAB II Kajian Pustaka<br /> Berisi tentang pembahasan secara teoritis mengenai strategi humas pendidikan dalam pengembangan pendidikan. Dalam bab ini, terdiri dari beberapa sub pembahasan antara lain adalah:<br /> Strategi (meliputi diantaranya pembahasan umum tentang strategi, macam-macam strategi, teori strategi, model strategi, tekhnik strategi dan, prosedur, pelaksanaan, langkah-langkah strategi.<br /> Humas pendidikan yang terdiri dari tinjauan umum tentang humas, definisi humas sekolah, humas dengan khalayak atau stakeholder tujuan humas pendidikan, urgensi humas pendidikan, pendekatan humas pendidikan.<br /> Pengembangan yaitu pembahasan pengembangan secara teoritis, merencanakan, menyusun dan aplikasi. <br />BAB III Kajian Empiris <br /> Dalam bab ini, peneliti akan membahas tentang metode penelitian, yang menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Uraian di dalamnya berupa jenis dan sumber data, tekhnik penentuan subjek dan obyek penelitian, tekhnik pengumpulan data, instrument pengumpulan data, tekhnik analisa data dan prosedur penelitian. <br />BAB IV Analisa dan Penelitian<br /> Dalam bab ini data-data yang bersifat empiris dan data yang bersifat teoritis tentang strategi humas dalam pengembangan pendidikan di SD Luqman Al-Hakim yang menyangkut diagnosis usaha, penetapan strategi humas, bentuk-bentuk dan program-program kerja pengembangan pendidikan dianalisa dan diinterpretasikan.<br />BAB V Penutup<br />Berisi tentang kesimpulan dan saran <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />KAJIAN TEORI<br />A. PEMBAHASAN MASALAH STRATEGI KEHUMASAN<br />1. Pengertian Strategi <br />Strategi sebagai sebuah kosa kata pada mulanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘strategos’. Kata ‘strategos’ ini berasal dari kata ‘stratos’ yang berarti militer dan ‘ag’ yang artinya memimpin. Berdasarkan pemaknaan ini, maka kata strategi pada awaknya bukan kosa kata disiplin ilmu manajemen, namun lebih dekat dengan bidang kemiliteran.<br />Kata strategi dalam bidang manajemen memang pernah dibahas oleh Drucker pada tahun 1955 dengan ungkapannya tentang manfaat keputusan strategis yang didefiniskan sebagai sebuah keputusan pada sasaran bisnis pada era tersebut belum cukup populer di kalangan pemerhati manajemen. Tokoh yang memiliki andil besar dalam mempopulerkan dan memperkuat konsep-konsep untuk strategi bisnis baru muncul mulai era 1960-an, yaitu Kenneth Andrew, Igor Ansoff, dan Alfred Chandler, Jr. ketiga nama tersebut saat ini dikenal sebagai tiga pemrakarsa yang luar biasa dalam dunia strategi bisnis. Strategi telah didefinisikan dalam beragam cara oleh banyak penulis, sebagai contoh:<br />a. Strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkaian tindakan, serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran ini.<br />b. Strategi adalah sekumpulan pilihan dasar atau kritis mengenai tujuan dan cara dari bisnis.<br />c. Strategi memperhatikan dengan sungguh-sungguh arah jangka panjang dan cakupan organisasi. Strategi juga secara kritis memperhatikan dengan sungguh-sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan lingkungan dan secara khusus memperhatikan pesaingnya.<br />Berdasarkan keseluruhan definisi di atas, maka strategi dapat didefiniskan sebagai berikut: Sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komperatif, dan sinergis yang ideal berkanjutan, sebagai arah, cakupan, dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi. <br />2. Pengertian Humas <br />Istilah hubungan masyarakat (humas) dikemukakan pertama kali oleh presiden Amerika Serikat Thomas Jefferson pada tahun 1807, akan tetapi yang dimaksud dengan istilah Public Relation pada waktu itu adalah dihubungkan dengan foreign relation. <br /> Hingga saat ini, pengertian humas belum ada keseragaman pendapat dari para ahli, karenanya agar lebih jelas pengertian humas, di sini kami akan mengangkat beberpa pendapat sebagai berikut:<br />a. Humas ialah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, penghargaan dari publik atau sesuatu badan khususnya masyarakat umum.<br />b. Humas ialah menjalankan usahanya untuk mencapai hubungan yang harmonis antara sesuatu badan organisasi dengan masyarakat sekelilingnya.<br />c. Humas adalah kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukung proses pencapaian tujuan organisasi dengan sadar dan sukarela.<br />d. Menurut kamus Fund and Wagnal, American Standard Desk Dictionary terbitan 1994, istilah Humas diartikan sebagai : segenap kegiatan dan teknik/kiat yang digunakan oleh organisasi dan individu untuk menciptkan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya. Istilah “kiat” dalam definisi ini mengindikasikan bahwa Humas harus menggunakan metode manajemen berdasarka tujuan (management by objective). Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemuajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat humas merupakan kegiatan yang nyata.<br />e. Pada pertemuan asosiasi-asosiasi Humas seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978, ditetapkan definisi Humas sebagai berikut : humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganilis berbagai kecendrungan, memprediksikan setiap kemungkinan kensekuensi dari setiap kegiatanya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya. <br />Berdasarkan uraian dan tinjauan umum tentang humas di atas, maka humas di lingkungan organisasi kerja/instansi pemerintah termasuk juga dalam bidang pendidikan dalam hal ini khususnya adalah sekolah, Humas dapat diartikan sebagai “rangkaian kegiatan organisasi/instansi untuk menciptkan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihak-pihak terntu di luar organisasi tersebut, agar mendapatkan dukungan terhadap efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kerja secara sadar dan sukarela”. <br />3. Hubungan Strategi Dengan Humas<br />Istilah strategi manajemen sering pula disebut disebut rencana strategis atau rencana jangka panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang diambil dalam kurun waktu tertentu kedepan. Berapa lama waktu yang akan dicakup tentu variatif. Di masa lalu, para ahli menyebut sekitar 25 tahun, tetapi dewasa ini jarang sekali perusahaan yang berani menetapkan arahnya untuk 25 tahun ke depan. <br />Sebagian besar membuatnya 5-10 tahun. Hal ini disebabkan karena perubahan yang terjadi sangat cepat dan sulit ditebak arahnya. Kasali menyebutkan, rencana jangka panjang inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi PR untuk menyusun berbagai rencana teknis, langkah komunikasi yang akan diambil sehari-hari. Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan PR harus menyatu dengan visi dan misi organisasi/perusahaanya.<br />Sama seperti bagian devisi lain di dalam perusahaan, untuk memberi konstribusi kepada rencana jangka panjang itu, praktisi humas dapat melakukan langkah-langkah:<br />a. Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam maupun di luar lembaga. Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari kliping media massa dalam kurun waktu tertentu, dengan melakukan penelitian terhadap naskah-naskah pidato pimpinan, bahan yang dipublikasikan lembaga, serta melakukan wawancara tertentu dengan pihak-pihak yang berkepenitngan atau dianggap penting. Menelusuri dokumen resmi lembaga dan mempelajari perubahan yang terjadi secara historis. Perubahan umumnya disertai dengan perubahan sikap lembaga terhadap publiknya atau sebaliknya.<br />b. Melakukan analisis SWOT (Strenght/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, Opportunies/peluang, dan treatment/ancaman). Meski tidak perlu menganilisis hal-hal yang berada di luar jangkauanya, seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi dari luar dan dalam perusahaan atas SWOT yang dimilikinya. Misalnya menyangkut masa depan industri yang ditekuninya, citra yang dimiliki perusahaan, kultur yang dimiliki serta potensi lain yang dimiliki lembaga. <br />Komponen strengths dan weaknesses dikaji dari unsur-unsur yang berasal dari dalam lembaga. Sedangkan kedua komponen lainya opportunities dan threats dikaji di mana lembaga berada. Peluang dan ancaman bisa muncul dari unsur seperti peraturan pemerintah, kecemburuan masyarakat, nilai masyarakat, perubahan struktur kependudukan, pandangan yang tengah beredar di masyarakat, situasi ekonomi, perubahan politik, dan tekanan yang muncul dari envorenmentalist.<br /> Selain berkonotasi “jangka panjang” strategi manajemen juga menyandang konotasi “strategi”. Kata strategi sendiri mempunyai pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut dengan hal-hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam atau dari luar. Kalau dapat, ia akan terus hidup, kalau tiak, ia akan mati seketika. <br />Hidup yang dipertaruhkan sendiri merupakan suatu cakupan waktu yang panjang, bukan sekedar bertahan lalu mati. Maka dari itu strategi membenarkan lembaga atau melakukan tindakan pahit seperti mengamputasi (pengurangan unit usaha, dirumahkanya karyawan, pemangkasan, dan lain-lain). Hal itu dilakukan demi kehidupan perusahaan/organisasi dalam jangka panjang. <br /><br /><br /><br />4 . Unsur-Unsur Strategi<br />Untuk membuat strategi agar sesuai dengan “nafas” lembaga, maka diperlukan tiga proses yang saling terkait.<br />a. Visi<br />Sudah barang pasti, sebuah lembaga yang didirikan memiliki tujuan yang disematkan oleh pendirinya. Tujuan tersebut merupakan suatu impian/keadaan di masa akan datang yang dicita-citakan oleh seluruh personil organisasi ( dari jenjang komisaris hingga pesuruh) untuk dicapai dengan melakukan aktivitas. Cita-cita di masa depan yang ada di pikiran para pendiri inilah yang disebut “visi” dari sebuah perusahaan. Sebagaimana tujuan didirkanya republik Indonesia guna mencapai suatu masyarakat adil dan makmur.<br />b. Misi<br />Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang. Pernyataan misi mencerminkan tentang segala penjelasan tentang bisnis/produk atau pelayanan yang ditawarkan sangat diperlukan oleh masyarakat untuk pencapaian misi. <br />Misi merupakan terjamahan dari visi yang lebih pragmatis dan kongkrit yang dapat dijadikan sebagai acuan dan pengembangan strategi dan aktivitas dalam organisasi. Oleh karena itu visi dibutuhkan misi, dalam hal ini, misi lebih tajam dan detail jika dibandingkan visi.<br /><br />c. Falsafah Perusahaan<br />Falsafah Perusahaan berfungsi untuk mengatasi benturan atau pun masalah-masalah yang sangat sulit dipecahkan. Di mana masalah tersebut bisa mendisorientasikan visi dan misi perusahaan. Falsafah perusahaan tersebut biasanya disebut Kredo dan nilai-nilai dari kredo tersebut ditanamkan pada setiap hati dan tingkah laku karyawanya.<br />5. Langkah Pembuatan Strategi Humas <br /> Agar strategi humas dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka langkah-langkah untuk membuatnya. Dalam hal ini, Pearce dan Robinson, mengembangkan langkah-langkah strategic management sebagai berikut:<br />a. Menentukan mission perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran (goals).<br />b. Mengembangkan company profile yang mencerminkan kondisi intern lembaga dan kemampuan yang dimilikinya.<br />c. Penilaian terhadap lingkungan eksteren lembaga, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum.<br />d. Anaisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan).<br />e. Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan.<br />f. Pemilihan strategi atas objective tahunan dan rencana jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut.<br />g. Mengembangkan objective tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objective jangka dan garis besar strategi.<br />h. Implementasi atas hasil-hasil di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada budget (anggaran) dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan system balas jasa yang memungkinkan.<br />i. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan control dan sebagai input bagi pengembalian keputusan dimasa depan. <br />James E. Grunig dan Fred Repper mengemukakan model strategic management dalam kegiatan PR (untuk menggambarkan dua peran PR dalam strategic management secara menyeluruh dan dalam kegiatan PR itu sendiri) melalui tujuh tahapan, dimana tiga tahapan pertama mempunyai cakupan luas sehingga lebih bersifat analisis. Empat langkah selanjutnya merupakan penjabaran dari tiga pertama yang diterapkan pada unsur yang berbeda-beda. <br />1) Tahap stakeholder: sebuah lembaga mempunyai hubungan dengan publiknya bilama perilaku organisasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap stakeholdernya atau sebaliknya. PR harus melakukan survey untuk terus membaca perkembang lingkunganya, dan membaca perilaku organisasinya serta menganilisis konsekuensi yang akan timbul. Komunikasi yang dilakukan secara kontiyu dengan stakeholder ini membantu organisasi untuk tetap stabil.<br />2) Tahap publik: publik terbentuk ketika lembaga menyadari adanya problem tertentu. Pendapat ini berdasarkan hasil penelitian Gruning dan Hunt, yang menyimpulkan bahwa publik muncul sebagai akibat adanya problem dan bukan sebaliknya. Dengan kata lain, publik selalu eksis bilamana ada problem yang mempunyai potensi akibat konsekuensi terhadap mereka. Publik bukanlah suatu kumpulan massa umum biasa, mereka sangat efektif dan spesifik terhadap suatu kepentingan tertentu dan problem terntentu. Oleh karena itu, humas perlu terus menerus mengidentifikasi publik yang muncul terhadap berbagai problem. Biasanya dilakukan melalui wawancara mendalam pada suatu focus group.<br />3) Tahap isu: publik muncul sebagai konsekuensi dari adanya problem selalu mengorganisasi dan menciptkan “isu”. Yang dimaksud dengan “isu” di sini bukanlah isu dalam surat kabar tak resmi yang berkonotasi negatif (rumor), melainkan tema yang dipersoalkan. Mulanya pokok persoalan demikian luas dan mempunyai banyak pokok, tetapi kemudian akan terjadi kristalisasi sehingga pokoknya menjadi lebih jelas karena pihak-pihak yang terkait saling melakukan diskusi.<br />4) Humas perlu mengembangkan objective formal seperti komunikasi, akurasi, pemahaman, persetujuan dan perilaku tertentu terhadap program-program kampaye komunikasinya.<br />5) Humas harus mengembangkan program resmi dan kampaye komunikasi yang jelas untuk menjangkau objective di atas.<br />6) Humas khususnya para pelaksana, harus memahami permasalhan dan menerapkan kebijakan kampaye komunikasi.<br />7) Humas harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan tugasnya untuk memenuhi pencapaian objective dan mengurangi konflik yang muncul di kemudian hari. <br />Dalam Diktat Manajemen Humas yang ditulis oleh Surohim Abdus Salam, S, Sos., M.Si. dikatakan bahwa kriteria strategi humas yang baik adalah: pertama: didasarkan atas visi, misi, dan destination statement organisasi. Kedua: merupakan bagian integral dari sasaran strategis organisasi. Ketiga: harus selaras (aligned) dengan kegiatan utama organisasi.<br />Strategi PR<br />Contoh<br />Misi→Visi→Destination→Statement→Strategi Komunikasi <br />Adapun strategi komunikasi dilakukan sebagi berikut:<br /><br />Anailisis situasi. <br />a) Hal ini dapat dilakukan melalui observasi, riset, kuisioner, sikap opinion leaders.<br />b) Penetapan tujuan. Bersifat spesifik dan dapat diukur.<br />c) Penetapan “publics” <br />sekelompok orang, internal dan eksternal yang menjadi sasaran komunikasi organisasi.<br />d) Pemilihan medium dan teknik<br />Surat kabar, audio visual, televisi, eksebisi, bahan cetakan, buku sponsor, temu wicara, bulletin internal, identitas lembaga.<br />e) Perencanaan anggaran<br />labor intensive<br />biaya overhead<br />alat control, ukur kinerja<br />f) Evauasi hasil<br /> kualitatif dan kuantitatif cara evaluasi, data statistic, umpan balik, poling, survey.<br /> 6. Perencanaan Strategi Humas <br />Menurut Seitel perencanaan dalam humas sangat esensial hal tidak hanya untuk mengetahui di mana suatu kampaye khusus yang dikedepankan, tetapi juga untuk memperoleh dukungan top manajemen. <br /> Sebelum malakukan kegiatan humas, pejabat humas harus memperhitungkan sasaran dan strategi, perencanaan dan anggaran, serta penelitian dan evaluasi. Lingkungan sekitar yang menjadi cakupan organisasi atau perusahaan harus mencerminkan seluruh tujuan-tujuan bisnis. Dalam hal ini pula sudah tercermin strategi dan sasaran PR.<br /> Meletakkan sasaran formulasi strategi dan perencanaan adalah esensial atau penting jika fungsi PR dianggap sama derajatnya dengan komponen lainya di dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Perencanaan memerlukan pemikiran. Perencanaa suatu program PR jangka pendek untuk mempromosikan pelayanan baru barangkali memerlukan sedikit pemikiran dan waktu dibandingkan dengan perencanaan kampaye jangka panjang untuk memperoleh dukungan bagi suatu isu kebijakan publik. <br />Di antara aspek-aspek yang paling penting bagi PR praktis adalah menetapkan tujuan yang jelas, sasaran dan target bagi penerapan praktik. Kegiatan PR adalah tidak ada artinya jika dirancang untuk mencapai tujuan yang memerlukan tindakan terntentu saja. Sebagai contoh, perencanaan PR mendasar yang perlu diperhatikan:<br />a. Enverontment: kita perlu meningkatkan penjualan produk dalam pasar local. Sekarang kita adalah tiga besar dalam pasar, mencapainya dengan cepat mengejar pemasok tempat, kedua, tetapi jauh di belakang market leader (yang dominant menguasai pasar).<br />b. Sasaran bisnis: tujuan kita adalah ambil bagian dalam membangun pasar untuk produk kita dalam wilyah local. Kita mencari untuk mengguli sebanyak dua provider (pemasok) dan secara perlahan mencapai posisi nomer satu.<br />Sasaran PR: (a) memperkuat solidnya komitmen perusahaan kita terhadap pelanggan lokal, (b) menyakinkan pelanggan potensial bahwa pereusahaan kita menyediakn staf yang ahli di bidangnya, produk bersaing dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan, (c) posisi perusahaan kita sebagai pesaing hebat untuk dua market leader (dominasi pasar).<br />c. Strategi PR: posisi perusahaan kita merupakan “expert” dalam pasar, melalui sponsorship perushaan dan penelitian langsung pada pengambil keputusan local, pemberitaan media dalam bentuk artikel yang berkaitan dengan perusahaan, ahli pidato di panggung bagi eksekutif perusahaandan perusahaan menjadi sponsor seminar untuk memperlihatkan keahlian kita.<br />d. Program/taktik PR: (a) dicari pemberitaan media dan ditulis ebagai artikel yang membahas produk perusahaan pada media massa local; (b) permintaan penulisan profil untuk tulisan feature dan wawancara “exclusive” dengan dominasi publikasi perdagangan; (c) sponsor suatu penelitian triwulan perusahaan lokal. Melalui survey terhadap pengambilan keputusan, focus terhadap topik yang baru perhatian dan pemberian informasi dan komentar dari pandangan suatu pelanggan; (d) sponsor empat buah seminar setiap tahunya untuk menunjukkan penggunaan produk perusahaan di wilayah lokal; (e) menurunkan wakil pembicara perusahaan, dimana pembicara perusahaan itu berbicara di antara kelompok-kelompok tertentu.<br />7. Jenis-Jenis Strategi<br />1. Strategy Generik<br />Glueck berpendapat bahwa ada empat macam strategi Generik, strategi stabilitas (stability strategy), strategi ekspansi (Expansion Strategy), strategi penciutan (Retrenchement Strategy), dan strategi kombinasi (combination strategy). <br />a. Strategi Stabilitas Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan fungsi-fungsi perusahaan. Strategi stabilitas lebih pada peningkatan efesiensi di segala bidang untuk meningkatkan kinerja/keuntungan dan memiliki risiko yang lemah. Strategi ini digunakan pada suatu produk/bisnis yang berada pada rahap kedewasaan.<br />b. Strategi ekspansi yaitu strategi ekspansi ini lebih menititkberatkan pada penambahan/perluasan produk, pasar ataupun fungsi dalam perusahaan. Focus strategi ini lebih pada peningkatan aktivitas perusahaa.karena adanya perluasan akan emngakibatkan strategi ini mengandung risiko yang tinggi.<br />c. Strategi penciutan yaitu strategi penciutan yaitu melakukan pengurangan atas suatu produk, pasar atau fungsi tertentu. Menekankan pada pengurangan ataupun menutup unit bisnis yang mempunyai cash flow negative.biasanya diterapkan pada suatu bisnis yang berada pada tahap menurun. <br /><br /><br />d. Strategi Kombinasi<br />Pemakaian lebih dari satu strategi di atas untuk jangka yang berurutan ataupun pada waktu yang bersamaan. Misalnya pada waktu musim panas perusahaan X memekai strategi A tetapi pada musim dingin diganti dengan strategi B. atau pada saat musim panas perusahaan XYZ memakai strategi A untuk SBU M, strategi B untuk SBU P dan Strategi C untuk SBU O.<br />8. Humas Di Lingkungan Sekolah<br />Menurut kurikulum tahun 1975 ( buku III D) kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi beberapa hal berikut ini:<br />a. Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua murid.<br />b. Memelihara hubungan baik dengan BP3 (badan pembantu penyelenggara pendidikan)/ komite sekolah.<br />c. Memelihara hubungan dan mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan organisasi-organisasi sosial.<br />d. Memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah, melalui bermacam-macam teknik komunikasi (majalah, surat kabar, atau mendatangkan nara sumber, dll.).<br />Stewart Harral (1962) dalam bukunya tested public relation for school mengemukakan pendapatnya secara terperinci, bahwa kegiatan humas di sekolah tidak cukup hanya menginformasikan fakta-fakta tertentu dari sekolah itu, melainkan juga:<br />a. Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan.<br />b. Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerjasama.<br />c. Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan.<br />d. Menunjukkan pergantian keadaan pendapat umum.<br />Menurut Drs Ngalim Purwanto dkk. (1975) hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup:<br />a. hubungan sekolah dengan sekolah.<br />b. Hubungan sekolah dengan pemerintah setempat.<br />c. Hubungan sekolah dengan instansi/organisasi lain.<br />d. Hubungan sekolah dengan masyarakat pada umumnya, antara lain:<br />1). Guru.<br />2). Pegawai Sekolah.<br />3). Murid.<br />4). Komite Sekolah/Dewan Sekolah/BP3.<br />5). Orang tua murid /wali siswa.<br />6). Masayrakat sekitar sekolah.<br />Humas sekolah harus hubungan yang bersifat pedagogis, sosiologis dan produktif yang dapat menguntungkan dan mendtanagkan keuntungan dan perbaikan dari kedua belah pihak. Dalam hal ini kepala sekolah memegang peranan dan menentukan. Sekolah itu mesti berada di tengah-tengah masyarakat. Karena itu sekolah mau tidak mau harus berhubungan dengan masyarakat. <br />9. Tujuan Humas Sekolah <br />Secara umum hubungan sekolah dengan masyarakat memiliki tujuan yang cukup simpel dan sekilas tidak rumit dalam memahami tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu: ”menciptakan hubungan (kerjasama) yang harmonis antara sekolah dengan publiknya, dengan melalui usaha memperkenalkan sekolah beserta seluruh kegiatanya kepada masyarakat untuk memperoleh simpati dan pengertian mereka sehingga mereka mendukung proses pencapaian tujuan dengan sadar dan sukarela”. <br />Pembaruan pendidikan yang sedang digiatkan pemerintah sekarang ini sangat menekankan pada relevansi pendidikan. Sekolah harus dibuat lebih relevan dengan lingkungan siswa dan pengembangan kurikulum harus sesuai dengan keadaan daerah dan wilayahnya. Tujuan agar sekolah tidak terisolasi dari masyarakat dan sekolah harus beriorientasi kepada kenyataan kehidupan dan masalah masyarakat. Karena itu hubungan antara sekolah dengan masyarakat yang baik harus menjadi perhatian terus menerus dari setiap kepala sekolah dan stafnya. Untuk menjaga keharmonisan tersebut, keberadaan humas pada suatu sekolah menjadi sangat penting.<br />Tujuan yang hendak dicapai hubungan masyarakat pada sekolah adalah sebagai berikut:<br />a. Mengembangkan pemahaman kepada masyarakat tentang maksud-maksud dan sasaran dari sekolah.<br />b. Memberikan penilaian program kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sekolah.<br />c. Menjalin dan meningkatkan hubungan harmonis antara orang tua siswa dengan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik.<br />d. Membangun kesan positif dan memelihara kepercayaan terhadap sekolah.<br />e. Menginformasikan kepada masyarakat tentang rencana program dan kegiatan sekolah.<br />f. Mencari bantuan dan dukungan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah.<br />g. Sekolah sebagai jasa lembaga pendidikan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan (siswa, keluarga, dan masyarakat lain).<br />h. Keberhasilan program tersebut dijadikan sebagai sasaran hubungan sekolah dengan masyarakat, tergantung pada pemahaman pimpinan sekolah terhadap pentingnya keberadaan peran kehumasan untuk difungsikan. <br />10. Pendekatan Hubungan Humas Sekolah<br />Penciptaan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat menurut adanya pendekatan yang tepat bagi kedua belah pihak. Pendekatan yang tepat dalam hubungan sekolah dengan masyarakat adalah komunikasi dua arah. Hal ini berarti jika salah satu pihak ingin menyampaikan sesuatu, maka pihak tersebut langsung meng-komunikasikanya tanpa menunggu pihak lain memulai terlebih dulu.<br />B. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN<br />Pengembangan unsur-unsur pendidikan yaitu kurikulum, kesiswaan, sarana dan kehumasan bisa melalui pemberdayaan. Pemberdayaan atau empowering, berasal dari kata “power” yang artinya, “authority dominant”, awalan “emp” artinya on put on to jadi empowering artinya is passing on authority and responsibility” yaitu menjadi lebih berdaya dari sebelumnya. <br /> Dalam proses pengembangan dan pemberdayaan unsur-unsur pendidikan peran humas sangatlah penting. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, akan dikaji seberapa efektif peran humas dalam pengembangan pendidikan melalui faktor-faktor tersebut. Keempat faktor tersebut yaitu:<br />1. Kurikulum<br />Kurikulum suatu lembaga pendidikan, mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi, akan selalu berkembang sejalan dengan kemajuan di bidang sain dan teknologi. Perkembangannya itu akan dipengaruhi pula oleh tujuan pendidikan dan kebutuhan masyarakat terhadap kualitas tenaga-tenaga ahli dan terdidik yang dihasilkan oleh pendidikan.<br /> Dan seiring dengan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia, maka kurikulum telah mengalami beberapa kali ganti. Diantaranya kurikulum kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004/ kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum 2006/ kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kaitanya dalam penelitian ini, maka penulis akan mengulas satu persatu jenis kurikulum tersebut, sebagai relavansi dengan teori strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan di SD Integral Luqman Al-Hakim. <br />a. Kurikulum 1984<br />Dalam kurikulum 1984 ada beberapa tujuan inti, yaitu:<br />Mendidik siswa menjadi manusia pembangunan sebagai warga negara indonesia yang berpedoman pada pancasila dan undang-undang dasar 1945, dan sekaligus merupakan perwujudan upaya untuk menempatkan siswa dalam suasana sedemikian rupa sehingga mereka memiliki pengetahuan, sikap dan nilai minimal yang sama.<br />Dalam kurikulum 1984, tiga faktor lingkungan yang membedakan dengan kurikulum modern. <br />1) Program inti.<br />Program inti tersebut wajib diikuti oleh semua siswa, dimaksudkan untuk memenuhi tujuan pendidikan sesuai dengan jenjengnya. Program inti merupakan program yang wajib bagi semua siswa dengan mengacu pada kepentingan pencapaian tujuan pendidikan nasional, perubahan masyarakat dalam rangka perkembangan tekhnologi. Seperti untuk jenjang SMA, program inti mencakup 60 persen dari keseluruhan program di SMA dengan belajar seluruhnya 134 kredit.<br />2) Program Pilihan<br />Program pilihan merupakan program yang dimaksudkan untuk memenuhi tujuan yang kedua, ketiga dan keempat, yaitu”menyiapkan siswa yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lenih tinggi dan yang akan terjun ke dunia kerja”.<br />3) Pedoman pelaksanaan sistem kredit<br />Satu kredit adalah satu jam pelajaran tatap muka dalam kegiatan intra kurikuler ditambah setengah jam pelajaran tugas rumah perminggu persemester. Pedoman ini bertujuan:<br />a) Memberi arah/dasar penyusunan petunjuk pelaksanaanya.<br />b) Memberi keseragaman petunjuk pelaksanaan di lapangan.<br />c) Meningkatkan tepat guna dan daya guna dalam proses belajar mengajar.<br />Dalam sistem kredit ini ada lima faktor yang terkait.<br />1) Komponen sistem kredit<br />Kredit adalah ukuran/satuan beban belajar siswa yang ditentukan oleh jumlah jam pelajaran tatap muka.<br />a) Fungsi kredit.<br />Sebagai pengukur beban belajar siswa, yaitu dapat menunjukkan ukuran minimum dan maksimum.<br />b) Sebagai cermin perolehan pengetahuan tertentu dalam waktu tertentu.<br />c) Sebagai pengakuan penyelesaian suatu program studi pada tingkat semester tingkat kelas dan atau sekolah.<br />2) Batasan satuan kredit.<br />Satu kredit adalah satu jam pelajaran tatap muka dalam kegiatan intra kurikuler ditambah setengah jam pelajaran tugas/pekerjaan rumah perminggu atau persemester. Ini berarti bahwa untuk memperoleh satu kredit diperlukan adanya kegiatan intra kulikuler ditambah dengan pemberian tugas yang diperhitungkan oleh guru, yang dapat diselesaikan oleh siswa dalam waktu setengah jam pelajaran setiap minggu dalam satu semester.<br />3) Syarat-syarat memperoleh kredit<br />seorang siswa dinyatakan memeproleh kredit suatu mata pelajaran pada satu semester jika siswa mengikuti kegiatan intra kurikuler dan kegiatan melaksanakan diluar jam pelajaran.<br />4) Pelaksanaan sistem kredit<br />Pelaksanaan sistem kredit meliputi pengambilan program, pengeloaan kelas, perpindahan program, perpindahan sekolah, melanjutkan program dan kenaikan kelas. Pelaksaan perbaikan, persyaratan untuk mengambil program pilihan, penyelesaian program, cara nilai, dan kredit semseter terakhir, ebta dan format-format yang diperlukan.<br /><br /><br />b. Kurikulum 1994<br />Dalam kurikulum 1994 ini, sedikitnya ada sembilan poin perbedaan dengan kurikulum modern KBK dan KTSP, yaitu sebagai berikut.<br />1) Menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan, yang menekankan pada isi atau materi, berupa pengerahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.<br />2) Standar akademis yang diterapkan secara seragam bagi setiap peserta didik.<br />3) Berbasis konten, sehingga peserta didik dipandang sebagai kertas putih yang perlu ditulisi dengan sejumlah ilmu pengetahuan (transfer of knowlegde)<br />4) Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi, sehingga Depdiknas memonopoli pengembangan ide dan konsepsi kurikulum.<br />5) Materi yang dikembangkan dan diajarkan di sekolah seringkali tidak sesauai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.<br />6) Guru merupakan kurikulum yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas.<br />7) Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dikembangkan melalui latihan, seperti latihan mengerjakan soal.<br />8) Pembelajaran cenderung hanya dilakukan di dalam kelas, atau dibatasi oleh empat dinding kelas.<br />9) Evaluasi nasional yang tidak dapat menyentuh aspek-aspek kepribadian peserta didik.<br />c. Kurikulum 2004 (KBK)<br />Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya. Penerapan KBK memungkinakan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminakn penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. <br /> Depdiknas melukiskan pengembangan kurikulum KBK sebagai berikut:<br />Landasan Filosofis: Pancasila<br />Kurikulum Berbasis Kompetensi<br />Kegiatan belajar mengajar<br />Peneilaian Berbasis Kelas<br />Kompetensi dan <br />Hasil Belajar<br /> Konteks Pendidikan Otonomi Daerah, Pengembengan Daerah, Pengembangan Berkelanjutan, Kompetensi Standar, Kehidupan Demokratis, Globalisasi, perkembangan ilmu dan tekhnologi informasi, ekonomi berbasis pengetahuan, HAM<br />Rekonseptualisasi kurikulum<br /> <br /><br /><br /><br /><br />Pengembang-an Silabus<br />Pemantauan Kurikulum <br />Implementasi kurikulum<br />Seleksi Materi<br />(Berdiversivikasi)<br /><br /><br />Pengembangan kurikulum KBK seperti pengembngan kurikukum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang studi, dan tingkat satuan bahasan (modul). Pengembangan kurikulum berbasis kopetensi (KBK) seperti pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu: <br /><br />1) Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional<br />Pada tingkat ini pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara vertikal maupun horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Secara vertikal berkaitan dengan kontinuitas pengembangan kurikulum antar berbagai jenjang pendidikan (pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi). Sedangkan secara horizontal berkaitan dengan keselarasan antarberbagai jenis pendidikan dalam berbagai jenjang. Dalam kaitannya dengan kurikulim berbasis kompetensi (KBK), pengembangn kurikulum tingkat nasional dilakukan dalm rangka mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan seklah.<br />2) Pengembangan kurikulum tingkat lembaga<br />Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:<br />a) Mengembangkan kompertensi lulusan, dan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan. <br />b) Berdasarkan kompetensi dan tujuan diatas selanjutnya dikembangkan bidang-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut.<br />c) Mengembangkan dan mengidentifikasikan tenaga-tenaga kependidikan (guru dan non guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan. <br />d) Mengidentifakasi fasilitas pembalajaran yang diperlukan umtuk memeberi kemudahan belajar. <br /> 3). Pengembangan kurikulum tingkat bidang studi<br />Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Kegiatan yang dilakukan antara lain:<br />a). Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan setiap bidang studi.<br />b). Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta mengelompokannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan (keterampilan), nilai, dan sikap.<br />c). Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokkannya sesuai dengan skup dan sekuensi.<br />d). Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta keriteria pencapaiannya.<br /><br /><br /> 4). Pengembangan kurikulum tingkat satuan bahasa (modul).<br />Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah didefinisikan dan diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiapbidang studi, selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran. Dalam KBK program pembelajaran yang dikembangkan adalah modul, sehingga kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan paket-paket modul.<br />d. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)<br />Tepat mulai tahun ajaran 2006/2007 Depdiknas meluncurkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) atau akrab disebut kurikulum 2006. KTSP memberi keluasan penuh setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memerhatikan potensi sekolah dan potensi daerah sekitar. KTSP merupakan hasil penegasan dari atau sejalan dengan kebijakan desentralisasi. Ini merupakan sebuah konsep yang indah karena memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada daerah untuk berkembang. <br />Dalam KBK 2004 dideskripsikan kompetensi dasar, dijabarkan indikator, dan bahkan dipetakan pula materi pokok pelajaran. Namun dalam kurikulum 2006/KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru sendiri yang mesti menentukan indikator dan materi pokok pelajaran, disesuaikan dengan situasi daerah dan minat anak didik. <br />1) Kompetensi dalam kurikulum<br />Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Adapun kompetensi yang dimaksud yaitu, pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat. <br />2) Karakteristik KBK<br />Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum yang berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut.<br />d) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.<br />e) Berorientasi pada hasil belajar (learner out comes) dan keberagamaan.<br />f) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.<br />g) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainya yang edukatif.<br />h) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.<br /><br />4) Pendekatan Dan Pengembangan Kurikulum<br />Pada dasarnya, pengembangan kurikulum sebagaimana dikatakan Karim (2001) harus sesuai dengan kondisi dan kepentingan daerah yang beragam maka:<br />a) Pengembangan kurikulum pada pencapaian hasil dan dampaknya (outcome oriented) yang dirumuskan kompetensi.<br />b) Pengembangan kurikulum berbasis pada kompetensi dasar yang berfungsi sebagai ”national platform” memungkinkan daerah dan peserta didik di seluruh tanah air yang berpotensi, kemampuan dan minat belajarnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan lanjutan atau dunia kerja.<br />c) Kurikulum berbasis kompetensi adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang diarapkan siswa setelah menyelaikan pendidikan.<br />d) Pengembangan kurikulum yang berdiversivikasi yang memungkinkan setiap daerah atau sekolah mengembangkan atau menyusun silabus sendiri berdasarkan kompetensi dasar yang ditentukan pusat.<br />e) Pengembangan kurikulum yang utuh, holistik, penguasaan life skill dan akademis, hidup sehat dan menmgapresiasi seni baik memalui kegiatan intra maupun ekstra kurikuler.<br />2. Kesiswaan<br />Dua faktor yang menjelmakan situasi pendidikan adalah anak didik dan pendidik. Berlangsungnya situasi pendidikan tidak mungkin tanpa kedua faktor itu. Di sekolah, kedua faktor itu disebut siswa (murid) dan guru. Tanpa kedua faktor itu tersebut tidak mungkin diselenggarakan sekolah yang diwujudkan dalam berbagai bentuk situasi pendidikan, termasuk juga yang disebut proses belajar mengajar hanya akan berlangsung secara berdaya dan berhasil guna bilamana kedua faktor itu dilakukan secara baik. <br />Sebagai kriteria penyelenggaraan sekolah yang berhasil dan berdaya, maka bisa dilihat dari dua faktor, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pertama: secara kualitatif, yaitu melihat berapa jumlah prestasi yang diraih para siswa, makin banyak prestasi yang didapat, maka semakin bagus lembaga pendidikan tersebut dalam mengelola pendidikan.<br />Kedua: secara kuantitatif, yaitu jumlah murid yang ada. Semakin banyak murid yang berminat belajar di lembaga tersebut, maka semakin besar juga kepercayaan, dan prestise lembaga tersebut bagi konsumen. <br />Melihat urgensitas dua faktor di atas, maka keberadaan keduanya sangat diperlukan dalam keberlangsungan sebuah lembaga pendidikan. Untuk faktor kualitatif, maka sekolah bisa menyiasatinya dengan cara rekrutmen/penerimaan siswa baru yang berdasarkan kognisi/kecerdasan siswa. Dan untuk mengup-date intelegensi siswa itu, maka sekolah harus memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang dapat menunjang proses pembelajaran. Tidak hanya itu, sekolah juga harus menerapkan kurikulum yang up to daten serta strategi pembelajaran yang bagus. Sedangkan untuk faktor kuantitatif, sekolah hanya berorientasi pada jumlah siswa, tanpa harus memberikan syarat khusus untuk calon siswa baru. <br />3. Sarana <br />Tidak bisa tidak, sukses/maju tidaknya sekolah sangat dipengaruhi oleh sarana sekolah. Mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan bila alat kelengkapan edukatif tidak tersedia semaksimal mungkin. Oleh karena itu, kelengkapan sarana pendidikan merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan. <br />Ada dua jenis prasarana dan sarana yang terdapat di sakolah sebagai berikut : <br />a. Prasarana dan sarana edukatif yakni segala sesuatu yang bersifat fisik, yang diperlukan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar secara berdaya an berhasil guna. Misalnya gedung/lokal, ruang perpusatakaan, ruang bimbingan dan penyuluhan, papan tulis, alat peraga, kapur tulis dan lain-lain.<br />b. Prasarana dan sarana non-edukatif yakni segala sesuatu yang bersifat fisisk, yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan program sekolah, baik yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar maupun tidak. Misalnya ruang kafetaria/warung sekolah, ruang koperasi sekolah, ruangan usaha kesehatan sekolah, meja kursi dan lain-lain. <br />Dalam hal ini, sarana dan prasana eduktatif sangat diperlukan untuk kemajuan pendidikan sebuah lembaga sekolah. Dan seiring dengan perkembangan tekhnologi dan kemampuan ekonomi secara global masyrakat Indonesia, maka pengadaan sarana dan prasarana edukatif sangat fluktuatif. Adapun sarana eduaktif bisa dibedakan menjadi dua, yaitu sarana konvensional dan modern. <br />Beberapa dasawarsa ini, banyak sekolah mengganti sarana edukatif menjadi modern. Dulu, sekolah hanya menggunakan papan tulis hitam (black board) dengan kapur tulis (chalk) tanpa sarana edukatif modern lainya. Namun seiiring dengan perkembangan zaman, kini banyak sekolah yang memodernisasi sarana tersebut. Dari papan tulis dan kapur tulis kini berubah menjadi white board dengan alat tulis spidol bermacam warna. Tidak hanya itu juga, saran edukatif pun menjadi lebih lengkap, dengan adanya alat LCD, UHP, Lab Komputer, Lab MIPA, Lab, Bahasa, Laptop, TV dan saran edukatif lainya. <br />4. Hubungan Masyarakat <br />Sekolah merupakan konsep yang luas, mencakup lembaga pendidikan formal maupun non formal. Sedangkan istilah ”masyarakat” merupakan konsep yang mengacu kepada semua individu, kelompok, lembaga, atau organisasi yang berada di luar sekolah sebgai lembaga pendidikan.<br /> Mengapa sekolah harus berhubungan dengan masyrakat? untuk menjawab pertayaan ini, perlu kiranya dikemukakan terlebih dahulu beberapa pandangan filosofis tentang hakikat sekolah itu sendiri dan hakikat masyarakat, dan bagaimana hubungan antara keduanya.<br />a. Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat; ia bukan lembaga yang terpisah dari masyarakat.<br />b. Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat.<br />c. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.<br />d. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkolerasi; keduanya saling membutuhkan.<br />e. Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena masyarakat memerlukanya. <br />a. Tujuan Hubungan Sekolah Dan Masyarakat<br />Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaran hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan untuk.<br />a) Memelihara kelangsungan hidup sekolah.<br />b) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.<br />c) Memperlancar proses belajar mengajar.<br />d) Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.<br />Menurut Elsbree dan McNally, tujuan humas di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga tujuan pokok, yaitu :<br />1) untuk mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak.<br />Makin majunya konsep-konsep pendidikan menunjukkan kepada para pendidik, terutama guru-guru di sekolah, agar pendidikan dan pengajaran tidak lagi subject matter centered, tetapi hendaknya community life centered; tidak lagi berpusat pada buku, tetapi berorientasi pada kebutuhan kehidupan di dalam masyarakat. Konsep pendidikan yang demikian mengandung implikasi yang berhubungan dengan masyarakat, seperti:<br />a. Personel sekolah, terutama guru-guru, perlu mengetahui benar-benar kondisi-kondisi masyarakat lingkungan hidup anak-anak yang sangat penting bagi program pendidikan seperti lingkungan alam tempat anak itu hidup, macam macam masalah pendidikan yang timbul di dalam masyarakat itu, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat, keadaan penghidupan dan ekonomi mereka, kesempatan dan sarana rekreasi bagi anak-anak.<br />b. Kepala sekolah dan guru hendaknya selulu berusaha untuk dapat bekerja sama dan memanfaatkan sumber-sumber di dalam masayarakat yang diperlukan untuk memperkaya program sekolah. Semua itu merupakan faktor-faktor masyarakat yang sangat penting diketahui dalam hubunganya dengan program belajar yang community life centered.<br />c. Sekolah hendaknya dapat bekerja sama dengan organisasi-organisasi dan instansi lain di dalam masyarakat yang mempunyai tugas dan kepentingan yang sama terhadap pendidikan siswa.<br />d. Guru-guru hendaknya selalu mengikuti perkembangan masyarakat dan selulu siap memahami dan mengkaji sumber-sumber masyarakat yang dapat dimasukkan ke dalam rencana perkembangan pendidikan.<br />b. Meningkatkan Tujuan Dan Mutu Kehidupan Masyarakat<br />Di dalam masyarakat yang demokratis, seyogyanya dapat menjadikan dirinya sebagai pelopor dan pusat perkembangan bagi perubahan-perubahan masyarakat di dalam bidang kehidupan ekonomi, kebudayaan, teknologi, dan sebagainya, ketingkat yang lebih tinggi. <br />Sekolah pembangunan harus dapat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:<br />1. Sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup, sekolah hendaknya mempunyai dwifungsi: mampu memberikan pendidikan formal dan juga pendidikan nonformal, baik untuk para pemuda maupun untuk orang dewasa pria-wanita.<br />2. Sekolah hendaknya mempunyai kurikulum, metode mengajar, serta evaluasi dan program yang menyenangkan, merangsang dan cocok dengan tujuan pendidikan.<br />3. Sekolah hendaknya merupakan bagian integral dari masyarakat sekitarnya dan berorientasikan kepada pembangunan dan kemajuan.<br />4. Sekolah hendaknya mempunyai mekanisme untuk menjamin terpeliharanya dialog yang kontiyu antara sekolah-orang tua murid-masyarakat, dan juga dialog intrasekolah dan antarsekolah.<br />c. Mengembangkan Pengertian, Antusiasme, Dan Partisipasi Masyarakat<br />Azas pendidikan nasional adalah pendidikan sepanjang umur hidup manusia, dari sejak lahir sampai meninggal, bagi semua umur, golongan dan kenyakinan. Azas ini menetapkan, bahwa wadah pendidikan tidak hanya terbatas pada sekolah, tetapi juga lembaga-lembaga lain tempat bekerja, bermain, dan bergaul serta hidup pada umumnya, seperti keluarga, pabrik, kantor, perkebunan, pusat-pusat rekreasi, olahraga, dan seni, lembaga-lembaga permasyarakatan. <br /> Mengingat wadah yang tidak hanya berbentuk sekolah, tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat pada umumnya, maka azas pendidikan nasional menetapkan pula, bahwa bentuk pendidikan yang kita manfaatkan melalui berbagai wadah itu hanya bentuk pengajaran, tetapi juga tauladan, komunikasi, kelompok atau massa dan sosialisasi pada umumnya.<br />d. Jenis-Jenis Hubungan Sekolah Dan Masyarakat<br />Hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat sangat luas maknanya, tidak hanya dalam urusan mendidik anak. Oleh karenanya salah, bila ada sekolah yang hanya cukup bila telah mendidika siswa. Padahal, hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat itu mengandung arti yang lebih luas dan mencakup beberapa bidang. Sudah barang tentu bidang-bidang yang ada hubunganya dengan pendidikan anak-anak dan pendidikan masyarakat pada umumnya.<br />Di sini ada tiga jenis hubungan kerja sekolah dengan masyarakat, yaitu:<br />1) Hubungan edukatif. Yaitu hubungan kerja sama dalam hal mendidik/murid, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Adapau hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat mengakibatkan keraguan pendirian dan sikap pada diri anak/murid. Cara kerja sama tersebut dapat direalisasikan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik antara guru-guru di sekolah dengan orang tua murid sebagai anggota BP3 atau POMG.<br /> 2) Hubungan kultural. Yaitu usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Kita mengetahui bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang seharusnya dapat dijadikan barometer bagi maju mundurnya kehidupan, cara berfikir, kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dsb., dari masyarakat lingkungan sekolah itu.<br />3) Hubungan institusional. Yaitu hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah, seperti hubungan kerja sama antara sekolah dengan sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat, jawatan penerangan, jawatan pertanian, perikanan dan peternakan.<br /><br />C. PENTINGNYA STRATEGI KEHUMASAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN <br />Untuk mengembangkan unsur-unsur pendidikan, agar sekolah mengalami kemajuan yang pesat, maka diperlukan strategi. Di antara berbagai macam strategi kependidikan yang signifikan dalam pengembangan pendidikan adalah strategi kehumasan. Hubungan sekolah dengan masyarakat telah diformulasikan dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada lembaga atau organisasi yang membuat formulasi itu. Formulasi pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat dalam hal ini ditangani oleh bagian humas pada sekolah. <br />Humas pengembangan dan pemeliharaan kerjasama yang efisien untuk menyampaikan saluran informasi dua arah. Bertujuan untuk memberikan pemahaman antara pihak sekolah (pimpinan), komunitas sekolah (guru, karyawan dan siswa) dan masyarakat (orang tua, masyarakat, sekitar dan lembaga di luar sekolah). Hubungan sekolah dengan masyarakat sangat penting guna mencapai tujuan sekolah, di antaranya urgensitas humas sekolah adalah:<br />1. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat, maka tujuan sekolah akan lebih mudah dicapai. Sebab masyarakat mungkin sekali mendukung hal tersebur, atau setidaknya tidak menghalangi tercapainya tujuan sekolah.<br />2. Terkait dengan tujuan sekolah yang ingin membantu tercapainya tujuan pendidikan secara umum, maka peran serta masyarakat jelas sangat diperlukan.<br />Humas sebagaimana menurut Oemi Abdurrachman M.A. (1971) yaitu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, penghargaan dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat umumnya. Maka dari sini, bisa dirumuskan secara matang terkait formulasi strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan, maka dapat menjadi divisi yang memiliki peran vital dalam memajukan sekolah.<br />Selain itu juga, sebagaimana diungkapkan oleh Kasali, Humas dapat memberikan konstribusinya dalam proses strategic management, melalui dua cara: Pertama: melakukan tugasnya sebagaian dari strategic management keseluruhan organisasi-dengan melakukan survey atas lingkungan dan membantu mendefinisikan misi, sarana, dan obyektif organisasi/perusahaan. Keterlibatan Humas dalam proses menyeluruh ini akan memberi manfaat yang besar bagi perusahaan dan sekaligus bagi Humas itu sendiri. Kedua: Humas dapat berperan dalam strategic management dengan mengelola kegiatanya secara strategis. Artinya bersedia mengorbankan kegiatan jangkan pendek demi arah perusahaan secara menyeluruh. <br />Selain peran humas mengawal proses program secara holistik, humas berfungsi sebagai konstruksi atau “perata jalan” dan korektif atau “pemadam kebakaran” sebagaimana menurut Djanalis Djanaid dalam buku public relation: teori dan praktek <br />Selain peran straegi humas diatas, pengembangan dan pemberdayaan (empowering) pendidikan sekolah, diperlukan tiga syarat mutlak: (1) sarana gedung (2) buku yang berkualitas (3) sumber daya manusia (SDM) yaitu guru dan tenaga kependidikan yang professional sebagaimana dikatakan Mendiknas Wardiman Djoyonegoro (2004). <br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />METODE PENELITIAN<br />A. Pendekatan dan Jenis Penelitian<br />1. Pendekatan Penelitian<br />Dalam penelitian yang mengangkat masalah strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan di SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya ini, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis, yakni berusaha memahami arti peristiwa dalam kaitan-kaitanya terhadap orang-orang dan situasi tertentu. <br />2. Jenis Penelitian<br /> Jenis penelitian ini, adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu metode penelitian yang berusaha mendiskripsikan dan menginterpretasikan objek sesuai apa adanya. <br /> Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, (1) menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; (2) metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; (3) metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.<br /><br /> Sedangkan metode deskriptif (gambaran tertulis), yang merupakan keterangan dari Lexy J. Meleong adalah :“ Metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang berhubungan dengan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua, yang dikumpulkan kemungkinan akan menjaddi kunci terhadap penelitian yang sudah diteliti. <br />B. Jenis dan Sumber Data<br />1. Jenis Data<br /> Jenis data dalam penelitian ini bercorak kualitatif deskriptif karena bermaksud meneliti strategi humas pendidikan SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya dengan mengumpulkan data, mengolah, secara kualitatif dengan mengasumsikan secara kualtatif. Sehingga melalui proses tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan dengan data-data yang ada. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah. <br />2. Sumber Data<br />a. Sumber Data Primer <br /> Sumber data primer (utama) dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan. Pencatatan sumber data primer melalui wawancara atau pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Manakah di antara kegiatan ketiga yang dominan, jelas akan bervariasi dari satu waktu ke waktu yang lain dam dari situasi ke siatuasi lainya. Sumber data dalam penelitian ini adalah devisi humas dan pihak-pihak terkait.<br />b. Sumber Sekunder<br /> Data tambahan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen dan data lain yang mendukung data utama. Data yang berasal dari sumber tertulis diperoleh dari dokumen dan arsip sekolah. <br />C. Subjek Penelitian <br /> Yang dimaksud dengan sumber penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.<br /> Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apa yang dibicarakan ini adalah sumber data dilihat dari subyek dimana data menempel. Yang menjadi subyek penelitian dalam penulisan ini adalah SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya. Pada bagian ini, peneliti akan membagi subyek penelitian menjadi dua macam.<br /><br />a. Populasi<br />Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitianya juga disebut studi populasi atau sensus. Dalam subyek penelitian model populasi ini, peneliti akan menjadikan seluruh komponen dan elemen SD Integral Luqman Al-Hakim sebagai subyek penelitian. Populasi yang diteliti berjumlah, guru/karyawan 72 orang dan 426 siswa.<br />b. Sampel<br />Sampel adalah sebagian atau atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk mengeneralisasikan hasil penelitian sampel. Dalam subyek penelitian model sampel ini, peneliti akan menjadikan kepala sekolah dan praktisi humas sebagai subyek penelitian. Kepala sekolah dan 4 wa-ka bagian kurikulum, kesiswaan, sarana, lembaga kehumasan. <br /><br /><br /><br /><br /><br />D. Obyek Penelitian<br /> Dalam penelitian ini, obyek penelitian yang akan dikaji adalah strategi kehumasan SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya. <br />E. Tekhnik Pengumpulan Data<br />1. Wawancara<br />Wawancara atau interview adalah tekhnik dalam upaya menghimpun data yang akurat melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data. Sementara itu maksud dari wawancara adalah mengkonstruksi orang, kejadian organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Secara pisik, intervew dapat dibedakan atas interview terstruktur dan tidak terstruktur. Ditinjau dari pelaksanaanya, maka interview dibedakan atas:<br />1) Interview bebas<br />Yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.<br />a. Interview terpimpin<br />Yaitu interview yang dilakukan oleh pewancara dengan membawa sederatan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur.<br />b. Interview bebas terpimpin<br />Yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.<br />2. Dokumentasi <br />Dokumentasi adalah barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. <br />Untuk menemukan data yang dapat dipakai untuk melengakpai data dalam penelitian ini. Maka peneliti dapat menggunakan kalimat bebas. <br />3. Kehadiran Peneliti <br />Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif mempunyai ciri khas di antaranya pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti ikut berperan serta pada situs (objek) penelitian dan secara aktif kegiatan kemasyarakatan (objek penelitian) tersebut. Selain itu, hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainya dan hnaya manusialah yang dapat memahami kaitan-kaitan kenyataan di lapangan. <br />F. Instrumen Pengumpulan Data <br /> Variasi dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:<br />1. Pedoman Wawancara <br />Untuk tekhnik wawancara atau interview instrumenya menggunakan pedoman wawancara. Yaitu dengan menggunakan sederet pertanyaan yang berkaitan dengan data yang diinginkan. Adapun alatnya bisa menggunakan tape recorder atau MP3. <br />2. Chek List Dokumentasi<br />Untuk tekhnik pengumpulan data dengan metode dokumentasi, menggunakan chek list. Yaitu suatu daftar variable yang akan dikumpulkan datanya. Dengan cara memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.<br />3. Pedoman Pengamatan Lapangan <br />Untuk metode pengumpulan data kehadiran peneliti, alat instrumenya menggunakan panca indra peneliti, peraba, penglihatan, pendengaran. Dengan menjadikan objek sebagai penelitianya. <br />G. Tehnik Analisa Data<br /> Analisa data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dimana hal tersebut dilakukan sejak pertama kali peneliti mengumpulkan data. Hal tersebut meliputi analisis data yang melibatkan pengerjaan data, organisasi data, pemilihan satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan data, penemuan hal-hal penting yang disajikan agar peneliti dapat menangkap makna fenomena serta mengkomunikasikanya kepada orang lain <br /> Di pihak lain, analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:<br />1. Mencatat yang meghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.<br />2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesakan, membuat ikhtisar, dan memberi indeksanya.<br />3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunayai makna, mencari dan menemukan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />SAJIAN DAN ANALISA DATA<br />A. GAMBARAN UMUM SD INTEGRAL LUQMAN AL-HAKIM SURABAYA<br />1. Sejarah Berdiri SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya<br /> SD Integral Luqman Al-Hakim merupakan pendidikan sekolah dasar yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya (PPH Surabaya). Oleh karena itu, cikal bakal berdirinya pun tidak lepas dari sejarah panjang berdirinya PPH Surabaya. <br /> Memasuki tahun 1988, tepatnya pada tanggal 23 Juli 1988, yayasan PPH Surabaya mulai mengawali aktifitas kepesantrenan. Aktifitas yang dilakukan masih bertempat di gedung yang sangat sederhana. Berdirinya YPPH Surabaya ini diawali dengan kiprah para pendiri di bidang sosial-keagamaan. Menampung anak yatim piatu, anak tidak mampu dan terlantar. Anak-anak tersebut, kemudian dididik dan diasuh di yayasan melalui pendidikan diniyah yang sifatnya masih non-formal.<br /> Melihat perkembangan zaman yang begitu pesat, ditambah SDM yang dimiliki semakin membaik. Pihak YPPH merasa perlu membangun lembaga pendidikan. Hal itu, dimaksudkan untuk membekali para santri bukan hanya ilmu diniyah saja, namun juga ilmu umum. Tepat pada tahun 1992, pihak YPPH Surabaya mulai merintis pendidikan formal, SMP-SMU. Ketika itu, segmentasinya yang dibidik hanya dari kalangan santri pondok saja. <br />Melihat perkembangan SMP dan SMU sesuai dengan yang diinginkan, maka pada tahun 1996, YPPH Surabaya mulai mengembangkan sayapnya. Di tandai tepat pada 1996 ini YPPH membuka pendidikan formal tingkat TK, Play Group, dan SD dengan menggunakan sitem Full Day School. Inilah awal atau cikal bakal berdirinya pendidikan formal di pondok pesantren Hidayatullah Surabaya ini Segementasi yang dibidik pun tidak hanya untuk kalangan santri dalam saja, tetapi sudah terbuka untuk kalangan umum dengan menerapkan sistem Boarding School.. <br /> SD Integral Luqman Al-Hakim merupakan pendidikan sekolah dasar yang menggagas pendidikan integral berbasis tauhid. Gagasan ini merupakan inspirasi dari tokoh legendaris Luqman Al-Hakim. Sebab itu pula lembaga pendidikan di Pesantren Hidayatullah Surabaya ini dinamai dengan Luqman Al-Hakim. Dia adalah sosok ayah sekaligus pendidik, yang atas dasar wisdom, kearifan dan kebijaksanaannya mengantarkan putra-putrinya menjadi sosok muslim yang memiliki ketauhidan yang kuat terhadap Allah SWT. Sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an : <br /><br />Artinya : “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". <br /><br /> Pendidikan berbasis tauhid merupakan suatu metode pendidikan yang berlandaskan pada rukun Iman, rukun Islam dan Ihsan, sehingga diharapkan bisa menumbuh kembangkan secara optimal karakter keislaman, karakter pembelajar dan keterampilan hidup (Life skill) secara integratif. Selain itu, dapat merubah cara pandang terhadap kehidupan, tauhid sebagai landasan nilai aktifitas kehidupan, dan tauhid sebagai acuan tujuan hidup. Begitu pentingnya proses penanaman tauhid dalam proses pendidikan inilah yang mendorong Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Islam Luqman al-Hakim. Lembaga pendidikan yang bertauhid yang disebut juga dengan Sekolah Integral.<br /> Adapun integral, di sini dimaknai dengan menyeluruh. Jadi, sekolah integral berarti sekolah yang pengelolaannya melibatkan komponen pendidikan secara menyeluruh. Komponen pendidikan tersebut meliputi institusi pendidikan, materi pembelajaran berupa transfer ilmu dan uswah, pendekatan dan motodologi pengajaran, murid serta lingkungan sekolah.<br />Institusi pendidikan terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Materi pembelajaran berupa ilmu yang dipandang secara komprehensif, merupakan kesatuan yang utuh sehingga tidak ada pemisahan ilmu agama (ulumuddin) dengan ilmu umum (science), dunia dan akhirat. Pendekatan dan metodologi pengajaran merupakan proses transfer ilmu serta metodologi pengembangan ilmu tersebut yang dilandasi oleh uswah (tauladan yang baik), sehingga bukan hanya sekedar transfer ilmu dan kerangka berfikir tetapi juga transfer nilai. <br />Pada konsep integral pula, murid sebagai pembelajar dipandang secara utuh dan menyeluruh dari seluruh instrumentasi yang dimiliki manusia, sehingga aspek intelektual, spiritual dan keterampilan dikembangangkan secara terpadu. Pola pendidikan inilah yang diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dari seluruh potensi manusia secara maksimal. <br />2. Letak Geografis SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya<br /> SD Integral Luqman Al-Hakim memiliki letak yang cukup strategis untuk lingkungan pendidikan, jauh dari kebisingan kota dan berada di sekitar perumahan elit wilayah Surabaya Timur, sehingga memudahkan setiap orang mengakses letak sekolah tersebut. Selain itu, SD Integral Luqman Al-Hakim ini juga berada dalam lingkungan pondok pesantren yang agamis dan kondusif sebagai sebuah lembaga pendidikan islam, sehingga memiliki ciri khas tersendiri di antara lembaga pendidikan lainnya.<br /> Adapun secara geografis, SD Integral Luqman Al-Hakim berbatasan dengan :<br />Sebelah Barat : Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)Surabaya<br />Sebelah Timur : Perumahan Pakuwon City (Laguna Indah)<br />Sebelah Utara : Kelurahan Kalisari Damen<br />Sebelah Selatan : Kelurahan Keputih Surabaya<br />3. Visi SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya<br /> Visi dari SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya adalah “Being Excellent with Integral Character (Lebih Sempurna dengan Karakter Integral)”. Adapun indikator dari visi tersebut adalah sebagai berikut :<br />a. Ekselen dalam karakter spiritual keagamaan, melalui 4 B yaitu Bertauhid kuat, <br /> Berakhlaq Qur’ani, Beribadah tekun, Berdakwah aktif.<br />b. Ekselen dalam bidang akademik<br />c. Ekselen dalam penguasaan Al Qur’an<br />d. Ekselen dalam bidang Bahasa Arab dan Bahasa Inggris<br />e. Ekselen dalam Lifeskill<br />f. Ekselen dalam pelayanan <br />4. Misi SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya<br /> Adapun misi dari SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya adalah sebagai berikut :<br />a. Menyelenggarakan lembaga pendidikan dasar integral yang profesional, sehingga melahirkan generasi yang bertaqwa, cerdas, mandiri, dan berwawasan global.<br />b. Berdakwah melalui pendidikan<br />c. Mengutamakan keteladan dan kasih sayang<br />d. Membentuk lingkungan pendidikan yang Islamiah, ilmiah, dan alamiah<br />e. Menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan sekolah yang ekselen<br />f. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />4. Struktur Organisasi SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya<br /> <br /><br /> <br /><br /><br />6. Data Pegawai SD Integral Luqman Al-Hakim Tahun Pelajaran 2007/2008<br /> <br />No NIP Nama L/P Jabatan Tahun<br />Masuk Status<br />Kepeg. Ijazah<br />Terakhir <br />1 031-0202-794 H. Amrozi Alimudin, S.Pd L Kepala Sekolah Jul-94 GTY S-1 <br />2 033-0204-797 Muhtar Mahmudi, S.E L Wk. Humas Jul-97 GTY S-1 <br />3 034-0205-797 Rini Tri Handajani, S.Si P Guru Jul-97 GTY S-1 <br />4 035-0206-797 Sukesi, S.Pd P Walas VI-C Jul-97 GTY S-1 <br />5 037-0282-798 Khoirun Nisak P Partner IV-A Jul-98 GTY D-1 <br />6 038-0209-798 Neni Tri Handayani, S.Si P Guru Jul-98 GTY S-1 <br />7 039-0210-799 Abdurrahman, S.Ag L Guru Jul-99 GTY S-1 <br />8 040-0211-799 Dyah Ika Rini, S.Si P Guru Jul-99 GTY S-1 <br />9 043-0214-799 Ahmad Miftahul Amin, S.E L Ka. TU Jul-99 GTY S-1 <br />10 044-0215-700 Hari Santoso, S.Pd L Wk. Sarana Jul-00 GTY S-1 <br />11 045-0216-700 Sutejo, S.Pd L Ko. Keg. Khusus Jul-00 GTY S-1 <br />12 046-0217-700 Zaenun Nasich L Wk. Kesiswaan Jul-00 GTY D-2 <br />13 047-0218-701 Adi Purwanto, S.Pd L Wk. Akademik II Jul-01 GTY S-1 <br />14 048-0219-701 Indah Suryanti, S.Pd P Walas IV-B Jul-01 Capeg S-1 <br />15 049-0220-701 Mi'roji Agus, S.Ag L Walas VI-B Jul-01 GTY S-1 <br />16 050-0221-701 Rahma Anasia Isnaini, Dra P Walas I-C Jul-01 GTY S-1 <br />17 051-0222-701 Siti Fatmasari, S.Pd P Walas V-A Jul-01 GTY S-1 <br />18 052-0223-701 Suhendi, S.Pd L Kanit. PSB Jul-01 GTY S-1 <br />19 055-0226-702 Alfiah Hamidah S.T P Walas III-A Jul-02 Capeg S-1 <br />20 057-0228-702 Siswantari Yoenata L Ko. Ekstra & UKS Jul-02 GTY SMA <br />21 058-0229-703 Ahmad Suja'I, S.Sos.I. L Walas V-B Jul-03 Capeg S-1 <br />22 059-0230-703 Elok Widihastuti, S.Si. P Walas II-C Jul-03 GTY S-1 <br />23 060-0231-703 Emi Purwandari, Dra. P Walas VI-A Jul-03 GTY S-1 <br />24 061-0232-703 Faradian Istiqomah, S.E P Walas I-B Jul-03 GTY S-1 <br />25 062-0233-703 Mardiana, S.Si P Walas II-A Jul-03 GTY S-1 <br />26 063-0234-703 Timur Pertiwi Arijati, S.T. P Walas I-A Jul-03 Capeg S-1 <br />27 064-0235-703 Risa Hasmaretni, S.T P Walas III-C Jul-03 Capeg S-1 <br />28 065-0236-704 Aan Harinimiswari, S.Si. P Walas IV-A Jul-04 Capeg S-1 <br />29 066-0237-704 Anita Dwianti, S.S P Partner V-A Jul-04 Capeg S-1 <br />30 074-0242-705 Laily Rakhmadani P., S.Si. P Walas II-A Jul-05 Capeg S-1 <br />31 075-0243-705 Masfufah, S.Psi. P Ko. BK Jul-05 Capeg S-1 <br />32 076-0244-705 Miki Hartono, S.Pd. L Guru Jul-05 Capeg S-1 <br />33 077-0245-705 Ni'matul Masruroh, S.Si. P Staff TU Jul-05 Capeg S-1 <br />34 078-0246-705 Primirahmayani, S.Si. P Staff TU Jul-05 Capeg S-1 <br />35 079-0247-705 Rifa'iyah, S. Si. P Guru Jul-05 Honorer S-1 <br />36 082-0250-702 Umar Shalahuddin L Staff TU Jul-02 Capeg SMA <br />37 103-0251-702 Akhwan Khumaidi, S.T. L Staff TU Jul-02 Capeg S-1 <br />38 104-0252-706 Suci Iman Santosa, S.S P Guru Jul-06 Capeg S-1 <br />39 105-0253-706 Sulistyawati Nugraheni, S.T. P Walas III-B Jul-06 Capeg S-1 <br />40 106-0254-706 Dian Nawangwulan M, S.Sos. P Kanit. Perpus Jul-06 Capeg S-1 <br />41 107-0255-706 Djoko Mulyadi, S.T L Guru Jul-06 Capeg S-1 <br />42 108-0256-706 Erdwi Rahmanto, S.T. L Partner V-B Jul-06 Capeg S-1 <br />43 109-0257-706 Sugeng, S.S. L Guru Jul-06 Kontrak S-1 <br />44 111-0259-706 Etika Amatusholihah, S.Pd. P Partner II-A Jul-06 Capeg S-1 <br />45 112-0260-706 Mudjianto, S.S. L Guru Jul-06 Kontrak S-1 <br />46 113-0261-706 Holifah Rusmiwaty, S.S. P Partner IV-B Jul-06 Capeg S-1 <br />47 Somi' Suradi, Ir. P Wk. Akademik I Jul-00 GTY S-1 <br />48 136-0262-707 Dyah Setyaningsih, S.Pd P Partner I-A Jul-07 Capeg S-1 <br />49 137-0263-707 Irawati, S.Pd P Partner III-A Jul-07 Capeg S-1 <br />50 138-0264-707 Ismuningtyas Suprobowati, S.Pd P Partner I-C Jul-07 Capeg S-1 <br />51 139-0265-707 Rumiana, S.T P Partner I-B Jul-07 Capeg S-1 <br />52 140-0266-707 Sri Rahayu, S.Pd P Partner II-B Jul-07 Capeg S-1 <br />53 141-0267-707 Budi Prasetyo, S.Pd L Guru Jul-07 Kontrak S-1 <br />54 142-0268-707 Novia Sari, S.Si P Guru Jul-07 Kontrak S-1 <br />55 143-0269-707 Nur Susanti, S.Si P Partner III-C Jul-07 Kontrak S-1 <br />56 144-0270-707 Rutin Purnama Sari, S.Pd P Partner I-C Jul-07 Kontrak S-1 <br />57 145-0271-707 Sumari, Drs. L Guru Jul-07 Kontrak S-1 <br />58 146-0272-707 Yuni Kurniati, S.Pd P Partner III-B Jul-07 Kontrak S-1 <br />59 147-0273-705 Agung Wiji Utami, S.Ag. P Guru Jul-05 Honorer S-1 <br />60 148-0274-705 Tri Murmansyah, S.Pd. L Guru Jul-05 Honorer S-1 <br />61 149-0275-706 Imam Zarkasi L Guru Jul-06 Honorer D-2 <br />62 150-0276-706 Aning Susanti, S.HI P Guru Jul-06 Honorer S-1 <br />63 151-0277-706 Lelly Yulaikah, S.Ag. P Guru Jul-06 Honorer S-1 <br />64 152-0278-707 Ahmad Wafi Ayyatullah L Guru Jul-07 Honorer SMA <br />65 153-0279-707 Nur Aini P Guru Jul-07 Honorer D-2 <br />66 155-0281-705 Tri Hari Setyawan L Ko. Lab. IPA Jul-05 Honorer SMA <br />67 156-0282-705 M. Yusuf L Ko. Maintenance Jul-05 Honorer SMA <br />68 157-0283-705 Mas Ari L Ko. Kebersihan Jul-05 Honorer SMA <br />69 158-0284-707 Pujo Soenarcho L Kebersihan Jul-07 Honorer SMA <br />70 159-0285-707 Qowimuddin L Kebersihan Jul-07 Honorer SMA <br />71 160-0286-707 Tulus L Kebersihan Jul-07 Honorer SD <br />72 161-0287-707 Jamaluddin L Kebersihan Dec-07 Honorer SMA <br /><br />7. Jumlah Siswa SD Integral Luqman Al-Hakim Tahun Pelajaran 2007/2008<br /> <br />No. Kelas Tahun Masuk Jumlah Siswa Total <br /> Laki-laki Perempuan <br />1 Satu (I) 2008 45 53 98 <br />2 Dua (II) 2007 45 45 90 <br />3 Tiga (III) 2006 39 48 87 <br />4 Empat (IV) 2005 36 32 68 <br />5 Lima (V) 2004 34 28 62 <br />6 Enam (VI) 2003 47 22 69 <br />Total Siswa Tapel 2007/2008 246 228 474 <br /><br />8. Aktivitas Belajar <br /> a. Sistem, prinsip dan strategi pembelajaran yang digunakan <br /> Sistem pembelajaran yang diterapkan di SD Integral Luqman Al-Hakim adalah (1) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan kepesantrenan (diniyyah), (2) pembelajaran terintegrasi (integrated learning), (3) model pembelajaran active learning, (4) satu kelas dikelola oleh dua guru kelas, (5) hari sabtu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler.<br /> Adapun dalam proses pembelajaran, SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya menerapkan lima prinsip dan strategi, yakni : <br /> 1). Learning is easy and fun (belajar adalah mudah dan menyenangkan)<br /> 2). All can and will learn (semua anak bisa dan akan belajar)<br /> 3). Continous progress (tidak ada anak yang berhenti belajarnya)<br /> 4). Menekankan “Learn how to learn” (belajar bagaimana belajar)<br /> 5). Active learning (belajar aktif atau belajar yang berpusat pada siswa)<br /> b. Target Pembelajaran <br />Target pembelajaran SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya meliputi aspek-aspek pendidikan dan fungsi sekolah dasar, yang sepenuhnya mengacu kepada tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu (1) Terbentuknya insan kamil yang memadukan pengembangan potensi rukhiyah, aqliyah dan jismiyah (2) Menguasai Ulumuddin (3) Memiliki spirit saintis dan menguasai ilmu dan memiliki keterampilan memadai. Lebih jelasnya dapat dilihat sari tabel berikut ini :<br /><br /><br /><br /> <br />Aspek Pengembangan Fungsi SD Penampakan <br /><br />Kepribadian insan kamil <br />Memberi dasar-dasar terbentuknya kepribadian Islam pada diri anak.<br /> <br />Mengerti dan meyakini aqidah Islam.<br />Mengerti hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah fardiyah, halal-haramnya makanan dan minuman, pakaian, akhlaq.<br />Rajin melakukan ibadah fardiyah.<br />Selalu mengkonsumsi makanan halal.<br />Selalu menutup aurat.<br />Berakhlakul karimah.<br />Rajin belajar.<br />Bertanggung jawab.<br />Mandiri, aktif dan kreatif.<br />Berpikir rasional. <br /><br /><br /> Memberi dasar-dasar penguasaan Ulumuddin.<br /> Mengetahui hukum-hukum Islam, khususnya yang berkaitan dengan ibadah fardiyah.<br />Mengetahui sirah Rasul dan Shahabat .<br />Memiliki hapalan Al Qur’an minimal juz 30.<br />Mampu bermuhadasah bahasa Arab secara sederhana.<br />Mampu menulis hurup Arab. <br />Saintis dan Iptek Memberi dasar-dasar penguasaan iptek. <br /> Memiliki pengetahuan dasar matematika, IPA, IPS, Bahasa (Indonesia & Inggris).<br />Memiliki kemampuan dasar belajar<br />Mampu berbahasa inggris sederhana<br /> <br />Terampil dan mandiri Memiliki pondasi integritas diri <br />Menguasi dasar keterampilan teknologi informasi (komputer)<br />Sehat dan bugar.<br />Kreatif. <br /><br />c. Orientasi Pembelajaran <br /> Orientasi pembelajaran yang dilakukan di SD integral luqman al hakim dikelompokkan menjadi dua tahapan, yaitu :<br />1). Fase pembentukan basis kompetensi.<br /> Pembentukan basis kompetensi adalah, menghantarkan anak didik untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki dan dikembangkan sewaktu pra sekolah. Fase ini dilakukan selama 2 tahun pertama (kelas satu dan dua). Potensi itu meliputi:<br />(a). Karakter keagamaan.<br />Menumbuhkan pemahaman nilai-nilai kebenaran (tauhid), pembiasaan beribadah (pembiasaan sholat, doa dan dzikir serta membaca al qur’an dan hafalan ayat al qur’an), menumbuhkan akhlaqul karimah.<br />(b). Karakter pembelajar.<br />Menumbuhkan karakter pembelajar dengan mengembangkan dua aspek, yaitu aspek kemampuan berfikir (saintis) dan aspek keterampilan dasar pembelajar.<br />(c). Karakter terampil dan mandiri.<br />Menumbuhkan kemampuan keterampilan fisik berupa kegiatan olah raga, keterampilan pribadi berupa keperluan yang menyangkut dirinya, mulai dari kerapihan, ketertiban dan kebersihan diri dan lingkungannya. Keterampilan teknologi (komputer). Mengembangkan tanggung jawab, kemandirian dan kerjasama dan tolong menolong.<br />2). Fase pengembangan basis kompetensi.<br />Dengan tumbuh dan berkembangnya kemampuan dasar membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan berkreatifitas dengan dorongan rasa ingin tahu yang tinggi, maka hal ini merupakan dasar untuk pengembangan dengan orientasi bidang akademik, keterampilan dan aspek ruhiyah. Ciri pengembangan basis kompetensi ditunjukan oleh prestasi dan kemandirian dari ketiga aspek karakter.<br />9. Kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi yang telah diraih <br /> Ada 10 pilihan ekstrakurikuler yang disediakan oleh SD Integral Luqman Al-Hakim, yakni sebagai berikut : (1) pramuka, (2) karate, (3) ju jit su, (4) silat (tapak suci, (5) futsal, (6) seni lukis, (7) jurnalistik, (8) tari, (9) nasyid, (10) robotika. <br />Adapun prestasi-prestasi yang tela diraih sejak tahun 2005 hingga tahun 2007 adalah sebagai berikut :<br />a. Prestasi Akademis<br />o Nilai UKM tertinggi se-Surabaya tahun 2005-2006<br />o Juara II siswa teladan se-Surabaya tahun 2005-2006<br />o Juara English Mathematic se-Surabaya tahun 2005-2006<br />o Juara II lomba Speech English se-Surabaya tahun 2007<br />o Finalis Olimpiade Internasional MIPA 2008<br />b. Non Akademis<br />o Juara III lomba tapak suci se-Surabaya tahun 2005-2006<br />o Juara I lomba mewarna se-Surabay tahun 2005-2006<br />o Juara II lomba jiu-jitsu tingkat nasional tahun 2005-2006<br />o Juara I Futsal se-Surabaya tahun 2005-2006<br />o Juara II lomba Tapak Suci se-Jatim tahun 2005-2006<br />o Juara I Kelas C silat se-Jawa Timur tahun 2007<br />o Juara II Kelas A Silat Tapak Suci se-Jawa Timur tahun 2007<br />o Juara II mewarnai se-Surabaya tahun 2007<br />o Juara II lomba nasyid se-Surabaya tahun 2005-2006<br />o Juara III mewarna se-Surabaya tahun 2007<br />B. SAJIAN DAN ANALISA DATA<br /> Setelah peneliti melakukan penelitian, observasi dan wawancara, terkait masalah strategi kehumasan dalam pengembangan pendidikan di SD Integral Luqman Al-Hakim, dengan empat faktor pendidikan yaitu: kurikulum, sarana, kesiswaan, dan dan lembaga kehumasan. Dengan itu, maka ditemukan sejumlah data sebagai berikut. <br />1. Masalah Kurikulum <br /> Sejak berdirinya SD I Luqman Al-Hakim Surabaya hingga sekarang, kurikulum telah empat kali mengalami perubahan kurikulum. Yaitu kurikulum 1994, kurikulum 1994, kurikulum 2004/KBK dan kurikulum KTSP/2006. Pada tahun 2008 ini, SD I Luqman Al-Hakim menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum tersebut telah digunakan sejak tahun 2006 tepat ketika pemerintah mengeluarkan peraturan pendidikan tentang perubahan kurikulum. Adapun untuk bidang studi diniyah, sejak tahun 1999, SD I Luqman Al-Hakim belum pernah merubah kurikulum. Tetap kurikulum 1994.<br /> Dalam pengembangan kurikulum, SD I Luqman AL-Hakim melakukan pengembangn kurikulum dengan dua cara. Pertama, oleh masing-masing guru. Kedua, tim akademik yang secara khusus membuat kurikulum. Kedua metode tersebut tidak serta merta berjalan parsial, namun sinergis. Pada dasarnya, kurikulum dibikin oleh tim akademik secara langsung, kemudian para guru diberi kebebasan untuk melakukan improvisasi sendiri. Sejauh ini, yang telah diamati oleh devisi kurikulum, bahwa kurikulum tidak memberikan ekses positif kepada kenaikan jumlah siswa. Walaupun kurikulum sering berubah, namun kenaikan siswa secara kuantitatif tidak dipengaruhi oleh model kurikulum. <br /> Untuk menunjang KTSP yang dipakai oleh SD I Luqman Al-Hakim, maka strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi active learning. Dalam strategi ini, para siswa diposisikan bukan seperti objek, namun juga subjek. Jadi, dengan strategi pembelajaran seperti ini maka siswa benar-benar dapat mendapatkan apa yang diinginkan. Hal tersebutlah, yang mempengaruhi kualitas out-put dan out comes. Dengan menggunakan KTSP dan active learning, siswa secara mudah dapat menyerap, mempraktikkan dan mentransformasikan kembali nilai-nilai tersebut di dalam masyrakat setelah selesai.<br /> Dalam pengembangan dan penggunaan kurikulum, SD I Luqman Al-Hakim tidak serta merta dan latah menerapkanya, tapi harus disesuaikan dengan kondisi dan visi-misi sekolah agar sinkron. Pemberlakuan kurikulum dilakukan secara bertahap, mulai dari kelas I dan IV di tahun pertama. Kelas II dan V di tahun ke-2. dan kelas III dan VI di tahun ke-3. <br /> Dalam pengembangan dan pembaharuan kurikulum, humas tidak memiliki peran yang siginifikan. Humas hanya berfungsi sebagai corong atau media mensosialisasikan hasil kurikulum tersebut. <br />2. Tentang Kesiswaan<br /> Jumlah siswa di SD I Luqman AL-Hakim secara keseluruhan kini mencapai 495 siswa. Jumlah siswa sejak berdirinya SD I Luqman Al-Hakim selalu mengalami fluktuasi. Tepatnya pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan yang signifikan. Pernah pada 2001-2002 SD Luqman Al-Hakim hanya mendapat siswa satu kelas. Namun pada tahun 2003 mengalami peningkatan menjadi pararel tiga kelas untuk kelas satu. Dan pada atahun 2006 menjadi pararel tiga kelas atau kelas A, B, dan C untuk semua kelas, dari kelas satu sampai kelas enam.<br /> Di tahun 2008 ini, terdapat penurunan jumlah siswa dibandingkan tahun 2007. hal ini disebabkan karena persaingan sekolah semodel Luqman Al-Hakim dengan konsep yang hampir sama semakin menjamur. Bagi sekolah swasta yang tidak mendapat kucuran dana seperti sekolah negeri, jumlah siswa sangat penting, bagi pengembangan pendidikan maupun keberlangsungan sekolah. Sebab, biaya gaji guru dan karyawan, pembuatan/pembangunan sarana, dan biaya operasional didapat dari dari dana siswa. jika siswa yang masuk minim, maka pengembangan sekolah akan jalan di tempat atau stagnan. <br /> Oleh karena itu, untuk mendapatkan / merekrut siswa baru sebanyak-banyaknya, maka SD Luqman Al-Hakim dengan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) membentuk tim khusus penerimaan siswa baru (PSB). Selain tim PSB yang dibuat SD bekerjasama YPPH, SD juga melakukan promosi personal dan kolektif. Seluruh eleman harus terkait/mengkomunikasikan kepada masyarakat dalam perekrutan siswa. pembentukan tim PSB itu dilakukan setiap satu tahun sekali. <br /> Dalam perekrutan siswa, SD I Luqman AL-Hakim lebih mendahuluka faktor kuantitatif (jumlah) dari pada kualitatif (prestasi). Hal ini dimaksudkan agar dapat merekrut siswa sebanyak-banyaknya dan dapat mengembangkan pendidikan. <br /> Adapun untuk perencanaan penempatan siswa (mapping class) SD I Luqman AL-Hakim lebih pada sikap (attitude) ketimbang kognisi. Jadi, jika terindikasi terbentuknya klik (gang), maka supaya tidak berkelanjutan, maka siswa tersebut harus dipisah. Selain itu, untuk kelas V dan VI mapping class dilakukan dengan cara pemisahan gender. Untuk mapping class dan OSIS, kegiatan tersebut dilakukan dan dibimbing oleh badan konseling (BK). <br /> Peran humas dalam perekrutan siswa baru hampir mencapai 100 persen. Dalam perekrutan siswa baru, humas memiliki strategi perekrutan yaitu pembentukan tim PSB, melakukan promosi, publikasi, memasang iklan di media massa seperti Jawa Pos, Kompas, Republika dan koran nasional serta majalah-majalah lainya. Selain pemasangan iklan, humas juga melakukan road show dan presentasi ke berbagai sekolah TK-TK di Surabaya. Hingga kini, ada 30 sekolah TK binaan SD Integral Luqman Al-Hakim. Dan sudah 10 sekolah TK yang selalu menyuplai in put SD Luqman Al-hakim. Untuk memperkuat jaringan, humas juga kerap melakukan silaturahim, kunjungan, pembinaan, pelatihan ke TK-TK yang telah menjadi mitra.<br /> 3. Tentang Lembaga Kehumasan<br /> Lembaga humas di SD I Luqman Al-Hakim secara legal formal baru berdiri sejak dua tahun yang lau. Berawal dari kompleksitas kerja humas yang tidak tertangani secara professional dan rivalitas yang semakin menjamur, maka lembaga humas diadakan tepatnya pada tahun 2006. Ketika itu diangkatlah Mukhtar Mahmudi, S.E sebagai ketua Humas. Sebelum lembaga humas bediri sendiri, kerja humas dilakukan secara kolektif oleh seluruh kru dan karyawan SD. Karena itu, banyak kerja humas yang tidak optimal dan overlapping, sehingga pengurus humas didefinitifkan. <br /> Setelah berdirinya lembaga humas, banyak program dan kerja humas yang berjalan hampir 80 persen. Begitu juga dalam pembentukan opini publik, humas berperan sangat besar. Oleh karena itu, terkenal tidaknya lembaga SD tergantung humas. Dalam hal publikasi, humas juga terbantu dengan kondisi internal yang kondusif. Seperti, nilai unas siswa yang terbaik pada tahun 2005 se Surabaya. Begitu juga, pada tahun 2006, siswa SD masih menduduki rangking ke-2 se Surabaya. <br />Untuk tingkat Kec. Mulyorejo, SD masih menduduki posisi tertinggi, baik kualitas akademik maupun kualitas diniyahnya. Humas, sebagai devisi baru memiliki tujuan, diantaranya: <br />a. Mengubah citra umum dengan adanya kegiatan baru yang dilakukan sekolah<br />b. Menyebar luaskan cerita sukses yang dicapai untuk mendapat pengakuan<br />c. Memperkenalkan organisasi untuk membuka peluang baru.<br />d. Mendidik pada masyarakat agar lebih efektif dan mengerti kemasalahatan organisasi<br />e. Meyakinkan khalayak bahwa organisasi selalu dinamis<br />Namun, sebelum humas mewujudkan tujuan program-program kehumasan yang telah dicanangkan, humas terlebih dulu malakukan analisis SWOT dengan cara sebagai berikut: <br />a. Menentukan visi-misi lembaga pendidikan, yang termasuk didalamnya pernyataan yang bersifat umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran (goals). Hal tersebut guna menciptakan grand design sekolah kedepanya. <br />b. Setelah humas membuat visi-misi, tujuan dan sasaran, barulah membuat company profile yang mencerminkan kondisi intern lembaga pendidikan baik dari sisi SDM, sarana dan prasarana maupun seluruh aset yang ada. <br />c. Setelah men-SWOT sisi internal lembaga, barulah humas melakukan analisis SWOT terhadap lingkungan eksteren lembaga, baik dari segi kapasitas, SDM, semangat kompetitif maupun kompetensi yang dimiliki secara umum.<br />d. Setelah humas melakukan analisis strenght dan weakness intenal dan eksternal lembaga pendidikan, barulah mengahasilkan peluang pilihan-pilihan yang bisa dijadikan pijakan dalam mengambil keputusan.<br />e. Setelah dihasilkannya beberapa pilihan barulah dilakukan proses identifikasi atas pilihan yang memenuhi tuntutan misi lembaga pendidikan.<br />f. Pemilihan strategi atas objective tahunan dan rencana jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut.<br />g. Mengembangkan objective tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objective jangka dan garis besar strategi.<br />h. Implementasi atas hasil-hasil diatas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada budget (anggaran) dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan sistem balas jasa yang memungkinkan.<br />i. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengembalian keputusan dimasa depan. <br />Dari hasil analisi SWOT diatas maka untuk merealisasikan tujuan-tujuan strategi kehumasan, maka humas membuat program-program, yaitu: <br />1. Publisitas <br />Publisitas mengupayakan pesan penjualan yang persuasif melalui media masa seperti buletin integral, situs integral, news letter dan video berdasarkan tema yang menarik.<br />2. Marketing <br />Maerketing adalah proses untuk mengenali, mengantisipasi dan memuaskan keinginan atau kebutuhan pembeli demi meraih laba. Cakupannya: pemilihan nama produk, metode dan gaya pengemasan, penentuan harga penjualan, distribusi serta penyediaan jasa purna jual<br />3. Sales promotion<br />Sales promotioan adalah aneka skema dan langkah jangka pendek dengan tujuan mengenalkan produk baru serta mempertahankan dan meningkatkan volume penjualan<br />4. Propaganda<br />Yaitu usaha berkesinambungan dengan tujuan menggalang dukungan bagi suatu pendapat, paham (kredo), dan kepercayaan.<br /> Sifat emosianal, intelektual, spiritual (Politik dan agama) yang mengundang/menggalang kontroversi. Sasaran propaganda adalah kepuasan batin dan ada keperpihakan. Kesemua program-program tersebut sudah berjalan 80 persen. Seperti program humas untuk ruang lingkup internal dan eksternal, humas membuat media humas, seperti media Buletin Integral dan situs Integral (www.integral.sch.id). Program inti dan strategis humas kedepanya adalah pembentukan karakter khas sekolah. Sekolah yang ingin maju dan mampu bersaing adalah sekolah yang memiliki karakter khas, oleh karena itu, humas dengan jangka waktu yang cukup lama kedepannya akan membentuk ciri khusus sekolah SD Integral.<br /> Humas SD I Luqman Al-Hakim selama ini hanya diurus oleh satu orang. Oleh karena itu, program-program yang digulirkan masih kurang optimal. Oleh karena itu, untuk optimalisasi program, humas berencana akan menambah personil humas.<br />Penambahan SDM tersebut akan dioptimalkan guna sebagai pengurus harian, dan bagian internal humas. Pada dasarnya, keberadaan lembaga humas sangat membantu sekolah dalam mengembangkan lembaga pendidikan. Yang paling urgent yakni pembentukan branding dengan karakteristik yang akan dibangun oleh humas. Dalam proses-proses inilah, kemudian, lembaga humas memiliki strategi-strategi kehumasan.<br />4. Tentang Sarana <br /> Sejak berdirinya SD I Luqman Al-Hakim proses pengadaan sarana dan pemodernisasian berjalan bertahap. Namun, proses tersebut yaris berjalan optimal dan selalu mengarah kepada peningkatan yang signifikan. Dari setiap tahun ajaran baru, sarana edukatif SD I Luqman Al-Hakim makin representatif dan mencapai standar sekolah. Kelengkapan sarana pada tahun 2008 ini mencapai 80 persen. Pengadaan dan pemodernisasian sarana edukatif SD I Luqman AL-hakim diadakan dalam satu tahun melalui tiga tahap. Pertama, tiga bulan sekali (melalui RAPBS yang disusun pihak sekolah. Kedua, enam bulan sekali (dilaksanakan sesuai program RAPBS biaya). Ketiga, satu tahun sekali, (setiap tahun ajaran baru). Adapun sumber dana yang digunakan berasal dari yayasan melalui RAPBS yang disusun sekolah.<br /> Yang bertugas mengelola sarana dan prasarana sekolah yaitu, petugas umum (PU) yayasan. Melaui prosedur unit operasional perawatan waka bidang sarana. Caranya bisa memalui progam kerja bagian sarana dan prasarana. Seiring dengan maju dan meningkatkan tekhnologi serta bertambahnya saingan, maka menambah dan memperbaharui sarana sangat diharapkan dan hal tersebut akan dilalaksanakan oleh pihak SD dan yayasan terutama dengan sesuai dengan prosedur yang ada<br /> Dengan adanya kelenkapan sekolah, maka secara tidak langsung akan men-support seluruh agenda dan program yang akan dugulirkan ke depan. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan secara keseluruhan juga tergantung perkembangan dan kelengkapan sarana dan prasarana. Yang lebih signifikan, kelengkapan sarana yang ada akan memberikan citra bagus kepada masyrakat atas keprofessionalisme sebuah lembaga. Jadi, bila saran sudah kondusif dan representatif, maka hal tersebut dapat menjadi daya tarik bagi siswa baru yang akan mendaftar ataupun yang belum. <br /> Pada dasarnya, peran Humas dalam bidang sarana baik pengadaan, pembaruan, dan penjagaan eduktif maupun non-adukatif tidak ada. Humas hanya menjembatani proyek-proyek terkait tentang pengadaan sarana dan prasarana. Salah satu yang telah dilakukan humas adalah menyerap aspirasi masyarakat terutama wali siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pengadaan sarana dan prasarana. <br />C. Analisis Data <br /> Setelah peneliti melakukan wawancara, pengamatan lapangan, observasi, dan menganalisis dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan dari SD Integral Luqman Al-Hakim, setidaknya peneliti dapat melakukan deskripsi, klasifikasi dan komparasi dengan teori-teori yang ada. <br /> Pada dasarnya, humas berperan aktif dalam pengembangan empat faktor pendidikan sarana, kesiswaan, kurikulum dan lembaga humas. Namun, peran humas atau strategi kehumasan tidak 100 persen kontribusinya untuk pengembangan empat faktor tersebut. Selain itu, strategi kehumasan yang dilakukan hanya bertumpu pada peningkatan braind image dan pembentukan public opinion.<br /> Memang ada beberapa kesamaan antara strategi kehumasan yang dilakukan oleh humas SD I Luqman Al-hakim, yaitu:<br />Misi – Visi – Destination – Statement - Strategi Komunikasi <br />Adapun strategi komunikasi yang dilakukan dengan cara analisis situasi dengan menggunakan beberapa tahap.<br />1. Analisis situasi dapat dilakukan melalui observasi, riset, kuisioner, sikap opinion leaders.<br />2. penetapan tujuan. Bersifat spesifik dan dapat diukur.<br />3. penetapan public. Sekelompok orang, internal dan eksternal yang menjadi sasaran komunikasi organisasi.<br />4. pemilihan medium dan tekhnik<br />surat kabar, buletin internal, indentitas lembaga, buku sponsor dan temu wicara. <br />5. perencanaan anggaran<br />labor intensive, biaya overhead, dan alat kontrol pengukur pekerja.<br />6. Evaluasi hasil <br /> Namun, kesemua strategi tersebut masih belum optimal 100 persen dilakukan oleh pihak humas SD Integral Luqman Al-hakim, mengingat SDM masih sangat minim. Dalam hal pengembangan pendidikan, SD I Luqman Al-Hakim masih bertumpu kepada empat faktor pendidikan, yaitu sarana, kesiswaan, kurikulum, dan lembaga kehumasan. Untuk masing-masing item tersebut, dalam proses pengembanganya berjalan secara bersinergis dan terkait. <br /> Adapun peran humas dalam pengembangan pendidikan di SD I Luqman Al-Hakim, masih sebatas dalam tahap publisitas, komunikator, branding maker, dan menjaga keharmonisan hubungan baik di internal maupun eksternal lingkungan sekolah. Sumbanngsihnya terhadap empat faktor pendidikan tidak bersifat materi, namun lebih banyak non-materi. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB V<br />PENUTUP<br />A. KESIMPULAN<br />Sesuai dengan tujuan dan yang diharapkan dari hasil penelitian dan analisis di atas, maka peneliti dapat meberikan kesimpulan sebagai berikut.<br />1. Strategi kehumasan yang dilakukan oleh humas/PR di SD I Luqman Al-Hakim Surabaya, menggunakan strategi kehumasan yang menitikberatkan pada pembentukan brading dengan program-program yang telah digulirkan.<br />2. pengembangan empat faktor pendidikan, yaitu sarana, kesiswaan, kurikulum, dan lembaga kehumasan lebih bersifat saling terkait, walau secara struktural telah memiliki job discription yang sudah jelas. Namun dalam hal ini, peran humas sangat besar dalam pengembangan pendidikan terutama lembaga dan citra sekolah.<br />3. humas, sebagai “corong” lembaga sekolah sangat besar kontribusinya dalam pengembangan empat faktor pendidikan. Dan bisa diibaratkan, tanpa peran humas, sekolah akan jalan di tempat/stagnan. Strategi kehumasan yang dilakukan humas lebih besar pada pembentukan branding melalui media-media komunikasi dan silaturahmi. <br /><br /><br /><br /> <br />B. SARAN<br />Dari kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kerja humas kedepanya. Dengan demikian, pengembangan pendidikan melalui sarana humas dapat lebih efektif kembali. <br />1. Untuk hasil dan kinerja lebih optimal, maka seorang PR harus melakukan analisis SWOT (Strenght/kekuatan, Weaknesses/kelemahan, Opportunies/peluang, dan treatment/ancaman). Meski tidak perlu menganilisis hal-hal yang berada di luar jangkauanya, seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi dari luar dan dalam lembaga pendidikan atas SWOT yang dimilikinya. Misalnya menyangkut masa depan sekolah, citra, kultur, serta potensi yang dimiliki lembaga pendidikan tersebut. <br />2. untuk terciptanya program humas yang efektif, maka diperlukan langkah pembuatan strategi humas. Yang termasuk di dalamnya pernyataan umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, visi-misi dan sasaran yang selalu dinamis dan sesuai dengan perkembangan zaman. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Ruslan, Rosady. ManejemenPublic Relation dan Media Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada <br /><br />Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen, Jakarta: PT. Prenada Media <br /><br />Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. Dasar-Dasar Public Relation, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya <br /><br />Lexy J. Meleong. 2005. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya <br /><br />Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek,<br />Jakarta : PT. Rineka Cipta <br /><br />Agustinus, W Sri, Manejemen Strategik, Jakarta Barat: PT Penerbit <br />Binarupa Aksara<br /><br />E. Mulyasa. Menjadi Guru Professional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya <br /><br />Mulyadi, Usman dan Wiryakusumo, Iskandar. 1998. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT. Bina Aksara<br /><br />Purwanto, Ngalim M. 1988 Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: PT.<br />Remajda Karya<br /><br />Nawawi Hadari. 1986. Administrasi Sekolah, Jakarta: PT Ghalia Indonesia<br /><br />Nasution, Zulkarnain. 2006. Manejemen Humas di Lembaga Pendidikan, Konsep, Fenomena, dan Aplikasinya, Malang: UPT. Penerbitan UMM<br /><br />Soemirat, Soleh dan Ardianto, Alvinaro. 2003. Dasar-Dasar Public Relation Bandung: PT. Remaja Rosda Karya<br /><br />Susilo, Joko Muhammad. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar<br /><br />Elsbree and McNally. 1959. Elementary School Administration and Supervision, American Book Company. New yorkM. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-22061809184691654882010-07-21T18:59:00.000-07:002010-07-21T19:00:58.729-07:00Meningkatkan Mutu PendidikanBAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang<br />Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. karena itu pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari pendidikan ini adalah pembentukan dan pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.<br />Pada dasarnya sekolah hanyalah membantu kelanjutan dari pendidikan dalam lingkungan keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak didik dari lingkungan keluarganya.<br />Permasalah yang muncul adalah tidak setiap keluarga mampu memberikan pendidikan yang membentuk dan mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak didik, dengan alasan kompetensi dan kemampuan keluarga untuk mengembangkan ketiga potensi tersebut terbatas.<br />Maka dari itu sekolah merasa perlu untuk memberikan tanggungjawabnya, mengembangkan seluruh potensi anak didik, baik aspek kognetif, afektif maupun psikomotorik secara terpadu, sehingga ada sekolah berusaha untuk mengembangkan semua potensi tersebut dengan cara bekerjasama dengan pihak keluarga dan masyarakat. <br />Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan pusat kegiatan belajar mengajar saat ini dijadikan tumpuan dan harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bahkan pemerintah untuk mendidik generasi penerus bangsa. Sekolah akan senantiasa memberikan pelayanan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang bersifat ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, dan pembentukan sikap mental yang baik bagi peserta didiknya. <br />Melihat dari kenyataan, bahwa sekolah bukan hanya sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, akan tetapi, dijadikan tumpuan dan harapan orang tua, keluarga, masyarakat bahkan pemerintah, dalam pengembangan potensi skill, keterampilan serta pembentukan sikap, mental serta spiritual yang baik bagi anak didik. Maka perlu adanya usaha-usaha yang dilakukan pihak institusi dalam hal ini kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan, untuk memenuhi harapan stake holder tersebut. Sebagai bentuk peningkatan mutu pendidikan bagi institusi sekolah yang dipimpinnya.<br />Berangkat dari latar belakang tersebut, maka penulis merasa perlu untuk meneliti berkaitan tentang bagaimana usaha-usaha kepala sekolah dalam menanggapi harapan dan tumpuan keluarga, masyarakat dalam hal pembentukan peserta didik menjadi insan kamil yang keberadaannya sangat diharapkan oleh masyarakat.<br />Alasan SD Integral Luqman Al-Hakim kami pilih sebagai objek penelitian, karena sekolah ini termasuk dalam kategori sekolah yang maju, dibuktikan dengan SD Integral Luqman Al-Hakim saat ini telah terakreditasi A dan juga telah meraih berbagai prestasi, baik prestasi berskala lokal dan nasional serta yang paling menguatkan akan kredibilitas sekolah ini adalah diraihnya prestasi berskala Internasional yaitu pada acara IMSO 2008.<br />Selain alasan di atas, dan ini merupakan alasan yang paling kuat mengapa penulis memilih SD Integral sebagai objek penelitian adalah adanya kegiatan khas yang merupakan usaha sekolah dalam mengoptimalkan fungsi kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat seperti kegiatan home stay, tadarus keliling, malam bina iman dan tauhid (Mabit) dan home visit yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di SD Integral Luqman Al Hakim. <br />Oleh karena latar belakang itulah penulis mengajukan sebuah Karya Ilmiah dengan judul :”Meningkatkan Mutu Pendidikan, Melalui Optimalisasi Fungsi Kerjasama Sekolah, Keluarga dan Masyarakat di SD Integral Luqman Al Hakim”, Sebagai bentuk kepedulian dan sumbangsih pemikiran yang akan menjadi bagian dari solusi atas problema yang telah kami paparkan di atas.<br /><br /><br />A. Definisi Operasional <br /> Untuk menciptakan kesatuan persepsi antara penulis dan pembaca, juga untuk mempermudah pemahaman terhadap proposal ini, maka kami dalam hal ini perlu menjelaskan atau memberikan penegasan terhadap judul yang diajukan. Diantara yang akan diberi penegasan adalah:<br />1. Meningkatkan mutu pendidikan<br />Dalam kamus Ilmiah popular Mutu didefinisikan sebagai kualitas, nilai sesuatu ataupun derajat. sedangkan menurut Nur Kholis Mutu didefinisikan sebagai: Pertama Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kedua, mencakup produk, jasa, manusia proses dan lingkungan. Ketiga merupakan kondisi yang selalu berubah . berdasarkan dari beberapa elemen frasa kata tersebut maka mutu dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau bahkan melebihi harapan yang akan dicapai sebuah lembaga pendidikan.<br /> Pendidikan adalah proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, dan karakter melalui persekolahan formal (Webster’s New World Dictionery (1962)). Istilah pendidikan juga didefinisikan dengan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. <br />Dengan demikian dapat diambil satu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan meningkatkan Mutu Pendidikan dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan oleh institusi sekolah dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan peserta didik baik jasmani, intelektual maupun spiritual peserta didik seutuhnya. Sehingga menjadi insan kamil yang akan menjadi khalifah dan hamba Allah yang memiliki tugas mensejahterakan bumi. <br />2. Optimalisasi Fungsi Kerjasama<br />Optimalisasi berarti pengoptimalan atau menjadikan maksimal. Sedangkan Fungsi berarti manfaat, guna, faedah. atau kegunaan suatu hal serta daya guna. Kerjasama adalah kegiatan yang dilakukan oleh beberapa lembaga atau orang untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama.<br />Jadi dari pengertian parsial di atas, bila kita dapat ambil kesimpulan bahwa Optimalisasi Fungsi Kerjasama adalah memaksimalkan manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh beberapa lembaga untuk mencapai tujuan bersama <br /><br /><br /><br />3. Sekolah, Keluarga dan Masyarakat (Lingkungan Pendidikan)<br /> Lingkungan Pendidikan adalah tempat anak untuk mendapatkan suatu pengajaran yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan baik yang bersifat formal maupun non formal. Lingkungan Pendidikan terdiri atas :<br />a. Keluarga<br /> Keluarga merupakan lembaga penidikan yang pertama dan utama, kaena dalam keluarga-lah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk, isi dan caa-cara peniikan dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.<br /> Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah merupakan peletak dasar bagi penidikan akhlak dan pandangan hdup keagamaan. Sifat tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dandari anggota keluarganya yang lain. <br />b. Sekolah <br /> Sekolah merupakan pendidikan yang secara umum diberikan di sekolah, yaitu dari jenjang TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Dalam lingkup sekolah, anak-anak akan dididik oleh pengajar atau guru yang sudah profesional.<br /> Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Dengan demikian sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu, kehidupan di sekolah adalah merupakan jembatan bagi anak, yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. <br />c. Masyarakat<br /> Merupakan pendidikan yang diberikan dalam lingkup kemasyarakatan. Anak-anak akan mendapatkan hal yang baru dalam pergaulan mereka dalam masyarakat. Mereka juga akan menyadari arti pentingnya dalam hidup bermasyarakat. Tanpa masyarakat kita tidak akan hidup, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial.<br />4. SD Integral Luqman Al Hakim <br /> Adalah sebuah lembaga pendidikan dasar formal, dibawah naungan Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah, di Pondok pesantren Hidayatullah Surabaya. Terletak di Surabaya timur tepatnya dijalan Kejawan putih Tambak VI/1, yang mempunyai pola pendidikan Integral dengan program unggulan Full Day School.<br />5. Kepala Sekolah<br /> adalah bagian yang sangat berpengaruh dan punya peran untuk mengatur aktifitas sekolah, membina personil sekolah dan mengembangkan sekolah.<br /> Dari definisi-definisi parsial di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa Usaha kepala sekolah adalah kerangka bimbingan serta arahan untuk mengatur dan membina segala bentuk aktivitas sekolah yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengaruh di dalam sebuah institusi pendidikan.<br /> Dari judul yang telah diberi penegasan serta definisi secara terperinci diatas maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan” Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Optimalisasi Fungsi Kerjasama Sekolah, Keluarga dan Masyarakat di SD Integral Luqman Al Hakim” adalah upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah SD integral Luqman Al Hakim dalam memaksimalkan semua manfaat dari beberapa kegiatan yang dilakukan sekolah, keluarga dan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah Dasar Integral Luqman Al Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya.<br /><br />B. Rumusan Masalah <br /> Dari latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:<br />1. Langkah apa saja yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan kaitannya dengan hubungan kerja sama antara sekolah, keluarga dan masyarakat<br />2. Kendala-kendala apa yang dihadapi kepala sekolah dalam membangun kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat<br />3. Solusi apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam memecah problem dalam mengoptimalkan fungsi kerjasama sekolah di SD Integral Luqman Al Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya.<br />C. Batasan Penelitian<br /> Mengingat kekurangan dan keterbasan serta untuk memfokuskan penelitian maka dalam penelitian ini penulis memberikan batasan penelitian ini pada:<br />1. Penelitian ini difokuskan pada usaha kepala sekolah dalam megoptimalkan kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan, pada periode 2007-2010 atau periode kepemimpinan kepala sekolah Bapak Amrozi Alimudin S.Pd dan setelahnya jadi penulis tidak meneliti pada periode sebelumnya<br />2. Untuk objek penelitian kami batasi dan kami fokuskan hanya pada hubungan kerjasama sekolah, keluarga dan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan di dalam sekolah sehingga kami tidak membahas bagaimana meningkatkan potensi anak di rumah ataupun masyarakat mengingat kekurangan dan keterbatasan kemampuan penulis untuk membahasnya.<br />D. Tujuan Penelitian<br /> Adapun yang menjadi tujuan utama penulis dalam menyusun karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:<br />1. Untuk mengetahui Langkah apa saja yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan kaitannya dengan kerja sama antara sekolah, keluarga dan masyarakat<br />2. Untuk mengetahui Kendala-kendala apa yang dihadapi kepala sekolah dalam membangun kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat<br />3. Untuk mengetahui solusi apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam memecah problem kesulitan membangun kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat di SD integral Luqman Al Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya.<br />E. Manfaat Penelitian<br /> Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:<br />1. Manfaat Penelitian secara teoritis<br /> Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan memberikan sumbangsih teoritis pada dunia pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan hubungan kerjasama dengan keluarga dan masyarakat yang merupakan komponen utama dalam dunia pendidikan.<br />2. Manfaat praktis penelitian. <br />a. Bagi Peneliti<br /> Sebagai aplikasi nyata bagi peneliti dalam memahami dan mendalami fungsi kerja sama sekolah keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan pada satuan pendidikan.<br />b. Bagi Lembaga yang diteliti.<br /> Sebagai saran dan masukan bagi lembaga yang diteliti dalam menerapkan kerjasama sekolah dengan keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga menjadi lembaga pendidikan yang unggul.<br />c. Bagi STAI Luqman Al Hakim.<br /> Sebagai sumbangsih literatur bagi perpustakaan STAIL dan bahan bacaan bagi segenap civitas akademika STAIL serta bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam bidang hubungan kerjasama sekolah dengan keluarga dan masyarakat.<br />F. Sistematika Pembahasan<br />1. Bab I: Pendahuluan<br /> Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, definisi operasional, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. <br />2. Bab II : Landasan Teori<br />Bab ini menguraikan teori-teori tentang pengertian kepala sekolah, tugas dari kepala sekolah, teori-teori tentang peningkatan mutu pendidikan, teori-teori tentang hubungan kerjasama sekolah dengan keluarga dan teori-teori tentang hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat, juga dijelaskan tentang pengaruh tibal balik antara sekolah dengan keluarga juga pengaruh timbal balik antara sekolah dengan masyarakat serta pengaruh tibal balik antara ketiganya. di sini juga dibahas pembinaan sekolah terhadap orang orang tua siswa dan pembinaan sekolah terhadap masyarakat. <br />3. Bab III : Metode Penelitian<br />Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian yang digunakan, subjek dan objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan pemeriksaan keabsahan data.<br />4. Bab IV : Sajian dan Analisis Data<br />Bab ini memaparkan tentang sajian data dan analisis data. Sajian data meliputi setting penelitian atau gambaran umum subyek penelitian, mulai dari latar belakang berdirinya SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya, letak giografisnya, struktur organisasi, visi dan misi sekolah dan tentang kajian pokok penelitian yaitu data-data program kerja sekolah yang melibatkan kerjasama sekolah dengan keluarga, data-data program kerja Sekolah yang melibatkan masyarakat, data-data program kerja sekolah untuk mengatasai kendala-kendala dalam menjalin hubungan kerjsama dengan masyarakat, data-data program kerja sekolah untuk mengatasai kendala-kendala dalam menjalin hubungan kerja sama keluarga, dan juga data-data dan fakta tentang kendala sekolah dalam menjalin hubungan kerja sama dengan keluarga dan masyarakat <br />5. Bab V : Penutup<br />Bab ini memuat tentang kesimpulan peneliti dan saran-saran.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />KAJIAN PUSTAKA<br /><br />A. Meningkatkan Mutu Pendidikan<br />1. Konsep Dasar Mutu<br />a. Definisi Mutu<br />Ada yang menyebutkan bahwa mutu adalah suatu nilai atau keadaan, namun secara bahasa mutu memiliki kesamaan arti dengan kata kualitas, derajat dan tingkat.dalam bahasa Inggris mutu dikenal dengan Quality, mereka mendefinisikannya dengan “Typical Part of Something Character” kalau kita artikan secara bebas maknanya menjadi, bagian yang khas dari karakter suatu barang. <br />Quality: The word quality is derived from Latin word qualis, which means “what kind of”. It connotes a variety of meanings and implies different things to different people. According to Juran “Quality is fitness for use or purpose”. Crosby considers it as “conformance to standards”. Deming defines quality as “a predictable degree of uniformity and dependability at low cost and suited to market”. In general quality is one, which satisfies customer needs and continuously keeps on performing its functions as desired by customers as per specified standards.<br />Mutu merupakan topik yang hangat dibicarakan di dunia bisnis dan akademik. Factor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang atau jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang bermutu adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya. Oleh karena itu, perusahaan harus mengenal pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan keinginannya. <br />Pengertian mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh masing-masing orang atau pihak. Produsen dan konsumen akan memilki definisi berbeda mengenai mutu dari suatu barang atau jasa. Perbedaan ini mengacu pada orientasi masing-masing pihak mengenai barang dan jasa yang menjadi objeknya. Namun ada satu kata yang menjadi benang merah dalam konsep mutu baik konsumen maupun produsen yaitu kepuasan. Barang atau jasa dikatakan bermutu adalah yang dapat memberikan kepuasan dan memenuhi tuntutan pelanggan.<br />Namun pada umumnya mutu memilki elemen-elemen sebagai berikut: Pertama: meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, kedua; mencakup produk, jasa, manusia dan lingkungan, ketiga: merupakan kondisi yang selalu berubah. Berdasarkan elemen-elemen tersebut maka mutu didefinisikan dengan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produksi, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi bahkan melebihi harapan.<br />b. Komponen Mutu <br />Komponen-komponen mutu merupakan bagian-bagian yang harus ada dalam upaya untuk mewujudkan mutu. Bagian-bagian ini merupakan pendukung dan menjadi prasyarat dimilikinya mutu, beberapa komponen mutu yang dimaksud adalah:<br />1) Kepemimpinan yang berorientasi pada mutu<br />Manajer puncak harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan secara terpadu dengan memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data, dan mengindentifikasi orang-orang (SDM), Dalam implementasi TQM adalah sebagai kunci proses manajemen, manajer puncak berperan sebagai penasihat, guru dan pimpinan. <br />Pimpinan suatu organisasi harus sepenuhnya menghayati implikasi manajemen dan semua perilakunya terhadap produktivitas organisasi, bahan terhadap respon pesaing. Kenyataan ini harus menyadarkan manajer puncak untuk mengakui bahwa mereka harus mengembangkan manajemen secara partisipatif, baik visi, misi mereka maupun proses manajemen yang dapat mereka pergunakan untuk mencapai keduanya.<br />Pimpinan harus mengerti bahwa TQM adalah suatu proses yang harus bersinergi dan terdiri dari prinsip-prinsip dan komponen-komponen pendukung yang harus dikelola agar mencapai perbaikan mutu secara berkesinambungan sebagia kunci keunggulan bersaing.<br />2) Pendidikan dan pelatihan (Diklat)<br />Perwujudan mutu dalam hal ini didasarkan pada keterampilan setiap pegawai dalam merencanakan, mengorganisasi, membuat, mengevaluasi dan mengembangkan jasa sebagai tuntutan pelanggan. Pemahaman dan keterampilan pegawai menjadi kunci untuk mewujudkan hal itu melalui aplikasi pemahaman dan kemampuannya. Perkembangan tuntutan pelanggan inilah yang harus terus berkembang dan harus direspon positif oleh manajer puncak melalui penyiapan pegawai yang kompeten dalam bidangnya. Dinamisasi tuntutan mengharuskan diupgrade nya kemampuan pegawai secara terus-menerus. Bahkan investasi terbesar haruslah pada SDM organisasi. Diklat terkait dengan keterampilan pokok dan keterampilan pendukung kedua-duanya menjadi utama dalam membentuk pegawai yang kompeten. Keterbatasan implementasi diklat memungkinkan untuk memilih pada keterampilan inti, sedangkan untuk keterampilan pendukung dikembangkan melalui proses kepemimpinan.<br />Mutu didasarkan pada keterampilan setiap karyawan yang pengertiannya tentang apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih semua karyawan, memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu dan memecahkan persoalan.<br />3) Struktur pendukung<br />Manajer puncak akan memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang dianggap perlu dalam melaksankan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan atau tim mutu, akan tetapi akan lebih baik bila diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri. Staf pendukung yang kecil dapat membantu manajemen puncak untuk mengartikan konsep mengenai mutu, membantu melalui network dengan manajer mutu di bagian lain dalam organisasi dan membantu sebagai narasumber mengenai topik-topik yang berhubungan dengan mutu bagi manajer puncak.<br />4) Komunikasi<br />Komunikasi dalam suatu organisasi yang berorientasi pada mutu perlu ditempuh dengan cara yang bervariasi agar pesan yang dikomunikasikan dapat disampaikan secara efektif dan manajer puncak dapat berkomunikasi kepada seluruh pegawai mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha penigkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu secara pribadi dengan para pegawai untuk meyampaikan informasi, memberika pengaraha, dan menjawab pertanyaan dari setiap pegawai. Namun demikian, jika pegawai berjumlah sangat banyak, maka penyampaian mengenai komitmen organisasi terhadap mutu harus disampaikan secara-terus menerus dan konsisten.<br />5) Ganjaran dan pengakuan.<br />Tim dan atau individu-individu yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip mutu dalam proses mutu harus diakui dan diberi ganjaran sebagaimana kemampuan organisasi, sehingga pegawai lainnya sebagia anggota organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Kegagalan dalam memahami seseorang yang mencapai sukses akan memberikan kesan bahwa ini bukan arah menuju pekerjaan yang sukses, dan memungkinkan promosi atau sukses individu secara menyeluruh. Jadi pada dasarnya pegawai yang berhasil mencapai mutu tertentu, harus diakaui dan diberi ganjaran agar dapat menjadi contoh bagi pegawai lainnya.<br />6) Pengukuran<br />Penggunaan data hasil pengukuran (evaluasi) menjadi sangat penting di dalam menetapkan proses manajemen mutu. Hasil pengukuran informasi umpan balik bagi manajer puncak mengenai kondisi riil bagaimana gambaran proses mutu yang ada di dalam organisasi. Bahkan hasil evaluasi ini harus menjadi dasar untuk mengambil keputusan bagi manajer puncak. Pendapat-pendapat umum mengenai mutu organisasi harus diganti dengan fakta dan data. Setiap orang dalam organisasi dan terkait dengan organisasi harus diberitahu bahwa yang penting Bukan yang dipikirkan akan tetapi yang diketahuinya berdasarkan fakta dan data. Dalam menentukan dan memilih data kepuasan pelanggan eksternal harus di ukur secara konsisten untuk mengetahui berapa jauh kebutuhan benar-benar dipenuhi.<br />Pengumpulan data dari pelanggan juga menjadi penilaian kinerja yang realistis serta sangat berguna di dalam memotivasi setiap orang untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya. Di samping keenam komponen diatas, ada tige belas hal yang harus dimilki oleh seorang pimpinan dalam TQM yaitu; (1) Pembuatan keputusan bagi pimpinan didasarkan pada data, bukan hanya pendapat saja, (2) pimpinan berperan sebagai pelatih dan fasilitator bagi setiap anggota organisasi, (3) pimpinan terlibat secara aktif dalampemecahan masalah yang dihadapi oleh bawahan melalui berbagai pendekatan, (4) pemimpin harus berupaya membangun komitmen, yang menjamin setiap orang memahami visi, misi, nilai dan target perusahaan yang jelas. (6) pimpinan harus paham betul bagaimana mengapresiasi terimakasih kepada anggota organisasi yang berhasil atau berjasa, (7) secara aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang terprogram. (8) perilaku dalam organisasi diorientasikan pada pelanggan internal maupun eksternal. (9) memilki keterampilan dalam meniali situasi dan kemampuan orang lain secara tepat. (10) memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi kerja yang sangat menyenangkan. (11) mau mendengar dan menyadari berbagai kekurangan dan kesalahan anggota organisasi (12) selalu berusaha memperbaiki sistem dan banyak berimprovisasi secara terus-menerus. (bersedia kapan saja dan dimana saja secara terus menerus. <br />c. Prinsip mutu<br />Prinsip mutu adalah sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini memiliki kekuatan untuk mewujudkan mutu. Akan hal ini berbagai ahli mutu mencoba merumuskan prinsip-prinsip yang paling tepat untuk mewujudkan mutu dalam organisasi. Ada delapan prinsip mutu berdasarkan versi ISO, yaitu:<br />1) Costumer Focused Organization<br />Costumer Focused Organization adalah orientasi pada pelanggan maksudnya adalah organisasi tergantung pada pelanggannya karenanya harus memahami berbagai kebutuhan pelanggan pada saat ini dan dimasa yang akan datang, kenali tuntutan pelanggan dan berusaha untuk memenuhinya atau bahkan melebihi apa yang diharapkan pelanggan.<br /><br />2) Leadership<br />Leadership adalah kepemimpinan organisasi yaitu pemimpin harus menentukan kesatuan arah dan tujuan organisasi. Pemimpin harus menciptakan dan menjaga serta memlihara lingkungan internal dimana orang-orang dapat terlibat secara penuh dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi<br />3) Involvement of People<br />Involvement of People adalah keterlibatan orang-orang (SDM) yang dimilki oleh organisasi atau perusahaan maksudnya adalah orang-orang pada setiap tingkatan merupakan esensi organisasi dan keterlibatan mereka secar penuh memungkinkan digunakannya kemampuan mereka untuk keuntungan organisasi.<br />4) Process Approach <br />Process Approach adalah menggunakan pendekatan proses, adapun yang dimaksud disini adalah hasil yang diinginkan dicapai secara efesien manakala sumber daya-sumber daya dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dikelola sebagai satu proses<br />5) System Approach to Management.<br /> System Approach to Management adalah menggunakan pendekatan sistem pada manajemen dengan pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses-proses yang terkait untuk memberikan perbaikan –perbaikan terhadap efektifitas dan efesiensi pada organisasi secara objektif.<br /><br /><br />6) Continual Improvement <br />Continual Improvement adalah peningkatan atau perbaikan secara berkelanjutan seharusnya menjadi tujuan permanen dari sebuah organisasi. <br />7) Factual Approach to decision making.<br />Factual Approach to decision making yaitu menggunakan pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan karena keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi.<br />8) Mutually benefical suplier relationships,<br />Mutually benefical suplier relationships adalah memilki hubungan yang saling menguntungkan dengan suplier dengan kata lain biasa dikatakan bahwa suatu organisasi dan supliernya adalah saling berhubungan, membutuhkan dan mempunyai kerjasama yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemapuan kedua belah pihak untuk menciptakan nilai keberhasilan.<br />d. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan<br />Manajemen Mutu Terpadu adalah suatu kumpulan aktivitas yang dimaksudkan untuk perbaikan proses yang berkesinambungan (continuous proces Inprovement) dan tujuannya adalah kepuasan pelanggan (customer satisfaction).<br />Manajemen Mutu Terpadu yang lebih populer dengan istilah TQM, dalam dunia pendidikan adalah filosofi perbaikan secara terus menerus dimana lembaga pendidikan menyediakan seperangkat sarana atau alat untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan saat ini dan dimasa mendatang.<br />Gary Floss mendifinisikan Total Quality Management (TQM) is a structured system for meeting and exceeding customer needs and expectations by creating organization-wide participation in the planning and implementation of breakthrough and continuous improvement processes.<br />Dari pengertian diatas maka kita dapat ambil kesimpulan bahwa manajemen mutu terpadu merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk baik berupa barang maupun jasa memilki spesifikasi mutu sebagaimana di tetapkan secara menyeluruh, yaitu mulai dari input, proses, output dan outcome. dilakukan secara berkelanjutan menunjukan bahwa upaya mewujudkan mutu merupakan bagian kerja keseharian, bukan sesuatu yang bersifat temporal (sewaktu-waktu). Dalam konteks outcome (dampak) dikenal dengan istilah layanan purna jual. Dalam dunia pendidikan, layanan purna jual ini terkait dengan keterlibatan alumni dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah. Semua sistem organisasikan diposisikan sebagai bagian untuk menjamin mutu dan disinergikan melalui kepemimpinan mutu. <br />e. Meningkatkan Mutu Pendidikan.<br />Transformasi menuju sekolah bermutu terpadu, diawali dengan komitmen bersama komite sekolah, administrator, guru, staf, siswa, dan orang tua dalam komunitas sekolah terhadap Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tentang penjaminan mutu, sebagimana disebutkan dalam pasal 91 ayat 1,2 dan 3 yang berbunyi (1) setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non-formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan, (2) penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar nasional Pendidikan, (3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap dan sistematis serta terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memilki target dan kerangka waktu yang jelas.<br /> Adapun prosesnya, melalui manajemen strategi yang berorientasi pada mutu dan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan kostumer. <br />Pengembangan mutu dalam sektor pendidikan, sesungguhnyaa mengadopsi dari berbagai konsep, seperti dikemukakan para ahli sebagai berikut:<br />1) Miller.RI (1980:76), dalam pendidikan ” the man behind the system” yang berarti manusia merupakan faktor kunci yang menentukan kekuatan pendidikan.<br />2) Arcaro.JS (1995:48) Teachers are the mediator who provide or fail to provide the essential experiences the permit student to release their awesome potential.<br />3) Bemandin & Joice dalam Faustino (1995:160), mengungkapkan bahwa faktor-faktor produktivitas pendidikan yaitu “knowledge, skills, abilitas, attitude dan behaviors dari para personil dalam organisasi.<br />4) Crosby (1979:58) menyatakan, bahwa kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan, standar meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi.<br />Mutu Pendidikan dapat ditingkatkan melalui beberapa cara, seperti (1) Meningkatkan ukuran akademik melalui ujian nasional atau ujian daerah yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes bakat (Scholastic Aptitude Test), sertifikasi kompetensi dan profil portopolio (Portopolio Profile), (2) Membentuk kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah pembelajaran melalui belajar secara kooperatif (Cooperativ Learning), (3) menciptakan kesempatan belajar baru dengan mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap membuka sekolah pada jam-jam libur, (4)meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui penguasaan materi (Mastery Learning) dan penghargaan atas pencapaian prestasi akademik (5) membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kursus-kursus yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh pekerjaan, bertindak sebagai sumber kontak informal tenaga kerja, membimbing siswa menilai pekerjaan-pekerjaan, membimbing siswa membuat riwayat hidupnya dan mengembangkan portopolio pencarian pekerjaan.<br />Cara lain untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menerapkan Total Quality Management (TQM). TQM dalam dunia pendidikan adalah filosofi perbaikan terus-menerus dimana lembaga pendidikan menyediakan seperangkat saran atau alat untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan saat ini dan dimasa mendatang.<br />Organisasi pendidikan misalnya menerapkan TQM memandang mutu dari sudut pandang pelanggan. Alasannya karena pelangganlah sebagia pihak terakhir yang menilai mutu dan tanpa pelanggan maka suatu organisasi tidak akan ada. Dalam hal ini kualitas didefinisikan sebagai memuaskan pelanggan, melebihi keinginannya dan kebutuhannya.<br />TQM Merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia proses, dan lingkungan. Namun, Pendekatan TQM hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristiknya. Yaitu (1) fokus pada pelanggan baik internal maupun eksternal, (2) memilki obsesi yang tinggi terhadap mutu, (3) menggunakan pendektan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, (4) memliki komitmen jangka panjang, (5) membutuhkan kerjasama tim, (6) memperbaiki proses secara berkesinambungan (7) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (8) memberikan kebebasan yang terkendali, (9) memilki kesatuan tujuan dan (10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat. <br />Penting untuk diperhatikan bahwa salah satu kegagalan dalam meningkatkan kualitas pendidikan sebuah sekolah adalah pengelolaan yang tidak memiliki wawasan untuk memberbaiki sistem kualitas dan tidak pernah mengikuti training tentang cara memperbaiki sistem kualitas serta tidak mengikuti penataran-penataran. <br />B. Kerjasama Sekolah dengan Keluarga dan Masyarakat<br />1. Lingkungan Pendidikan<br />Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Sertain (Psikolog asal Amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan (Environment) adalah semua kondisi dalam dunia ini yang mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan hidup kita, Seperti tumbuhan, orang, binatang, kebudayaan, kepercayaan, keadaan politik, sosial-ekonomi, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia termasuk di dalamnya pendidikan. <br />Sertain membagi lingkungan itu menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut:<br />a. Lingkungan Alam atau luar (External or Physical Environment) yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan hewan. <br />b. Lingkungan dalam (Internal Environment) yang dimaksud adalah segala sesuatu yang telah termasuk dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita. <br />c. Lingkungan Sosial (Social Environment), yang dimksud adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh sosial itu ada yang kita terima secara langsung, dan ada yang tidak langsung, misalnya dalam pergaulan sehari-hari dengan orang tua kita, keluarga, teman-teman sekolah atau teman sepekerjaan. Sedangkan yang tidak langsung bisa melalui radio, televisi, dengan membaca buku, majalah dan sebagainya.<br /> Jika dibandingkan dengan kedua macam lingkungan yang telah dibicarakan dimuka, -lingkungan alam dan lingkungan dalam-, lingkungan sosial mempunyai pengaruh yang lebih besar, terutama terhadap pertumbuhan rohani atau pribadi anak.<br />Menurut Muhaimin, Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap fitrah manusia. Bahkan faktor tersebut dapat mempengaruhi kepribadian manusia. Namun demikian ia bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh tanpa dukungan dari faktor-faktor lain. Pandangan ini menolak pandangan Skinner yang mengatakan bahwa bawaan menentukan kehidupan manusia betapapun dia mengubah lingkungannya. Pernyataan ini dibuktikan bahwa anak-anak orang islam biasanya menjadi muslim, sedangkan anak-anak orang kristen biasanya menjadi kristen. Hal ini disebut oleh skinner sebagai salah satu contoh untuk menjelaskan teorinya.<br />Demikian pula jika kita hubungkan antara pembawaan atau keturunan (heredity) dengan lingkungan (Environment) dalam hal pengaruh terhadap pertumbuhan manusia, dapatlah kita katakan sifat-sifat dan watak seseorang adalah hasil interaksi antara pembawaan-keturunan dan lingkungannya, itu artinya bahwa yang menentukan bagaimana sifat, watak dan kepribadian seseorang adalah interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.<br />Dalam konteks pendidikan islam lingkungan sebagai sebuah tempat kegiatan suatua hal mendapat perhatian dan pengarahan dari al-Qur’an. Sebagai tempat tinggal manusia pada umumnya lingkungan dikenal dengan istilah al-Qoryah diulang dalam al-Qur’an sebanyak 52 kali yang di hubungkan dengan tingkah laku penduduknya. Sebgian ada yang dihubungkan dengan penduduknya yang berbuat durhaka lalu mendapat siksa dari Allah. Sebagian dihubungkan dengan penduduknya yang berbuat baik sehingga menimbulkan suasana yang aman damai dan sebagian lagi dihubungkan dengan tempat tinggal Nabi. Dan semua ini menunjukan tentang pentingnya lingkungan atau tempat bagi suatu kegiatan, termasuk di dalamnya pendidikan Islam.<br />Dalam konteks pendidikan, lingkungan dapat di artikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar dari seseorang. Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan seorang individu, lingkungan ada yang sengaja diadakan (usaha sadar), usaha sadar ini dibagi dalam tiga, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini memiliki tanggungjawab atas terselenggaranya pendidikan.<br />a. Pengertian Lingkungan Keluarga<br />Secara bahasa keluarga berasal dari dua kata yaitu kawula dan warga. di dalam bahasa jawa kuno, kawula berarti hamba, maksudnya adalah seseorang yang menghambakan dirinya. Warga artinya anggota, maksudnya, seseorang yang dalam lingkungannya memiliki hak dan kewajiban terselenggaranya sesuatu yang baik bagi lingkungannya. Jadi keluarga ialah suatu kesatuan (kelompok) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan kelompok tersebut.<br />Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Dikatakan pula bahwa keluarga merupakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.<br />Tugas utama dari keluarga dalam pendidikan anak ialah, merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Segala sesuatu yang dilakukan keluarga ataua orang tua kepada anak merupakan pembinaan kebiasaan pada anak yang akan tumbuh menjadi tindakan moral dikemudian hari (moral behaviour).dengan kata lain, setiap pengalaman anak baik yang diterima melalui pengelihatan, pendengaran, atau perlakuan terhadap anak pada waktu kecil akan merupakan pembinaan kebiasaan yang tumbuh menjadi tindakan moral dikemudian hari.<br />Pendidikan di keluarga pada hakikatnya merupakan proses pendidikan sepanjang hayat. Pembinaan dan pengembangan kepribadian, penguasaan dasar-dasar tsaqofah Islam dilakukan melalui pengalaman hidup sehari-hari dan dipengaruhi oleh sumber belajar yang ada di keluarga, utamanya orang tua.<br />Peran penting pendidikan dalam keluarga tercermin dalam Hadist Rasulullah SAW berikut:<br />“Tidaklah seorang anak yang lahir itu kecuali dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanya yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.”(H.R. Muslim)<br />Orang tua adalah orang yang pertama dan terutama yang wajib bertanggung-jawab atas pendidikan anaknya. Hal ini terjadi karena dua hal; pertama, kelahiran anak didunia ini, tidak lain adalah merupakan akibat langsung dari orang tua dan sebagai orang dewasa, maka orang tua harus bertanggung-jawab terhadap segala perbuatannya. Orang tua harus menanggung segala resiko yang timbul akibat dari perbuatannya, bukan saja dalam hal pemeliharaannya saja tetapi juga bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Yang kedua adalah anak lahir dalam keadaan serba tak berdaya. Belum dapat berbuat apa-apa, anak memerlukan tempat untuk menggantungkan dirinya, orang tua dalam hal ini adalah tempat bergantung dalam segala hal secara kodrati.<br />Salah satu kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberikan pendidikan dasar bagi anaknya, yaitu dalam segi pembentukan kepribadian dan nilai-nilai luhur agama. Karena penanaman nilai-nilai keagamaan dalam keluarga sangat penting bagi perkembangan keagamaan anak selanjutnya.<br />Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan mas’ûliyyatu almurabbîna alkubrâ fî altarbiyyati alwalad sawâ’ùn `kânat îmâniyatun am akhlaqiyyatun, `qliyyatun, jismiyyatun, nafsiyyatun am ijtimâ`yyatun. walâsyakka anna hadzihi almasûliyyâti allatî sabaqa `nhâ wa altafsîlu fîhâ hiya min aḏkhami almasûliyyâti fî majâli altarbiyyati wai´dâdi alwaladi. Wakam yakûnu alâbâ·u fî sa`âdatin wa almurabbûna fî surûri.<br />Berbagai tanggungjawab besar para pendidik atas pendidikan anak, baik yang berkenaan dengan iman, moral, mental, jasmani maupun rohani. Tidak diragukan lagi bahwa tanggungjawab tersebut merupakan tanggungjawab yang paling besar dalam bidang pendidikan anak. Betapa banyak para orang tua merasa gembira ketika melihat buah hatinya adalah malaikat-malaikat yang berjalan dimuka bumi, ketika jantung hatinya adalah mushaf al-Qur’an yang bergerak dikalangan manusia.<br />al-Ghazali juga mengatakan “i’lamu anna al-ṯarîqu fî riyâḏati al- ṣibyâni min ahammi al-umûri wa’aukidaha wa al- ṣabiyyi amânatun ‘inda wâlidaihi”.<br />Kewajiban mendidik anak ini secara tegas dinyatakan Allah dalam surat at-Tahrim ayat 6, sebagai berikut; <br /> “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (at-Tahrim: 6)<br />Kata Qû adalah kata kerja perintah atau fi’il amr yaitu suatu kewajiban yang harus ditunaikan yaitu kewajiban yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua kepada anak-anaknya. Kedua orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Oleh karena sebelum orang lain mendidik anak ini, kedua orang tualah yang mendidiknya terlebih dahulu.<br />b. Pengertian Lingkungan Sekolah<br />Sekolah adalah lembaga pendidikan formal, yang dilaksanakan secara teratur, sistematis, berjenjang dan dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. sekolah merupakan tempat yang strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang dalam menghadapi masa depan.didalamnya <br />Keberadaan sekolah tidak lain karena tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Untuk menjalankan tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli. Oleh karena itu dikirim anak ke sekolah.<br />Dengan demikian sebenarnya pendidikan anak di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang seklaigus juga lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, kehidupan di sekolah merupakan jembatan penghubung bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat. kehidupan di sekolah juga sangat penting dalam menyiapkan anak untuk kehidupan masyarakat,<br />Sekolah sebagai tempat belajar sudah tidak dipersoalkan lagi keberadaanya. Secara historis keberadaan sekolah ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari keberadaan masjid.<br />Di dalam al-Qur’an tidak ada kata yang secara langsung menunjuk pada arti sekolah yaitu madrasah. Tetapi sebagai akar kata dari madrasah yaitu darasa di dalam al-Qur’an di jumpai sebanyak enam kali. Hal ini menunjukan bahwa kata-kata darasa yang merupakan akar kata dari Madrasah ini menunjukan bahwa keberadaannya sebagai tempat belajar atau tempat mempelajari sesuatu sejalan dengan semangat al-Qur’an yang senantiasa menunjukan kepada umat manusia agar mempelajari sesuatu.<br />c. Pengertian lingkungan Masyarakat<br />Masyarakat (Community) adalah kumpulan manusia sebagai anggota sebuah kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa, sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan hidupnya.<br />Kelompok masyarakat dibedakan menjadi dua bagian yaitu, publik internal dan publik eksternal. Publik internal adalah masyarakat atau warga yang menjadi bagian dari unit usaha, badan, sekolah atau instansi itu sendiri, sedangkan publik eksternal adalah orang luar atau publik umum dimana usaha atau sekolah itu berada.<br />Dalam kontek pendidikan masyarakat adalah warga atau individu yang berada di sekolah dan di sekitar sekolah yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap manajemen sekolah, memilki kesadaran sosial dan mempunyai pengaruh terhadap sekolah. hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 Pasal 1 ayat 27 yang berbunyi “Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan”. <br />Masyarakat merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Setiap masyarakat mempunyai nilai-nilai sosila budaya dan peraturan-peraturan yang di junjung tinggi, dihayati dan diamalkan. Nilai-nilai dan peraturan-peraturan tersbut selalu berubah-ubah dan berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan pada waktu itu. Supaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, pendidikan hendaklah mampu pula mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. <br />2. Kerjasama Antara Sekolah dan Keluarga<br />Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan, Oleh karena itu dikirimlah anak untuk belajar di sekolah.<br />Peralihan bentuk pendidikan yang belum dilembagakan (keluarga) ke pendidikan yang dilembagakan (sekolah) memerlukan kerja sama antara sekolah dan keluarga. <br />Untuk menjalin kerja sama antara sekolah dan orang tua ada berbagai macam cara yang dapat di tempuh diantaranya adalah;<br />1) Kunjungan ke rumah peserta didik<br />Adanya pertemuan antara orang tua anak dan guru atau adanya kunjungan guru ke orang tua anak dalam istilah agama disebut silaturrahmi. Kegiatan ini dilakukan oleh sekolah (guru) untuk melihat sendiri dan megobservasi langsung cara peserta didik belajar, latar belakang kehidupan dan masalah-masalah yang dihadapi dalam keluarganya. Dengan kegiatan ini diharapkan orang tua dan guru saling mengenal dengan baik, sehingga guru dan orang tua dapat bekerjasama dengan baik dalam hal saling memberikan informasi tentang keadaan anak didiknya serta saling memberikan petunjuk.<br />Adanya pertemuan antara orang tua anak dan guru atau adanya kunjungan guru ke orang tua anak dalam istilah agama disebut silaturrahmi. <br />Selain itu orang tua akan merasa senang sekali atas kunjungan pihak sekolah ke rumahnya karena ia merasa bahwa anaknya itu sungguh-sungguh diperhatikan. Dan bagi anak sendiri akan menimbulkan rasa hormat dan segan kepada gurunya yang telah mengenal orang tuanya bahkan keluarganya.<br />Bagi sekolah, melalui kepala sekolah bersama guru dan tenaga kependidikan di sekolah harus memperhatikan aspirasi mereka agar sekolah diminati dan diterima keberadaannya dan dipenuhi kebutuhannya.<br />2) Undangan terhadap orang tua ke sekolah<br />Kegiatan ini dilakukan untuk menjalin komunikasi yang intensif antara sekolah dan orang tua wali siswa, dari komunikasi yang dilakukan akan meningkatkan pemahaman antara orang tua murid dan sekolah tentang anak didiknya.<br />Kegiatan ini bisa berupa rapat rutin yang dapat dipergunakan oleh kepala sekolah dan guru untuk berkenalan dan membicarakan masalah-masalah yang dihadapi sekolah dalam mendidik anak didik yang perlu segera diselesaikan, membahas tentang cara kerja sama orang tua dengan sekolah untuk pendidikan anaknya dan kemajuan sekolah, atau bahkan mengadakan pembagian tugas dan tanggungjawab antara sekolah dan orang tua dalam pembinaan pribadi peserta didik.<br />Bisa juga kegiatan ini diisi dengan kegiatan pameran, perayaan-perayaan yang didalamnya terdapat pertunjukan karya seni, ketangkasan, kecakapan dan kepandaian siswa-siswi di sekolah seperti tari-tarian, olah raga, kuis, lukisan dan lain sebagainya.<br />Orang tua tentu akan merasa bergembira atas undangan seperti ini karena dengan demikian orang tua akan dapat menyaksikan sendiri bagaimana kecakapan anak-anaknya dan dapat mengetahui akan usaha-usaha dan kemajuan sekolah tempat anaknya belajar.<br />3) Case Conference<br />Case conference adalah rapat atau konferensi tetang kasus, merupakan kegiatan pengkajian lebih mendalam terhadap suatu kasus ayang melibatkan berbagai pihak dan dibahas dalam pertemuan besar atau kecil apabila diperlukan. <br />biasanya digunakan dalam bimbingan penyuluhan, peserta konferensi adalah orang-orang yang betul-betul ikut serta membicarakan masalah peserta didik secara terbuka dan sukarela. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh orang tua murid, guru-guru, petuga-petugas bimbingan seperti psikiater, socail worker dan dokter sekolah. Konferensi ini biasanya dipimpin oleh orang yang paling menegtahui persoalan bimbingan penyuluhan, khususnya tenatang kasus tersebut.<br />Seluruh data dari culmative Record peserta didik dipergunakan. Kalau perlu didempnstrasikan atau diperagakan. Isi segenap pembicaraan bersifat rahasia, sesuai dengan sifat kerahasiaan proses bimbingan dan penyuluhan.<br />Tujuan dari konferensi ini adalah untuk mencari jalan yang paling tepat agar masalah peserta didik dapat diatasi dengan baik. Hasil konferensi biasanya akan lebih baik karena data dikumpulkan oleh beberapa orang, serta interpretasi, analisis, dan penentuan diagnosa suatu masalah dilakukan dengan sistem musyawarah.<br />4) Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga<br />Kegiatan surat-menyurat perlu diadakan, terutama pada waktu-waktu yang sangat diperlukan bagi perbaikan pendidikan anak-anak didik. Seperti surat peringatan dari guru kepada orang tua jika anaknya perlu lebih giat, sering mangkir atau membolos dan lain-lain. Alangkah baiknya pula jika surat-menyurat timbul dari orang tua sendiri kepada guru atau kepala sekolah, maupuan ketika orang tua memerlukan keterngan-keterangan bagaimana tingkah laku anaknya di sekolah, karena ternyata banyak anak-anak yang menunjukan tingkah laku yang berlawanan di rumah dengan di sekolah.<br />5) Kerjasama dalam bidang proses belajar-mengajar, hal ini dimaksudkan untuk memberikan bantuan dan kemudahan dalam proses belajar kepada peserta didik, misalnya dalam mengerjakan pekerjaan rumah, orang tua harus membantu menjelaskan hal-hal yang belum diketahui oleh sang anak.<br />6) Kerjasama dalam pengembangan bakat yang dimaksudkan agar peserta didik mengalami perkembangan bakatnya secara optimal, guru dapat memberitahukan kepada orang tua peserta didik mengenai bakat atau potensi anak yang perlu dibina dan dikembangkan di rumah<br />7) Kerjasama dalam bidang pendidikan mental dilakukan terutama untuk menghadapi masalah kesulitan belajar peserta didik karena kondisi rumah tangga yang kacau. Kondisi rumah tangga yang tidak kondusif tersebut sangat mempengaruhi mental peserta didik di sekolah. Pihak sekolah bisa mengambil inisiatif menyarankan agar peserta didik tersebut tinggaldi asrama agar pengaruh lingkungan kelaurga yang kurang kondusif tersebut dapat ditekan sedemikian rupa.<br /> Kerjasama yang dilakuakan oleh sekolah dan keluarga tersebut harus didasari oleh adanya kesamaan tanggungjawab dan adanya kesamaan tujuan.<br />3. Kerjasama Antara Sekolah dan Masyarakat<br />Sebagai masyarakat kecil dan sebagai bagian dari masyarakat, sekolah harus membina hubungan dengan masyarakat. Di dalam masyarakat banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat. Ikut berpartisispasi dengan masyarakat merupakan hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat.<br />Secara umum kerjasama sekolah dan masyarakat memiliki tujuan yang hendak dicapai yakni berupa peningkatan mutu pendidikan sehingga pada gilirannya masyarakat akan merasakan dampak langsung dari kemajuan tersebut. <br />Partisipasi masyarakat dalam penigkatan mutu pendidikan dan proses belajar mengajar di sekolah menempati posisi yang penting. Partisispasi masyarakat harus ditangani dan dibangun secara serius agar tumbuh kesadaran akan pentignnya keterlibatan masyarakat dalam pendidikan.<br />Partisispasi masyarakat di bangun lewat penyadaran yang panjang dan strategis untuk mengubah pemikiran bahwa pendidikan bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat.<br />Agar tercipta hubungan kerjasam yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Gambaran dan kondisi sekolah ini dapat di informasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan kesekolah, kunjungan kerumah orang tua murid, penjelasan oleh staf sekolah, murid, radio dan televisi serta laporan tahunan.<br />Pada dasarnya kerjasama antara sekolah dan masyarakat telah tercantum dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 9 yang menyatakan masyarakat berkewajibna memeberikan dukungan sumberdaya dalam penyelenggaraan dalam penyelenggaraan pendidikan.hal ini berarti bahwa masyarakat akan memberikan dukungan jika keikutsertaan masyarakat dalam manajemen sekolah semakin mendapat tempat yang berarti.<br />Banyak cara yang dapat dipergunakan sekolah untuk bekerjasama dengan masyarakat. Cara-cara itu antara lain sebagai berikut:<br />a) Membawa sumber-sumber dari masyarakat kedalam kelas untuk kepentingan pelajaran seperti resouces person, benda-benda, binatang-binatang dan tumbuh-tunbuhan. Selama kemping sekolah, KKN, Karya Wisata, dan lain sebgainnya antara lain anak didik dapat membawa tekstil dari industri, bibit padi unggul dari daerah pertanian, obat-batan dari apotik, mereka dapat mengumpulkan binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda, bintang dari alam sekitarnya seperti serangga, cacing, burung, katak, lumut, air, enau, kelapa, pisang, kacang-kacangan dan lain sebagainya.<br />b) Membawa anak didik ke masyarakat, seperti melakukan kegiatan karyawisata, survey, penelitian lapangan, dan kuliah kerja nyata.<br />c) Mengundang tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu program sekolah, misalnya mengundang dokter disekitar sekolah atau orang tua murid untuk menjadi pembicara atau pembina kesehatan sekolah.<br />d) Mengadakan buletin sekolah, majalah atau lembar informasi yang secara berkala memuat kegiatan dan program sekolah untuk diinformasikan kepada masyarakat.<br />e) Kerjasama dalam pendidikan kesenian, olahraga, dan keterampilan serta pendidikan bagi peserta didik berkelainan.<br />Kerjasama ini perlu dilaksanakan mengingat pendidikan di sekolah sangat terbatas waktunya, peserta didik hanya 6-7 jam berada di sekolah, sedangkan sisa waktu yang lebih banyak mereka berada di lingkungan keluarga mereka dan juga dilngkungan masyarakatnya. <br />4. kejasama dengan ketiga lingkungan Pendidikan<br />setelah kita melihat ketiga macam tanggungjawab dan pembinaan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat tampaknya ada kesaman rasa tanggung jawab yang dipikul oleh ketiga macam lingkungan pendidikan ini.Mereka secara tidak langsung telah mengadakan kerjasama yang erat di dalam praktek pendidikan. Kerjasama yang erat itu tampak dari hal-hal berikut; pengetahuan umum, sikap, nilai, serta keterampilan umum yang berguna bagi kehidupan sehari-hari biasanya dipelajari seseorang di lingkungan keluarganya. Yang dilakukan antara lain dengan jalan mengamati dan meniru.Dalam keluarga juga dipelajari sikap terhadap anggota keluarga lain, tetangga, masyarakat dan sikap untuk mengatasi atau menghadapi kesulitan.<br />Pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan umum yang diditiru seseorang dari keluarga baru berkembang apabila seseorang itu telah belajar di sekolah. Di sekolah juga ditambah dengan berbagai materi pendidikan berupa ilmu dan keterampilan, orang tua anak menilai dan mengawasi hasil didikan sekolah ini dalam kehidupan sehari-hari.<br />Juga demikian dengan pendidikan di lingkungan masyarakat ikut pula berperan serta dalam mengontrol dan menyalurkan serta membina dan meningkatkannya. Hal ini berlangsung karena masyarakat adalah lingkungan pemakai atau The User dari produk pendidikan yang diberikan oleh rumah tangga dan sekolah.<br />Ketiga jenis pendidikan tersebut sangat penting karena ketiganya merupakan komponen yang saling mengisi dan memperkuat dalam proses pendidikan seseorang, hal ini bisa kita lihat bahwa secara mental spiritual dasar-dasar pendidikan diletakkan oleh rumah tangga dan secara akademik konseptual dikembangkan oleh sekolah sehingga perkembangan diri anak makin terarah. Pendidikan yang dilakukan oleh kedua lembaga pendidikan ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka ia dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pemakai.<br />Kerjasam terpadu ini sangat menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan anak, baik secara jasmani, rohani, mental spiritual dan fisikal. Kerjasama ini merupakan upaya maksimal yang dapat diusahakan oleh masing-masing lingkungan dalam mengembangkan dan menumbuhkan potensi anak menjadi kenyataan. <br />Bila dilihat dari penjelasan di atas terlihat bahwa untuk menghasilkan proses belajar-mengajar yang kondusif bagi pengembangan potensi peserta didik secara optimal, serta sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyyah, peranan ketiga unsur diatas harus senantiasa saling mengisi secara harmonis dan integral. Jika salah satu diantara unsur tersebut tidak melaksanakan tugas dan fungsinya, maka mustahil pendidikan yang diinginkan akan berhasil secara maksimal.<br />Oleh karena itu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan suatu sistem pendidikan yang secara utuh bekerjasama terpadu menjadikan anak didik menjadi anggota masyarakat menjdi insan kamil manusia paripurna sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pendidikan Islam.<br />C. Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Optimalisasi Kerjasama Sekolah dengan Keluarga dan Masyarakat <br />1. Peran Kepala Sekolah Dalam bekerjasama dengan lingkungan pendidikan<br />Dalam memperdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang di pikirkan orang tua dan masysrakat tentang sekolah. Kepala sekolah di tuntut untuk senantiasa berusaha membina dan mengembangkan hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk; 1). Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja, 2). Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing. 3) kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan meraka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.<br />Kepala sekolah profesional tidak saja di tuntut untuk melaksanakan berbagai tugas di sekolah, tetapi ia juga harus mampu menjalin hubungan kerjasama dengan masyarakat dalam rangka membina pribadi peserta didik secara optimal. Kerjasama ini penting karena banyak persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh sekolah secara sepihak, atau sering terjadi kesalah pahaman, perbedaan persepsi antara pihak sekolah dengna masyarakat. Misalnya, dalam masalah agama yang akhir-akhir ini dipersoalkan dalam RUU, sekolah bisa saja memberikan informasi tentang agama lain kepada perserta didik, misalnya dalam acara spiritual fair atau pekan raya agama, tetapi mungkin orang tua tidak menerima hal tersebut bahkan, orang tua bisa saja menyalahkan sekolah, karena memberikan informasi agama lain pada anaknya. Lebih parah lagi kalau orang tua langsung mencabut anaknya, dan memindahkannya ke sekolah lain. Ini bisa saja terjadi apabila hubungan sekolah dan masyarakat tidak cair, sehingga orang tua tidak mengerti atau tidak mau mengerti apa yang terjadi di sekolah, dan rencana apa yang akan dilakukan sekolah pada masa yang akan datang.<br />Kepala sekolah harus mencari jalan keluar untuk mencairkan hubungan sekolah dengan masyarakat yang selama ini terjadi, agar masyarakat khususnya orang tua peserta didik bisa mengerti dan memahami dan maklum dengan ide-ide serta visi yang sedang berkembang di sekolah. Hal ini bisa dilakukan oleh pihak sekolah dipimpin oleh kepala sekolah, misalnya melalui dialog rutin antara pihak sekolah dengan mereka sehingga mereka bisa memahami kondisi sekolah dengan berbagai masalah. Lebih dari itu diharapkan masyarakat bisa membantu mewujudkan visi dan tujuan sekolah.<br />Disadari memang bahwa partisipasi masyarakat terhadap pendidikan masih relatif rendah (utamanya dalam sumbangan pemikiran), meskipun sudah ada wadah-wadah dan saluran-saluran ke arah peningkatan partisipasi tersebut. Wadah-wadah tersebut antara lain POMG dan BP-3, yang sekarang berkembang menjadi komite sekolah dan dewan pendidikan. Meskipun wadah ini berbeda visi dan misinya tetapi subtansinya sama yakni menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat. Kita berharap wadah atau saluran-saluran baru tersebut bisa menjembatani kesenjangan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Namun demikian semua itu kembali kepada niat kedua belah pihak dalam memajukan pendidikan dan pembangunan masyarakat pada umumnya. Khusunya dalam pengembangan pribadi anak-anak. Oleh karena itu pihak sekolah harus berani lebih awal, sejak penerimaan murid baru misalnya. Dalam hal ini pihak sekolah harus memilki program yang jelas, yang bisa ditawarkan kepada masyarakat. Selam ini kita maklum bahwa sekolah terlalu beorientasi pada kegiatan-kegiatan kurikuler atau akademis.<br />Demikian halnya masyarakat perhatiannya hanya fokus pada kondisi sekolah, sehingga perhatiannya hanya berfokus pada bagimana agar anak mendapat nili ujian tinggi <br />2. Usaha-Usaha Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Kerjasama dengan orang tua siswa<br />Partisipasi orang tua merupaka keterlibatan orang tua secara nyata dalam kegiatan. Partisipasi itu bisa berupa gagasan, kritik yang membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam konteks kurikulum KTSP, partisipasi orang tua sangat diperlukan karena sekolah merupakan partner orang tua dalam mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi peserta didik.<br />Karakteristik orang tua, misalnya pengusaha, petani, nelayan, pedagang, pegawai, miskin, akanmewarnai kondisi dan kualitas sekolah. Perbedaan karakteristik orang tua tersebut membuat harapannya terhadap sekolah terutama lulusannya berbeda pula, oleh karena itulah sekolah, harus menjalin hubungan, kerjasama dengan orang tua peserta didik. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu penting mengkaji dan memahami cara-cara yang dapat ditempuh untuk menggalang partisipasi orang tua terhadap kegiatan pendidikan disekolah.<br />Peran yang paling penting dan efektif dari orang tua adalah menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga peserta didik dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan.<br />Beberapa hal yang dapat disarankan kepala sekolah terhadap orang tua untuk membentuk lingkunagan belajar yang kondusif di rumah.<br />a. Menciptakan budaya belajar di rumah. Pada jam-jam belajar orang tua juga sebaiknya ikut belajar, misalnya membaca tafsir atau ayat-ayat al-Qur’an, membaca majalah, menulis puisi, dan menulis program kerja, sehingga tercipta budaya belajar.<br />b. Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan pembelajaran di sekolah. Jika banyak kegiatan yang harus dilakukan anak, maka utamakan yang terkait dengan pembelajaran.<br />c. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakulikuler<br />d. Memberi kesempatan kepada anak untk mengembangkan gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan belajar.<br />e. Menciptakan situasi yang demokratis di rumah, agar terjadi tukar pendapat dan pikiran sebagi sarana belajar dan membelajarkan<br />f. Memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh sekolah, dalam mengembangkan potensi anaknya.<br />g. Menyediakan sarana-prasarana belajar yang memadai sesuai dengan kemampuan orantua dan kebutuhan sekolah.<br />kunci sukses membangun kerjasama dengan orang tua ada beberapa hal yaitu;<br />a. Melibatkan orang tua secara proporsional dan profesional dalam mengembangkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah. Misalnya dalam mengembangkan program unggulan sekolah, dan life skill.<br />b. Menjalin komunikasi secara intensif , secara proaktif sekolah menghubungi orang tua peserta didik dengan cara:<br />1) Mengucapkan selamat datang dan bergabung dengan sekolah dan dewan pendidikan serta komite seklah. Bagi orang tua peserta didik baru. Setelah itu perlu dilakukan perkenalan dan orientasi singkata agar mereka mengetahui sekolah dengan berbaghai macam program dan aktivitasnya. <br />2) Mengadakan rapat secara rutin dengan orang tua, sehingga rapat dapat efektif dan orang tua dapat saling kenal.<br />3) Mengirimkan berita tentang sekolah secara periodik, sehingga orang tua mengetahui program-program dan perkembangan sekolah.<br />4) Membagi daftar tenaga kependidikan secara lengkap termasuk alamat nomor telepon dan tugas pokok sehingga orang tua dapat berhubungan secara tepat.<br />5) Mengundang orang tua dalam rangka mengemabangkan kreatifitas dan prestsi peserta didik.<br />6) Mengadakankunjungan ke rumah orang tua untuk memecahkan masalah dan mengembangkan pribadi peserta didik.<br />7) Mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dan orang tua dalam pembinaan peserta didik. (1). Melibatkan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan seperti bakti sosial, perpisahan, peringatan hari besar nasional, keagamaan dan pentas seni. Pelibatan orang tua disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan sekolah. (2). Melibatkan orang tua dalam mengambilan berbagai keputusan, agar mereka merasa bertanggungjawab untuk melaksanakannya. (3). Mendorong guru untuk mendayagunakan orang tua sebagai sumber belajar dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik.<br /> Untuk merealisasikan program di atas dan mendorong partisipasi orang tua dalam kegiatan sekolah, kepala sekolah harus melakuakn hal-hal sebagai berikut.<br />a. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah dan partisifasi orang tua dalam program dan kegiatan sekolah. Upayakan untuk melibatkan guru, tenaga kependidikan dan wakil dewan pendidika serta komite dalam identifikasi tersebut.<br />b. Menyususn tugas-tugas yang dapat dilakukan bersama dengan orang tua secara fleksibel<br />c. Membantu guru dalam mengembangkan program pelibatan orang tua dalam berbagai aktivitas sekoalah, dan pembelajaran.<br />d. Menginformasikan secara luas program sekolah dan membuka peluang bagi orang tua untuk melibatkan diri dalam program tersebut.<br />e. Mengundang orang tua untuk menjadi relawan dalam berbagai macam aktivitas sekolah.<br />f. Memberi penghargaan secara proforsional dan profesional terhadap keterlibatan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah.<br />3. Usaha-usaha Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Kerjasama dengan Masyarakat<br />Seorang kepala sekolah merupakan mata rantai penting diantara hubungan sekolah setempat dengan masyarakat yang lebih luas. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah harus dapat menjalin kerjasama sinergis dengan masyarakat. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan dan meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. <br />Hal ini harus dilakukan karena peran serta masyarakat dalam pendidikan tidak akan muncul begitu saja tanpa ada upaya-upaya untuk menggalangnya. Upaya untuk menggalang dan mendorong peran serta masyarakat perlu dilakukan agar masyarakat tergerak dalam meningkatkan mutu pendidikan.<br />Sejalan dengan upaya reformasi pendidikan Nasional, hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat juga perlu direformasi sehingga tanggungjawab pendidikan tidak hanya dibebankan pada sekolah. Caranya dengan membentuk dewan pendidikan, komite sekolah, persatuan guru dan orang tua atau apapun namanya untuk memberdayakan masyarakat dalam pendidikan.<br />Hal-hal penting yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan, yaitu;<br />a. Melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan, peringatan hari-hari besar nasional keagamaan dan pentas seni.<br />b. Mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Tokoh- tokoh tersebut mungkin berasal dari orang tua peserta didik, figur masyarakat, pengusaha dan lain sebagainya. Dukungan perbaikan dari masyarakat dapat diperoleh apabila saluran komunikasi dua arah dapat ditegakkan dan dipelihara. Kerjasama perlu dibangun dan konflik bisa diatasi. Hanya dengan dilaksankannya komunikasi dua arah, kerjasama dan diatasinya segala macam konflik, memungkinkan terwujudnya usaha kerjasama untuk melaksanakan suatu perubahan pendidikan di sekolah yang penting.<br />c. Penggunaan sumber daya eksternal.<br />Seorang kepala sekolah bertanggungjawab membangun hubungan kerjasama yang tepat antara sebuah sekolah dengan apaarat-aparat pembaharu pendidikan seperti perguruan tinggi, pusat-pusat riset pembngunan, dan organisi-organisasi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan produksi ilmu pengetahuan. <br />Dalam menggunakan sumber-sumber tersebut kepala sekolah bertanggungjawab memberikan penjelasan betapa pentingnya peran sumber daya manusia. Orientasi pelatihan dan konsultasi, interaksi face to face, seringnya hubungan kerjasama dalam rangka melaksanakan perbaikan program.<br />d. Kepala sekolah memberikan kepercayaan kepada masyarakat umum untuk turut mengelola keuangan sekolah terutama yang bersumber dari masyarakat, karena dengan kepercayaan tersebut akan menjadikan masyarakat bergairah dalam memikirkan kemajuan sekolahnya.<br /><br /><br /><br />BAB III<br />METODE PENELITIAN<br /><br />1. Jenis Penelitian <br /> Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan usaha kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui optimalisai fungsi hubungan kerjasama sekolah dengan keluarga dan masyarakat kemudian kendala-kendala apa yang dihadapi, serta pemecahan permasalahan yang dilakukan.<br /> Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama metode penelitian kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak kedua metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi<br /><br />2. Subyek dan Objek Penelitian <br /> Subjek adalah keseluruhan yang ada dalam variabel penelitian. Dalam penelitian ini yang merupakan subjek primer adalah kepala sekolah dan kepala bagian kehumasan, karena kita ketahui bersama bahwa kedudukan kepala sekolah dalam sebuah lembaga pendidikan salah satunya adalah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam mengembangkan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. sedangkan kepala bagian humas adalah pihak sekolah yang memediasi dan berhubungan langsung dengan masyarakat, Sedangkan subjek sekunder dari penelitian ini adalah guru-guru dan juga tenaga kependidikan di SD Integral Luqman Al Hakim. <br /> Adapun objek dari penelitian ini adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya hubungan kerjasama antara pihak sekolah dengan keluarga dan masyarakat.<br /><br />3. Jenis dan Sumber Data <br /> Terkait dengan jenis data yang digunakan, serta dari mana saja sumber data dapat diperoleh, dapat dilihat dari penjelasan berikut ini :<br />a. Jenis Data<br />Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dimana data kualitatif merupakan data yang disajikan dalam kata-kata bukan dalam bentuk angka-angka. Adapun jika dalam penelitian ini terdapat sajian data dalam bentuk angka-angka, maka data tersebut hanya merupakan data tambahan yang sifatnya sekunder bukan prioritas. <br />b. Sumber Data <br />Adapun sumber data dari penelitian ini dibagi dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut : <br />1) Sumber data primer<br /> Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai, yang dicatat melalui perekaman “audio tapes”, pengambilan foto dan lain-lain. Sumber data primer ini terdiri dari data tertulis dan lisan. Data lisan ini diperoleh dari key informan, yakni kepala sekolah, melalui wawancara yang terkait dengan upaya kepala sekolah dalam mengoptimalkan fungsi kerjasama antara sekolah dengan pihak keluarga dan masyarakat.<br /><br />2) Sumber Data Sekunder <br /> Adapun di luar dari data utama adalah data sekunder yang berfungsi untuk melengkapi data utama. Seperti dokumen-dokumen tertulis dari subjek yang diteliti yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait dengan obyek penelitian. Berupa data-data tentang sekolah SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya. Dan data-data lain yang di dapatkan di lapangan yang dapat memberikan informasi dari objek penelitian.<br /> Dalam penentuan responden atau yang akan menjadi sampel, peneliti menggunakan tehnik purposive sampling. Pemilihan tehnik ini lebih pada pertimbangan bahwa pengambilan sampel sumber data karena tujuan tertentu. Misalnya orang yang menjadi responden itu dianggap lebih tahu key informan karena punya posisi tinggi atau pelaku utama tentang masalah yang diteliti dan diyakini dapat memberikan informasi atau data yang lengkap sesuai harapan peneliti. <br />4. Teknik Pengumpulan Data <br /> Untuk mengumpulkan data yang ada di lapangan, peneliti menggunakan tiga metode pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif, yakni : <br />a. Observasi <br /> Observasi atau pengamatan, pengertiannya tidak sesempit defenisi orang pada umumnya, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Lebih jauh, di dalam pengertian psikologik, observasi atau pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.<br /> Pada metode ini, peneliti menggunakan metode observasi sistematis dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Adapun yang akan diamati oleh peneliti adalah bagaimana strategi kepala sekolah dalam memaksimalisasikan potensi lingkungan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD Integral Luqman Al-Hakim.<br /> Alasan pemilihan teknik observasi berdasarkan pada pendapat Guba dan Lincoln yang di tulis oleh Lexy J. Moleong bahwa :<br />“Teknik pengamatan mampu memahami situasi-situasi yang rumit, tekhnik pengamatan juga memungkinkan melihat dan memahami sendiri prilaku dan kejadian yang sebenarnya terjadi di lapangan”<br />b. Interview<br /> Esterberg (2002) mendefenisikan interview dengan “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. <br /> Dalam penelitian ini, metode interview yang digunakan peneliti adalah metode interview terstruktur yang terdiri dari serentetan pertanyaan terkait dengan informasi yang ingin didapatkan oleh peneliti, yakni usaha kepala sekolah SD Integral Luqman Al-Hakim terkait dengan opimalisasi fungsi hubungan kerja sama sekolah dengan keluarga dan masyarakat sebagai sarana peningkatan mutu pendidikan disekolah yang dipimpinnya. Selain itu melalui interviw ini peneliti akan mencari data terkait dengan seluk beluk sekolah tersebut.<br /> Ada beberapa pertimbangan peneliti memilih metode ini, salah satunya adalah untuk memeperoleh informasi (data) secara mendalam dan langsung pada subjek atau pelaku dalam penelitian ini. Pertimbangan ini berdasar pada pendapat Susan Stainback (1998) yang mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpet a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. <br />c. Dokumentasi <br /> Dalam mendefinisikan istilah dokumentasi, Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik” menuliskan, “dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seprti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya”. <br /> Untuk memudahkan peneliti nantinya dalam mendeskripsikan data yang ada, sekaligus menambah keabsahan data penelitian ini, maka sangat perlu bagi peneliti untuk memakai metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan objek penelitian baik itu berupa tulisan, diari, jurnal maupun dokumentasi berupa photo dan lain-lain.<br />5. Instrumen Penelitian <br /> Dalam sebuah penelitian ilmiah, terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dengan begitu sangat diperlukan kejelian dan ketepatan dalam memilih instrumen apa yang tepat digunakan dalam proses pengumpulan data nantinya lapangan, sehingga data yang diperoleh nantinya betul-betul valid dan reliabel. <br /> Pada penelitian ini instrumen yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan dan menggali data di lapangan adalah sebagai berikut :<br />a. Peneliti (human instrument)<br /> Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Prof. Dr Sugiyono mengemukakan bahwa “the researcher is the key instrumen”. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. <br />b. Pedoman wawancara, <br /> yaitu sederet pertanyaan yang terkait dengan data yang diinginkan peneliti, yang digunakan pada proses wawancara berlangsung.<br />c. Pedoman pengamatan, <br /> berupa daftar jenis kegiatan yang akan diamati peneliti selama berada di lapangan.<br /><br />6. Teknik Analisis Data <br /> Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Analisis data juga berarti proses yang berkelanjutan selama penelitian berlangsung.<br /> Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan induksi konseptualisasi. Pendekatan ini lazim digunakan dalam penelitian kualitatif.di mana dengan pendekatan ini penelitian ini bertolak dari fakta atau informasi empiris (data) untuk membangun konsep.<br /> Selanjutnya Muhajir (1996), mengemukakan bahwa analisis data merupakan proses pencarian dan pengaturan secara sistematis hasil observasi, transkrip wawancara, catatan lapangan dan tambahan yang lain yang telah dihimpun untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti, yang dilakukan untuk pencarian makna untuk dilaporkan.<br /> Berdasarkan hal tersebut, maka analisis data penelitian ini adalah proses mencari dan mengatur hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan lainnya mengenai peningkatan mutu pendidikan pada satuan pendidikan SD Integral Luqman Al Hakim.<br /> Dalam penelitian ini, datanya berwujud kata-kata, kalimat yang dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif mengenai situasi, kegiatan, pernyataan dan perilaku yang telah dikumpulkan dalam catatan lapangan, serta transkrip wawancara. Sedang teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif.<br /> Sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Haberman bahwa analisis data deskriptif dilakukan denan tiga cara, yaitu:<br />a. Reduksi Data<br /> Reduksi data adalah sebuah proses penyederhanaan data, memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data diartikan sebagai proses pemikiran pemusatan perhatian pada penyederhanan, pengabstekkan dan transformasi dari data kasar yang muncul dari berbagai catatan tertulis dilapangan dan transkrip data, kemudian dianalisis menjadi beberapa kata kunci.<br /> Reduksi data bukanlah suatu kegiatan yang terpisah dan berdiri sendiri dari proses analisis data, tetapi merupakan bagiannya. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama pengumpulan data. Ada beberapa tahapan dalam reduksi data, yaitu;(1). Membuat ringkasan’ (2). Mengkode; (3). Menelurusuri ; dan (4). Menulis.<br /> Dalam penelitian tetang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya dengan cara meningkatkan hubungan kerja sama antara sekolah, keluarga dan masyarakat, maka pemilihan data dilakukan dengan memilah-milah data yang diperlukan atau sesuai dengan fokus penelitian, dan data yang tidak sesuai dengan focus dibuang. Data yang sesuai dibuat abstraksinya kemudian dibuat pernyataan kecenderungan yang terjadi.<br />b. Display Data<br /> Display data atau penyajian data adalah merupakan suatu proses pengorganisasian data, sehingga mudah untuk dianalisis dan disimpulkan. Dalam pengorganisasian data ini, selanjutnya data diklasifikasi dan dipenggal sesuai dengan fokus penelitian, dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data yang begitu banyak.<br />c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data <br /> penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah ketiga dalam proses analisis data. Setelah data dianalisis terus-menerus pada waktu pengumpula data dilapangan, dalam proses maupun setelah dilapangan, maka dilakukan proses penarikan kesimpulan dan verifkasi dari hasil yang sesuai dengan data yang telah peneliti kumpulkan dari temuan lapangan<br /> kesimpulan yang pada awalnya sangat tentatif, kabur dan diragukan, maka dengan bertambahnya data, kesimpulan data itu akan menjadi lebih grounded. Proses ini dilakukan mulai dari penarikan kesimpulan dengan terus-menerus dilakukan verifkasi untuk mengecek kembali dilapangan, kemungkinan ada bagian-bagian yang ditambah atau dihilangkan. Sehingga kesimpulan akhir didapat, setelah dinilai dan dicek kembali tidak mengalami perubahan. <br /><br /><br />7. Pemeriksaan Keabsahan Data<br /> Untuk menjamin kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian, maka dilakukan pemeriksaan atau uji keabsahan data melalui beberapa dimensi, yaitu: <br />a. Kredibilitas <br /> Kredibilitas dimaksudkan untuk membuktikan apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan yang ada dalam dunia kenyataan serta dengan apa yang terjadi di lapangan. Kriteria kredibilitas digunakan untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan tersebut mengandung kebenaran. <br /> Dalam mencapai nilai kredibilitas, Lincoln dan Guba (1985) mengmukakan ada 6 teknik yang dilakukan, yaitu: (1) Pengamatan terus-menerus (Persistent Observation); (2) Triangulasi (Trianglation); (3) Pengecekan anggota (member check); (4) Perpenjangan kehadiran Peneliti ( Arriving); (5) Diskusi teman sejawat (Reviewing); dan (6) Pengecekan kecukupan referensi (Referential Adequecy Checks)<br />1) Pengamatan terus menerus (Persistent observation)<br /> Pengamatan terus menerus dilakukan oleh peneliti untuk memahami gejala secara lebih mendalam. Teknik ini untuk mengetahui aspek-aspek yang penting dan yang tidak penting, agar dapat dilakukan pemusatan perhatian pada aspek-aspek yang berhubungan dengan fokus penelitian.<br /> Dalam pengamatan terus-menerus memerlukan ketekunan pengamatan, ketekunan pengamatan dimaksud untuk menemukan cir-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sanagt relevan dengan persoalan atau isu yang rinci. Dengan ketekunan pengamatan, maka akan menyediakan data yang lebih mendalam.<br /> Untuk keperluan tersebut, maka peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk mengdakan pengamatan terus menerus terhadap jalannya kegiatan sekolah yang melibatkan kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat di SD Integral Luqman Al Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya.<br /><br />2) Triangulasi (Trianglation)<br /> Triangulasi dilakukan untuk pengecekan silang (Cross check) atau pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber sebagai bahan pembanding. Dengan kata lain, bahwa triangulasi dalah merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.<br /> Triangulasi berguna untuk meyakinkan analisis isi data dan untuk mengetahui bahwa informasi itu valid atau tidak . sedangkan teknik triangulasi sumber data pada penelitian ini dilakuakn dengan cara: <br />a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.<br />b. Membandingkan apa yang dikatakan orang mengenai situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu<br />c. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.<br />d. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa ynag dikatakan secara pribadi.<br />e. Membandingkan hasil wawancara dan pengamatan dengan isi suatu dokumentasi yang berkaitan<br />3) Pengecekan anggota (Member Check).<br /> Pengecekan anggota dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menunjukan data atau informasi yang telah ditulis dengan baik dalam format catatan-catatan di lapangan atau transkrip wawancara pada informan untuk diberi komentar.<br /> Kemudian komentar-komentar, reaksi dan pengurangan atau penembahan digunakan untuk merevisi catatan di lapangan tersebut. Kegiatan ini hanya dikenakan pada informan kunci saja dengan tujuan validitas datanya.<br />4) Perpanjangan kehadiran peneliti (Arriving)<br /> perpanjangan kehadiran peneliti atau perpanjangan keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data oleh sebab itu ia tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangna keikutsertaan peneliti pada latar penelitian<br /> Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Sebab dia dapat menguji ketidak benaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi baik yang berasal dari peneliti sendiri maupun dari subjek penelitian dan membangun kepercayaan subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri sendiri.<br />Karena itulah, maka dalam penelitian ini peneliti merencanakan melakukan penelitian langsung cukup lama terhitung mulai studi pendahuluan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan.<br />5) Diskusi teman sejawat (Reviewing)<br /> Diskusi teman sejawat dilakukan dengan cara mendiskusikan data yang telah terkumpul dengan pihak-pihak yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang relevan <br />6) Pengecekan kecukupan referensi (Referential Adequency checks)<br /> Penegcekan kecukupan referensi ini dilakukan oleh orang yang paling berhak, dalam hal ini adalah dosen pembimbing peneliti.<br />b. Dependabilitas<br /> Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian, sehingga akan terhindar dari terjadinya kemungkinan kesalahan dalam proses pengumpulan dan penginterpretasian data. Peran pembimbing dalam hal ini sangat membantu peneliti dalam hal pertanggungjawaban karya ilmiah ini. <br />c. Komfirmabilitas<br /> Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi peneliti yang didukung oleh materi yang ada dalam audit trail.<br /> Pengauditan komfirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan bersama-sama dengan pengauditan dependabilitas. Perbedaannya adalah pengauditan komfimabilitas digunakan untuk menilai hasil Penelitian. Sedangkan pengauditan dependabilitas digunakan untuk menilai proses yang dilalui oleh peneliti di lapangan. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB VI<br />SAJIAN DAN ANALISIS DATA<br /><br />A. Gambaran Umum SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya<br />1. Sejarah Berdirinya SD Integral Luqman Al-Hakim<br />SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya berdiri atas prakarsa Yayasan pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Sebagaimana diketahui bahwa Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya ini secara resmi terdaftar pada notaris pada 28 Nopember 1986, dan mulai beroperasi satu setengah tahun sesudahnya, 23 juli 1988 dan secara resmi katifitas kepesantrenan dimulai bulan Juli 1988. Kiprah awal pesantren ini adalah begerrak dalam bidang sosial keagamaan yang menampung anak-anak yatim, tidak mampu dan terlantar. Mereka dididik dan diasuh dengan niali-nilai Islami melalui pendidikan informal (diniyah) saja.<br />SD Integral Luqman Al Hakim merupakan pendidikan sekolah dasar yang berada di bawah naungn Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya (PPH Surabaya). Sehingga cikal bakal berdirinyapun tidak lepas dari sejarah panjang berdirinya Yayasan pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya ini.<br />Memasuki tahun 1988, tepatnya pada tanggal 23 juli 1988, Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya mulai mengawali aktivitas kepesantrenannya meski fasilitas yang dimiliki masih sangat sederhana. Awal berdirinya, Yayasan PPH Surabaya ini masih berkiprah di bidang sosial keagamaan, yang menampung anak-anak yatim, tidak mampu dan terlantar. Mereka dididik dan diasuh di Yayasan ini melalui pendidikan diniyah yang sifatnya masih non-formal.<br />Melihat perkembangan zaman yang begitu cepat, ditambah SDM yang dimilki semakin membaik, barulah kemudian pada tahun 1992, pihak yayasan PPH Surabaya mulai merintis pendidikan formal, SMP-SMA yang segmentasinya untuk kalangan santri pondok saja. Memasuki tahun 1996, Yayasan PPH mengembangkan sayapnya, segmentasinya tidak hanya untuk kalangan santri saja, tetapi sudah terbuka untuk kalangn umum dengan menerapkan sistem Boarding School, tidak hanya itu, di tahun 1986 ini pula, pihak yayasan pun membuka pendidikan formal tingkat TK, Play Group, dengan SD dengan menggunakan sistem Full Day School yaitu proses kegiatan belajar mengajar dari jam 07.30 sampai jam 15.30. inilah awal atau cikal bakal berdirinyan pendidikan formal di Pndok pesantren Hidayatulllah Surabaya.<br />SD Integral Luqman Al Hakim Merupakan pendidikan sekolah dasar yang menggagas pendidikan integral berbasis tauhid. Gagasan ini merupakan inspirasi dari tokoh legendaris Luqman Al Hakim. Oleh sebab itu pula lembaga pendidikan di Pondok Pesantren ini dinamai dengan Luqman Al Hakim. Dia adalah sosok ayah sekaligus pendidik, yang atas dasar wisdom, kearifan dan kebijaksanaannya mengantarkan putra-putrinya menjadi sosk muslim yang memilki ketauhidan kuat terhadap Allah SWT. Sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an:<br />øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ <br />13. “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S Luqman: 13).<br />Ayat diatas menjelaskan bahwa tugas kedua orang tua kepada putra-putrinya yang paling utama adalah mengantarkan mereka menjadi sosok muslim yang memiliki ketauhidan yang kuat kepada Allah SWT.<br />2. Landasan Pendidikan SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya<br />Pendidikan berbasis tauhid merupakan suatu metode pendidikan yang berlandaskan pada rukun iman, rukun Islam dan Ihsan, sehingga diharapkan bisa menumbuh kembangkan secara optimal karakter keislaman, karakter pembelajar dan keterampilan hidup (life skill) secara integratif.selain itu, daat merubah cara pandang terhadap kehidupan, tauhid sebagai landasan nilai aktifitas kehidupan dan tauhid sebagai acuan dan tujuan hidup.begitu pentingnya proses penanaman tauhid inilah yang mendorong Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya untuk mendirikan lembaga pendidikan yang bertauhid yang disebut juga dengan sekolah Integral.<br />Adapun Integral disini, dimaknai dengan menyeluruh, jadi, sekolah integral berarti sekolah yang pengelolaannya melibatkan komponen pendidikan secara menyeluruh. Komponen pendidikan tersebut meliputi institusi pendidikan, materi pembelajaran berupa transfer ilmu dan uswah. Pendekatan dan metodologi pengajaran, murid serta lingkungan sekolah.<br />Institusi pendidikan meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Materi pembelajaran berupa ilmu yang dipandang secara konprehensif, merupakan kesatuan yang utuh yang tidaka ada pemisahan dan dikotomi ilmu agama (ulumuddin) dengan ilmu umum (Science), dunia dan akhirat. Pendekatan dan metodologi pengembanagn ilmu tersebut yang dilandasi oleh uswah (tauladan yang baik) sehingga bukan hanya sekedar transfer ilmu dan kerangka berfikir tetapi juga transfer nilai.<br />Pada konsep integral pula murid sebagai pembelajar dipandang secara utuh dan menyeluruh dari seluruh instrumensi yang dimilki manusia, sehingga aspek intelektual, spirirtual dan keterampilan dikembangkan secara terpadu, pola pendidikan inilah yang diharapkan mampumengembangkan kemampuan dari seluruh petensi manusia secara maksimal.<br />3. Visi dan Misi SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya<br />1. Visi<br />Visi dari SD Integral Luqman Al-Hakim surabaya adalah; “Being Exellent With Integral Character (Lebih Sempurna dengan Karakter Integral)”. Adapun indikator dari Visi tersebut adalah:<br />a. Ekselen dalam karakter spiritual keagamaan, melalui 4 B yaitu; bertauhid kuat, berakhlaq Qur’ani, beribadah tekun dan berdakwah aktif.<br />b. Ekselen dalam bidang akademik<br />c. Ekselen dalam menguasai Al-Qur’an<br />d. Ekselen dalam bidang bahasa Arab dan bahasa Inggris<br />e. Ekselen dalam life skill<br />f. Ekaelen dalam pelayanan<br />Dari beberapa indikator di atas yang dapat mengantarkan anak untuk menjadi anak yang dapat berbakti dan berguna bagi nusa dan bangsa. Sehingga mereka menjadi orang yang tahan banting menghadapi segala permasalahan dan mereka tidak akan tergerus oleh arus globalisasi.<br />2. Misi<br />Adapun misi dari SD Intergral Luqman Al-Hakim Surabaya adalah sebagai berikut:<br />a. Menyelenggarakan lembaga pendidikan dasar integral yang profesional sehingga melahirkan generasi yang bertakwa, cerdas, mandiri, dan berwawasan global.<br />b. Berdakwah melalui pendidikan<br />c. Mengutamakan keteladanan dan kasih sayang<br />d. Membentuk lingkungan pendidikan yang islamiah, ilmiah dan alamiah<br />e. Menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan sekolah yang ekselen<br />f. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan<br />4. Tujuan Bidang Studi dan Output Lulusan SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya.<br />Secara paradigmatik, pendidikan harus ditataberdasarkan asas tauhid yakni suatu asa yang menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sumber ilmu. Allah SWT dialah segala sumber Dialah yang memberi ilmu, menetapkan metode berilmu serta memfokuskan arah tujuan pemanfaatan ilmu tersebut. Pandangan terhadap kehidupan dunia (world View), pemahaman, penghayatan, serta implementasi ilmu dalam pola sikap, ucap dan tindakan, harus selalu mentauhidkan dan mengagungkan Allah. Tujuan secara umum dari pembelajaran di SD Integral Luqman Al Hakim adalah rasa takut (ketakwaan) siswa maupun guru kepada Allah SWT. Salah satu cara untuk mencapai rasa takut itu adalah setiap bidang studi (ilmu) umum maupun bidang studi yang lain yang diajarkan kepada siswa diarahkan untuk mengagungkan dan meng-Esakan Allah SWT. Asas tauhid ini merupakan landasan, jiwa dan orientasi pendidikan. Karena subjek sekaligus objeknya pendidikan adalah manusia, maka memaknai hakekat manusia juga harus berdasarkan tauhid, berdasarkan ilmu dan ketetpan Allah SWT sebagai pencipta manusia, bukan atas persepsi manusia. Manusia memilki status dan fungsi hidup sebagai abdullah dan khalifatullah sebagai abdullah, manusia dituntut mengarahkan totalitas kehidupannya semata-mata untuk bribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Sebagai khalifatullah manusia dituntut untuk memakmurkan, menegakkan keadilan dan menebarkan rahmat untuk semesta alam. Dalam rangka mengemban amanat tersebut, diperlukan kemampuan berupa tumbuh dan berkembangnnya aspek-aspek dan instrumen manusia secara integral dan seimbang, yaitu aspek ruhiyyah, aqliyah dan jasmaniyah. Dengan demikian kemampuan yang dimilki manusia dengan tumbuh dan berkembannya instrumen keilmuan adalah dalam rangka memerankan secara fungsional dan intregatif sebagai Abdullah dan Khalifatullah.<br />Aspek ruhiyyah, aqliyyah, dan jasmaniyyah merupakan satu kesatuan yang utuh dan seimbang. Aspek ruhiyyah adalah aspek-aspek yang berhubungan dengan Dirosah Islamiyah (Studi Islam), penanaman aqidatut tahid, akhlaqulkarimah, kekuatan ibadahdan kepribadian Islam. Aspek Aqliyah adalah aspek yang berhubungan dengan daya pikir atau intelektual, sehingga merupakan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan rsionalitas-objektif (Ilmiyah), seperti ilmu-ilmu yang berkembang saat ini (ilmul yaqien), yang merupakan dasar pengetahuan empiris, yang merupakan pembuktian ilmu-ilmu naqliyah dalam kehidupan (haqqul yaqien). Aspek jismiyyah adalah aspek-aspek yang berhubungan dengan keteampilan fisik, ilmu-ilmu terapan, atau skill dalam bidang tertentu. Profil output yang diharapkan adalah menjadi insan kamil, kamil dalam arti menguasai ilmu agama, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun keterampilan jismiyyah. Jika dibentuk bagan maka seperti gambar berikut ini<br />Aqliyah<br />Intelektual<br /><br /><br />INSAN KAMIL<br /><br /><br />Ruhiyah<br />Spiritual<br />Jismiyyah<br />Keterampilan<br /><br /><br /><br />Gambar di atas menunjukan untuk mencapai standar insan kamil maka perlu adanya integrasi antara aspek intelektual, spiritual, dan keterampilan.<br />5. Aktivitas Belajar di SD Integral Luqman Al Hakim<br />a. Sistem, Prinsip, dan Strategi Pembelajaran.<br />Sistem Pembelajaran yang diterapkan di SD Integral Luqman Al Hakim adalah (1) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan) dan Kepesantrenan (Diniyah), (2) Pembelajaran terintegrasi (integrated learning), (3) model pembelajaran active learning (4) satu kelas dikelola oleh dua guru kelas, (5) hari sabtu digunakan untuk eksatra kurikuler.<br />Adapun dalam prose pembelajaran. SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya menerapkan lima prinsip strategi yaitu:<br />a. Learning is Easy and fun (belajar adalah mudah dan menyenangkan).<br />b. All can and will learn (semua anak bisa dan akan belajar)<br />c. Continuous progress (tidak ada anak yang berhenti belajar)<br />d. Menekankan “Learn how to learn (belajar bagaimana belajar)<br />e. Active Learning (Belajar aktif atau belajar yang berpusat pada siswa)<br />Dari kelima prinsip proses pembelajaran di atas maka tidak ada anak yang malas-malas dalam belajar dan anak akan selalu aktif untuk memecahkan sebuah permasalahan yang ada disekitarnya.<br /><br />b. Target Pembelajaran<br />Target pembelajaran SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya meliputi aspek-aspek pendidikan dan fungsi sekolah dasar, yang sepenuhnya mengacu kepada tujuan pendidikan itu sendiri. Yaitu (1) terbentuknya Insan Kamil yang memadukan pengembangan potensi ruhiyyah, aqliyyqh, jismiyyah, (2) Menguasai ulumuddin (3) memilki spirit saintis, menguasai ilmu dan keterampilan memadai. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:<br /> <br />Aspek Pengembangan Fungsi SD Penampakan <br />Kepribadian Insan Kamil Memberi dasar-dasar terbentuknya kepribadian Islam pada diri anak · Mengerrti dan meyakini aqidah Islam<br />· Mengerti hukum Islam yang berkaitan dengan Ibadah fardiyyah, halal haramnya makanan dan minuman, pakaian, akhlaq<br />· Rajin melakukan ibadah fardiyyah<br />· Selalu mengkonsumsi makanan yang halal<br />· Selalu menutup aurat<br />· Berakhlakul Karimah<br />· Rajin Belajar<br />· Bertanggungjawab<br />· Mandiri, aktif dan kreatif.<br />· Berfikir Rasional <br /> Memberi dasar-dasar penguasaan Ulumuddin · Mengetahui hukum-hukum Islam khusunya yang berkaitan dengan Ibadah fardiyyah<br />· Mengetahui sirah Rasulullah dan para sahabat<br />· Memiliki hafalan minimal Juz 30<br />· Mampu bermuhadatsah bahasa arab secara sederhana.<br />· Mampu menulis huruf arab <br />Saintis dan Iptek Memberi dasar-dasar penguasaan Iptek · Memilki pengetahuan dasr matematika, IPA, IPS, Bahasa (Indonesia dan Inggris)<br />· Memilki kemampuan dasar belajar <br />· Mampu berbahasa Inggris sederhana <br />Terampil dan Mandiri · Memilki pondasi integrasi diri<br />· Menguasai dasar keterampilan teknologi informasi (Komputer)<br />· Sehat dan bugar<br />· Kreatif <br /><br /><br />c. Orientasi Pembelajaran<br />Orientasi pembelajaran yang dilakukan di SD Integral Luqman Al Hakim dikelompokkan menjadi dua tahapan yaitu:<br />a. Fase Pembentukan basis kompetensi<br />Pembentukan basis kompetensi adalah, menghantar anak didik untuk menumbuh-kembangkan potensi yang dimilki dan dikembangkan sewaktu pra sekolah. Fase ini dilakukan selama duan tahun pertama (kelas satu dan dua). Meliputi:<br />1) Karakter keagamaan.<br />Menumbuhkan pemahaman nilai-nilai kebenaran (tauhid), pembiasaan beribadah (Pembiasaan sholat, doa’a dan dzikir serta membaca al-Qur’an dan hafalan ayat-ayat al-Qur’an) menumbuhkan Akhlakul Karimah.<br />2) Karakter Pembelajar.<br />Menumbuhkan karakter pembelajar dengan mengembangkan dua aspek; yaitu aspek kemapuan berfikir (saintis) dan aspek keterampilan dasar pembelajar<br />3) Karakter terampil dan mandiri<br />Menumbuhkan keterampilan fisik berupa kegiatan olah raga, keterampilan pribadi berupa keperluan yang menyagkut dirinya, mulaai dari kerapian, ketertiban dan kebersihan diri dan lingkungannya. Keterampilan teknologi seperti komputer. Mengembangkan tanggung jawab, kemandirian dan kerjasama serta tolong-menolong.<br />b. Fase Pengembangan basis kompetensi<br />Dengan tumbuh dan berkembangnya kemampuan dasar membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan beraktifitas dengan dorongan rasa ingin tahu yang tinggi, maka hal ini merupakan dar untuk pengembangan dengan orientasi bidang akademik, keterampilan dan aspek ruhiyyah. Ciri basis pengembangan basis kompetensi ditunjukkan oleh prentasi dan kemandirian dari ketiga aspek karakter.<br />6. Kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi yang telah diraih<br />Ada 10 pilihan ekstrakurikuler yang disediakna oleh SD Integral Luqman Al-Hakim, yakni sebagai berikut: (1) Pramuka (2) Karate (3) Ju Jit Su (4) Silat (Tapak Suci), (5) Futsal, (6) Seni Lukis (7) Jurnalistik (8) tari, (9) Nasyid, (10) robotika.<br />Adapun prestasi-prestasi yang telah diraih sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 adalah sebagai berikut:<br />1. Prestasi Akademik<br />a. Medali Perunggu IMSO tingkat Internasional tahun 2008<br />b. Finalis Olimpiade Matematika PASIA D II se-Jawa Timur tahun 2008<br />c. Finalis Olimpiade Matematika PASIA D III se-Jawa Timur tahun 2008<br />d. Juara lomba Speech English se-Surabay 2007.<br />2. Non Akademis <br />a. Juara III lomba Tapak Suci se-Surabaya tahun 2005-2006<br />b. Juara I lomba mewarna se-Surabaya tahun 2005-2006<br />c. Juara II lomba Ju Jit Su se-Surabaya tahun 2005-2006<br />d. Juara I lomba Futsal se-Surabaya tahun 2005-2006<br />e. Juara II lomba Tapak Suci se-Jawa Timur tahun 2005-2006<br />f. Juara 1 kelas C Silat se-Jawa Timur tahun 2007<br />g. Juara II kelas A Silat tapak suci se-Jawa Timur tahun 2007<br />h. Juara II Mewarna se-Surabaya tahun 2007<br />i. Juara II lomba Nasyid se- Surabaya tahun 2005-2006<br />j. Juara III mewarna se-Surabaya tahu 2007.<br />Salah satu bukti suatu pendidikan bermutu adalah sekolah tersebut mampu mengantarkan anak didiknya untuk berprestasi baiak prestasi akademik maupun prestasi non-akademik.<br />7. Letak geografis SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya<br />Secara geografis letak SD Integral Luqman Al Hakim surabaya yang terletak di jalan kejawan putih tambak VI Nomor I Mulyorejo Surabaya ini sangat strategis dan kondusif untuk lingkungan Pendidikan. Selain empatnya yang nyaman, indah dan elok sekolah memiliki area yang cukup luas kurang lebih 2,5 Ha yang tergabung dalam pondok pesantreh Hidayatullah ini jauh dari kebisingan kota. Dan sudah tertata secara apik dengan site plan pesantren yang sudah terencana.<br />Adapu secara geografis letak SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya adalah sebagai berikut:<br />1. Batas Timur : Perumahan Pakuwon City<br />2. Batas Barat : Kampus Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya<br />3. Batas Utara : Kelurahan Kalidamen<br />4. Batas Selatan : Kelurahan keputih (Surabya Timur).<br />SD Integral Luqman Al-Hakim Surabaya terletak di tengah-tengah perumahan elite Pakuwon city. Sehingga jalur transportasi semakin mudah dan tata alur lokasi yang semakin rapi dan bersih. Selain itu juga keuntungan lainnya adalah SD Integral Luqman Al-Hakim berada dalam lingkungan yang cukup agamis, sehingga menjadi point tersendiri. Bagi SD Integral Luqman Al Hakim untuk menanamkan sikap dan budaya islami. Sehingga dari letak yang baik tersebut dari tahun ketahun SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya semakin berkembang dengan pesat.<br />B. Sajian Data<br />Setelah peneliti melakukan penelitian, observasi dan wawancara, terkait masalah Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Optimalisasi Hubungan Kerjasama Sekolah dengan orang tua dan Masyarakat di SD Integral Luqman Al-Hakim, maka ditemukan sejumlah data sebagai berikut:<br />Hubungan kerjasama antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat dilakukan oleh SD Integral luqman Al-Hakim dan ini menjadi salah satu solusi bagi para pengelola sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini. Adapun yang menjadi penaggung jawab semua kegiatan kerjasama ini adalah bagian kehumasan SD Integral Luqman Al-Hakim dibantu dengan dewan guru dan wali-wali kelas yang ada.<br />Kerjasama yang dilakukan SD I Luqman Al Hakim dengan keluarga atau orang tua lebih fokus ke pelayan yang baik kepada putra-putrinya yang sekolah di SD Integral Luqman Al Hakim, mulai kerjasama menjadi narasumber, kerjasama membiayai kegiatan anak, kerjasama pembimbingan anak untuk tetap termotivasi untuk belajar sampai dengan kerjasama dalam family ghatering. <br />Bentuk kerjasama dengan orang tua diantaranya Dewan Sekolah, Komite Sekolah, kegiatan forum kelas, parenting kelas, rihlah siswa dan guru, sampai Refreshing jelang UASBN untuk siswa-siswi kelas enam, Tadarrus Keliling, Malam bina Iman dan Tauhid (Mabit).<br />Adapun Kerjasama yang dilakukan SD I Luqman Al-Hakim dengan masyarakat baik itu secara kelompok maupun individual. Kerjasama dengan kelompok masyarakat dilakukan baik pihak pemerintahan maupun swasta. Kerjasama dengan pihak pemerintahan SD I Luqman Al Hakim Pernah Bekerjasama dengan Institut Sepuluh November Surabaya (ITS), Badan Pengendali Limbah Surabaya, PDAM Surabaya, PEMKOT Surabaya, PT Kereta Api Indonesia, Kebun Binatang Surabaya serta PT Pelni. Kerjasama ini dirangkum dalam kegiatan Outdoor Activities. Kegiatan ini dalah kegiatan rutin SD I Luqman Al Hakim yang dilakukan bekerjasama dalam proses pembelajaran Siswa-siswinya. <br />Adapun kegiatan kerjasama dengan pihak swasta SD Integral Luqman Al peningkatan mutu pembelajaran siswa. Dalam hal ini SD Integral Luqman Al Hakim bekerjasama dengan Perusahaan Swasta Susu Bendera dengan mengadakan pertandingan Futsal, bekerjasama dengan penerbit buku Erlangga. Bekerjasama dengan Yayasan Al-Falah Jakarta dalam mendatangkan pakar Pendidikan untuk mengisi seminar workshop pendidikan yaitu Bapak Munib Chatib Penulis buku sekolahnya Manusia. <br />Sedangkan kerjasama dengan masyarakat sekitar dilakukan dalam kegiatan bakti sosial, Home Stay atau Out bound sebuah kegiatan mirip dengan KKN, penyaluran zakat fitrah dan pemberian parcel, penyuluhan kesehatan, Targhib Ramadhan Pembagian daging Qurban. kerjasama sama yang dilakukan selain untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam bidang pengetahuan maupun kesehatan jasmani juga peningkatan keimanan anak didik sehingga menjadi anak yang sholeh dan sholehah dan di sinilah letak keistimewaan pendidikan di SD Intergral Luqman Al-Hakim. <br />Kerjasama yang dilakukan SD I Luqman Al- Hakim baik dengan orang tua siswa maupun dengan Masyarakat dapat meningkatkan mutu pendidikan di SD Luqman AL Hakim. Peningktan mutu tersebut dapat dilihat dan dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu mutu terkait dengan bidang akademik dan non akademik, bidang akademik SD Integral meraih juara 3 International mathematic and science olimpiade (IMSO), Finalis Olimpiade Matematika PASIA D II se-Jawa Timur tahun 2008, Finalis Olimpiade Matematika PASIA D III se-Jawa Timur tahun 2008, Juara lomba Speech English se-Surabay 2007 juga pernah Meraih danem tertinggi Tingkat Sekolah Dasar se-Surabaya <br />Sedangkan kegiatan non akademik SD Integral Luqman Al-Hakim mulai Juara III lomba Tapak Suci se-Surabaya tahun 2005-2006, Juara I lomba mewarna se-Surabaya tahun 2005-2006, Juara II lomba Ju Jit Su se-Surabaya tahun 2005-2006, Juara I lomba Futsal se-Surabaya tahun 2005-2006, Juara II lomba Tapak Suci se-Jawa Timur tahun 2005-2006, Juara 1 kelas C Silat se-Jawa Timur tahun 2007, Juara II kelas A Silat tapak suci se-Jawa Timur tahun 2007, Juara II Mewarna se-Surabaya tahun 2007, Juara II lomba Nasyid se- Surabaya tahun 2005-2006, Juara III mewarna se-Surabaya tahu 2007, juara 1 nasyid se jawa Timur sampai dengan siswa teladan se Surabaya.<br />Lebih dari itu jajak pendapat membuktikan 85% siswa yg mendaftar di SD Integral Luqman hakim adalah rekomendasi dari oraang tua/kerabat terekat Hal ini semakin meyakinkan kan bukti kepuasan masyarakat terhadap mutu Sekolah Dasar Integral Luqman Al-Hakim Surabaya. <br />C. Analisis Data<br />Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga, karena pendidikan mampu meningkatkan kualitas sumber daya insani untuk membangun suatu bangsa. Sering kali kebesaran suatu bangsa diukur dari sejauhmana mayarakatnya mengenyam pendidikan. Semakin tingi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, maka semakin majulah bangsa tersebut. Kualitas pendidikan tidak hanya dilihat dari kemegahan fasilitas yang dimiliki, tetapi sejauhmana output suatu pendidikan mampu membangun sebagai manusia paripurna sebagaimana tahapan pendidikan tersebut.<br />Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Hal ini sebagaiman ditetapkan dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 10, 11, 12, dan 13: “ (10) Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non-formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. (12) Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. (13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. <br />Pada hakikatnya yang menyumbang terhadap pembangunan bangsa adalah pendidikan pada tiga jalur tersebut. Ketiga jalur tersebut merupakan trilogi pendidikan yang secara sinergis membangun bangsa dengan bangsa melalui pembangunan sumber daya insani dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi terampil dan dari terampil menjadi ahli.<br />Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa tentu bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yantg bermutu, baik dari sisi input, proses, output maupun outcome. Input pendidikan yang bermutu adalah guru-guru yang bermutu, peserta didik yang bermutu, kurikulum yang bermutu, fasilitas yang bermutu, dan berbagai aspek penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang disyaratkan. Dan outcome pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha atau dunia industri.<br />Mengapa pendidikan harus bermutu? Pendidikan saat ini, dalam hal ini persekolahan, dihadapkan pada berbagai tantangan baik nasional maupun internasional. Tantangan Nasional muncul dari dunia ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan. Pembangunan ekonomi saat ini belum beranjak dari krisis semenjak tahun 1997. bahkan perkembangan pada level bawah masih stagnan kalau tidak dikatakan mundur. Sosial kemasyarakatan bangsa ini seperti ada yang salah, dimana konflik antar daerah, pencurian, perkelahian, tawuran, free seks dikalangan remaja dan dewasa dan berbagai kondisi negatif kemasyarakatan lainnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan budaya global saat ini malah mengikis berbagai budaya asli bangsa, khususnya budaya daerah. Dari sisi keamanan, masyarakat merasa tidak aman untuk berjalan dimalam hari atau di tempat-tempat sepi, padahal ini adalah negara merdeka. Kondisi nasional tersebut menantang dunia pendidikan untuk dapat menghasilkan lulusan yang mampu memecahkan dan membawa bangsa indonesia pada bangsa yang maju dan beradab.<br />Tantangan dunia internasional menunjukan bahwa bangsa Indonesia saat ini menghadapi berbagai macam persaingan global, seiring dengan berlangsungnya globalisasi, khususnya dalam perdagangan (ekonomi). Globalisasi menghantarkan pada perubahan lingkungan strategis bangsa di mata bangsa-bangsa negara lainnya di dunia ini. Selain globalisasi, perkembangan teknologi dan informasi juga menjadi tantangan besar bagi bangsa indonesia. Perubahan lingkungan strategis pada tataran global tersebut tercermin pada pembentukan forum-forum seperti GATT, WTO, dan NAFTA, IMG-GT, IMS-GT, BIMP-EAGE, dan SOSEKMALINDO yang merupakan usaha-usaha untuk menyongsong perdagangan bebas dimana akan berlangsung tingkat persaingan yang amat ketat. Pertanyaannya adalah sanggupkah bangsa ini dengan bangsa lain? Apa yang menjadi keunggulan bangsa indonesia saat ini?<br />Pemecahan masalah nasional dan pemenangan persaingan global ini menuntut dimilikinya sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya yang disertai dengan kepemilikan akhlak mulia. Dimana penyelenggaraan kenegaraan dan kemasyarakatan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi salah satu indikator dari kepemilikan akhlak mulia ini. Pembangunan bangsa yang seimbang antara jasmani dan rohani akan memberikan kemajuan yang pesat sebagaimana disuratkan dalam pancasila yaitu ketuhanan yang Maha Esa. Jawaban untuk tantangan nasional dan Internasional adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu merupakan kunci untuk membangun manusia yang beradab. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB V<br />PENUTUP<br />A. Kesimpulan<br />1. Langkah-langkah yang dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan melalui kerjasama sekolah dengan orang tua meliputi planning, organising, controling dan evaluating sebagaimana tahapan dalam Manajemen. Tahap perencanaan mulai awal tahun dibentuk organisasi forum kelas mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6. Untuk setiap 3 tahun dibentuk pengurus komite SD. Pada tahap planning ini direncanakan kegiatan kerjasama apa saja yang bisa dilakukan dengan orang tua siswa. Kemudian Tahap berikutnya adalah organising, pada tahapan ini yang dilakukan adalah mengatur bagaimana planning yang disusun dengan menginventaris segala potensi yang mendukung planning dan dilakukan sesuai dengan schedule, saat itulah diantara sekolah dan orang tua saling mengingatkan untuk program yang sudah di rancang bersama. Diantara sekolah dan orang tua saling mengevaluasi terhadap program yang sudah disusun sesuai dengan waktu yang telah disepakati. <br />Langkah-langkah yang dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan melalui kerjasama sekolah dengan masyarakat tidak terlepas dengan pola yang dilakukan dengan orang tua/komite sekolah. Dalam bidang akademik Sekolah bekerjasama dengan lembaga-lembaga baik pemerintahan dan swasta, mulai LBB, Perguruan Tinggi Negri dan swasta, masyarakat sekitar sekolah, Badan Pengendali Limbah, PDAM dan lain sebagainya, namun penekannya pada pelayanan sosial dan pengabdian karena dalam persepsi SD I Luqman Al-Hakim mutu pendidikan tidak semata-mata bidang akademik namun mengacu pada proses pendidikan menjadi anak soleh dan solihah.<br />2. Setiap aktifitas pasti menemui Kendala, termasuk kaitannya dengan kerjasama sekolah dengan lingkungan pendidikan lainnya, kendala terbesar adalah waktu. anggota masyarakat adalah lembaga nirlaba dimana masyarakat di dalamnya harus berbagi dan memanajen waktu dengan tugas utama di profesi masing-masing, terkadang suatu kebijakan harus segera mendapatkan respon karena kesibukan yang bersangkutan bisa jadi agak terhambat. Kendala yang lain diantaranya rendahnya peran masyarakat dalam setiap kegiatan sekolah disamping masalah klasik adalah pendanaan. <br />3. Upaya sekolah dalam memecahkan masalah kendala-kendala dihadapi dalam membangun hubungan kerjasama dengan orang tua siswa agar tercapainya mutu pendidikan adalah Pada dasarnya program kepala sekolah adalah Progam Sekolah, sebgaimana peran dan fungsi kepala sekolah memilki fungsi edukator, motivator, evalualutor dsb. Kepala Sekolah sebagai mediator sekolah dan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya langsung dibackup oleh humas sekolah dan humas yayasan. Program mulai silaturahmi dengan orang tua (home visit) , konsultasi, parenting, forum kelas sampai dengan mendatangkan wali murid yang memiliki profesi tertentu yang ada kaitannya dengan peningkatan mutu pedidikan secara periodik. Hambatannya , tidak semua komponen di sekolah memahami bahwa dalam masing-masing diri melekat peran dan fungsi humas sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Solusinya perlu diadakan orientasi yg terus menerus terkait peran tersebut di atas dan senantiasa diadakan upgrading /pelatihan untuk tujuan kegiatan yang lebih baik lagi.<br />Upaya sekolah dalam memecahkan masalah kendala-kendala dihadapi dalam membangun hubungan kerjasama dengan masyarakat agar tercapainya mutu pendidikan adalah dengan cara kendala-kendala yang ada dikomunikasikan sedemikian sehingga semua berjalan seiring dan seirama. Kepala Sekolah sebagai mediator masyarakat dan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya langsung dibackup oleh humas sekolah dan humas yayasan. Program mulai silaturahmi dengan tokoh masyarakat, bakti sosial, bazar murah, pengobatan gratis sampai dengan mendatangkan tokoh masyarakat ke sekolah/kampus secara periodik. <br /><br /><br />B. Saran-saran<br />Dari kesimpulan di ata, maka peneliti menyarankan beberapa hal untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD Integral dengan mengoptimalkan hubungan kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat kedepanya. Dengan demikian, mutu pendidikan akan meningkat melalui kerjasama efektif antara ketiga lembaga pendidikan tersebut.<br />1. Humas SD Integral Luqman Al-Hakim sebagai salah satu media untuk menjalin hubungan denagn keluarga maupun masyarakat hendaknya ditambah SDM nya. Karena selama ini Humas SD I Luqman Al-Hakim hanya ditangani beberapa orang sedangkan jumlah stakeholder SD ini sangat banyak karena dengan semakin banyak stake holder sebuah sekolah maka semakin komplek permasalahan, utamanya masalah hubungan komunikasi<br />2. untuk terciptanya program humas yang efektif, maka diperlukan langkah pembuatan Manajemen humas. Yang termasuk di dalamnya pernyataan umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, visi-misi dan sasaran yang selalu dinamis dan sesuai dengan perkembangan zaman.M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-82211385783758373142010-06-28T17:13:00.000-07:002010-06-28T17:16:29.706-07:00EMPAT RACUN HATIKetahuilah, setiap kemaksiatan adalah racun hati. Ia menjadi penyebab sakit dan kehancurannya, memalingkan dari Iradahnya dari Iradah Allah ‘Azza Wajalla, dan menambah parah penyakitnya.<br /><br /><br />Yang dimaksud dengan empat racun hati adalah :<br />1. Banyak Bicara <br />diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra. Secara marfu’ berkata : <br />Janganlah kalian meperbanyak perkataan selain Dzikrullah, sesungguhnya hal itu akan menjadikan kerasnya hati. Dan manusia yang paling jauh dari Allah adalah pemilik hati yang keras.<br />Abu Hurairah Ra. Meriwatkan : <br />Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam api kesengsaraan (Neraka) adalah dua lubang ; mulut dan kemaluan.<br />Alhasan Al-Basri berkata : “ Tidaklah memahami din atau agamanyanya orang yang tiadak menjaga lisannnya”.<br />Jadi lisan merupakan sarana pertama yang harus diperhatikan ketika berbuat apa saja yang kita lakukan, karena itu menentukan keselamatan dan kesengsaraan dirinya di dunia dan akhirat. <br />Bencana lisan yang yang paling sedikit mudharatnya adalah berbicara sesuatu yang tidak berfaedah.<br />Nabi bersabda : <br />“Merupakan kebaikan keislaman seseorang jika ia meninggalkan sesuatu yang tidak berfaedah baginya”. <br />Sahl berkata : “ Barang siapa berbicara tentang sesuatu yang tidak berguna baginya, ia akan terhalang dari kejujuran.” Dan itu merupakan Bencana lisan yang terkecil mudharatnya tapi membawa efek besar bagi manusia. Lalu bagaimana dengan Ghibah, Namimah, Kata-kata bathil dan keji, kata-kata yang mengansung dua makna, perdebatan, pengaduan, nyanyi-nyian dan kedustaan, menyanjung-nyanjung, mengolok-ngolok, pemnghinaan, kekeliruan dalam pembicaraan dan yang lainnya? Yang semuanya itu adalah bencana lisan yang menimpa seorang hamba untuk merusak hatinya seterusnya?! Menghilangkan kebahigian dan kesenangan yang ia rasakan di dunia ! juga keberuntungan dan kemenangan di akhirat. <br />Betapa pentingnya kita sebagai seorang hamba yang berlabel islam untuk menjaga lisan dan mengarahkan lisannya kejalan syare’at islam. Karena dengan satu perkataan kotor menumbuhkan ribuan orang mencemohnya. Dan begitu pula dengan perkataan baik dapat menumbuhkan triliunan hamba yang merasakan bahagia, seperti perjanjian presiden sebelum ia menjdi presiden ingin memakmurkan bangsanya, akan tetapi setelah jadi ia lalai dengan janji itu, maka semua orang merasa terhkianati dan merasa tertipu dengan obralan janjinya. Dan jika ia menepati janji maka semua warga dan bangsanya merasa terayomi dan tertolong walaupun tidak secara langsung dengan bermodalkan sepatah kata yang baik dan tepati. <br />2. Banyak Makan <br />Sedikit makan melembutkan hati, menguatkan daya pikir, membuka diri serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah.<br />Sedangkan banyak makan mengakibatkan banyak hal buruk ia memotori anggota badan untuk melakukan berbagai kemaksiatan serta menjadikan merasa berat untuk berbuta taat dan beribadah. <br />Kadangkalanya dengan banyak makan mengakibatkan perut menjadi buncit dan terlihat tidak indah dihadapan manusia, bahkan sebagian orang memerlukan diet untuk mengurangi berat badan dan kebuncitan itu. Dan dengan banyak makan mengakibatkan belajar malas dan suka tidur dan malas untuk memikirkan orang lain yang sedang kelaparan disekelilingnya.<br />Seringkali Rasulullah Saw. Dan para sahabat dalam keadaan lapar., walaupun itu memang bukan karena tidak adanya makanan. Tatapi bukanlah Allah hanya memilihkan keadaan terbaik bagi Rasulnya? Itulah sebabnya Ibnu Umar berusaha untuk menyerupai Beliau, walaupun mampu untuk makan apa saja. Demikian pula dengan ayahnya.<br />Inilah yang perlu kita jadikan ibrah dan pelajaran dalam mengarungi kehidupan ini, walaupun Ibnu Umar cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan makan tapi ia berusaha untuk mengurangi makan, karena beliau beralasan bahwa, dengan sedikit makan mengakibatkan iman kita semakin meningkat dan cepat terpeka akan orang lain yang menderita kelaparan dan semakin giat untuk beribadah dalam mentatati Allah dan Rasul-Nya.<br />3. Berlebih-Lebihan dalam Bergaul <br />ini merupakan penyakit berbahaya yang mengakibatkan banyak keburukan. Ia dapat menghailangkan nikmat dan dapat menebarkan permusuhan. Ia juga dapat menanamkan kedengkian yang dahsyat, seandainya ditimpakan kepada gunung – gunung yang kokoh sekalipun, meletuslah ia. Dus, pada berlebihan dalam bergaul ada kerugian dunia dan akhiratl.<br />Ada sebagian orang diantara kita dengan akrabnya berteman sehingga ia memberikan sesuatu yang tidak sewajarnya dia berikan kepadanya, akan tetapi setelah ada masalah dengan mereka terbongkarlah amal yang lain yang ia telah investasikan sebelumnya, maka dengan relitas amal yang demikian itu betapa ruginya amal kita selama ini, oleh karena itu kita kalau berteman jangan berlebih-lebihan karena dengan berlebih-lebihan termasuk fudhul, yang sangat dibenci oleh Allah yang dikenal dengan istilah musrifin. <br /><br />4. Banyak Memandang <br />berlebihan memandang dengan mata menimbulkan anggapan indah apa yang dipandangnya dan bertautnya hati kepadanya. Maka lahirlah berbagai statemen kerusakan hatinya.. Diantaranya : <br />a. Rasulullah Bersabda : Pandangan itu adalah panah beracun iblis. ”Barang siapa menundukkan pandangannya karena Allah, Dia akan memberikan kepadanya kenikmatan dalam hatinya yang akan ia rasakan sampai bertemu dengan-Nya.”<br />b. Sesungguhnya setan itu masuk lewat jalan banyak memandang, ini melebihi kecepatan aliran udara ke ruangan hampa. Setan akan menjadikan wujud yang dipandang seakan-akan indah, menjadikannya sebagai berhala tautan hati. Kemudian mengobral janji dan angan-angan. Lalu ia nyalakan apai syhwat dan ia lemparkan kayu bakar maksiat. Seseorang tidak mungkin melakukannya tanpa adanya gambaran wujud yang dipandangnya.<br />c. Pandangan menyibukkan hati, menjadikannya akan lupa akan hal-hal yang bermanfaat baginya, dan menjadi penghalang anatara keduanya, akhirnya urusannyapun menjadi kacau balau, ia selalu lalai dan mengikuti hawa nafsunya.<br />Allah berfirman : <br />(Dan janganlah kamu taat kepada orang yang telah kami lalaikan hatinya dari dzikir kepada kami dan mengikuti hawa nafsunya serta urusannya kacau balau. ( Q.S. Al-Kahfi : 18). <br />Membiarkan pandangan adalah menumbulkan kemaksiatan kepada Allah, <br />Allah berfirman : <br />“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.. (Q.S. An-Nur : 30)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />MACAM-MACAM HATI<br /><br />1. Hati Sehat <br />Adalah hati yang selamat pada hari kiamat nanti, barang siapa menghadap Allah tanpa membawanya tidak akan selamat. Allah berfirman :<br />“adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat. (Q.S. Asy-Syuara : 88-89).<br />Hati yang sehat dapat didefinisikan pula sebagai hati yang terbatas dari setiap syahwa, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap sybhat kitidak jelasan yang menyeleweng dari kebenaran.<br /><br />2. Hati Mati<br />Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabnya. Ia tidak beribadah kepada Rabnya dengan menjalankan perintahnya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhaiNya. Hati model ini berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah Swt.<br /><br />3. Hati Sakit <br />Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit, ia akan mengikuti unsure yang kuat. Kadang-kadang ia menyukai kepada kehidupan, dan kadang-kadang cendrung kepada penyakit. Kadang-kadang dekat pada keselamatan dan kadang dekat pada kebinasaan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />WRITER M. ALAWI YULLAH AL-GHAFURIYM. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-43278023754071504562010-06-19T18:22:00.000-07:002010-06-19T18:24:12.324-07:00M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-38410928112511665882010-06-19T18:19:00.000-07:002010-06-19T18:21:47.420-07:00sejarah pembelajaranA. Pendahuluan<br /> Seiring dengan perkembangan zaman, dewasa ini masyarakat sudah merasa bahwa lembaga pendidikan merupakan sesuatu yang urgen sekaligus kebutuhan bagi mereka. Karena dengan adanya lembaga pendidikan, manusia akan menjalani sebuah proses pendidikan yang memiliki tujuan mencetak manusia yang mampu mengoptimalkan kecerdasan intelektual, emosional, terlebih kecerdasan spiritual. Dengan kata lain mencetak manusia yang mampu memanusiakan dan dimanusiakan manusia. Karena dalam menjalani proses pendidikan ada tiga aspek dalam diri manusia yang akan terlibat yaitu, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.<br /> Lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan yang agung tersebut membutuhkan sebuah strategi pembelajaran yang unggul yang didukung oleh metode-metode pembelajaran yang mampu mengaplikasikan tujuan pendidikan tersebut.<br /> Strategi pembelajaran hanya berhasil dan berdaya guna bagi proses pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran apabila direncanakan secara matang sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Begitu pula perencanaan pembelajaran sebaik apapun tidak akan berdaya guna bagi proses pembelajaran apabila dalam penerapannya tidak menggunakan strategi pembelajaran yang matang. <br />B. Definisi Strategi Pembelajaran<br /> Strategi adalah usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Sedangkan pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar .<br /> Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar . Sedangkan definisi lain dari strategi pembelajaran menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.<br />C. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran<br /> Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal sebagai berikut: <br />1. Menetapkan kualifikasi perubahan perilaku peserta didik.<br /> Kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan perilaku dan kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya, dari tidak bisa membaca berubah menjadi dapat membaca. <br /> Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Lebih jauh suatu usaha atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.<br />2. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih metode dan teknik belajar mengajar.<br /> Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda cara supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan metode atau teknik penyajian yang sama.<br />3. Menentukan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.<br /> Seorang guru seyogyanya mempunyai norma dan kriteria keberhasilan sebagai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. <br /> Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek.<br />D. Jenis - Jenis Strategi Pembelajaran <br /> Dalam hal ini dikenal tiga jenis strategi pembelajaran yaitu: <br /> 1. Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru<br /> 2. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik<br /> 3. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pembelajaran. <br /> Menurut Byron G. Massialas dalam “Social Issue Trhough Inquiry” ada dua jenis strategi pembelajaran,yaitu: <br />1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (Expository Approach)<br /> Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Strategi ini lebih menekankan kepada proses bertutur, maka ia sering juga disebut strategi “chalk and talk”, dan orang mengidentikannya dengan ceramah.<br />2. Strategi Pembelajaran Inkuiri<br /> Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.<br /> Metode merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode-metode pembelajaran.<br /> Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimpelementasikan beberapa strategi pembelajaran di atas diantaranya: <br /> 1. Metode Ceramah<br /> Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik dan didukung alat dan media.<br /> 2. Metode Demonstrasi<br /> Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu.<br /> 3. Metode Diskusi<br /> Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. <br /> 4. Metode Tugas dan Resitasi<br /> Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnya. Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di laboratorium.<br /> 5. Metode Kerja Kelompok<br /> Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (subsub kelompok). Kelompok bisa dibuat berdasarkan:<br />a. Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu<br />sifatnya heterogin dalam belajar.<br />b. Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang<br />punya minat yang sama.<br />c. Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.<br />d. Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang tinggal dalam satu wilayah yang dikelompokkan dalam satu kelompokan sehingga memudahkan koordinasi kerja.<br />e. Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain.<br />f. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok wanita.<br /> 6. Metode Problem Solving<br /> Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.<br />7. Metode Tanya Jawab<br /> Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi secara langsung, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini, terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.<br /> 8. Metode Sistem Regu (Team Teaching)<br /> Team Teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.<br /> 9. Metode Karyawisata (Field-Trip)<br /> Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.<br /> 10. Metode Eksperimen<br /> Metode eksperimen ini menekankan peserta didik untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang telah dipelajarinya.<br /> 11. Metode Drill<br /> Metode drill ini memberikan pelatihan-pelatihan kepada peserta didik untuk bisa memiliki keterampilan/kecakapan secara khusus. <br />E. Simpulan <br /> Sebuah lembaga pendidikan yang memiliki visi misi yang unggul dan jelas, maka seyogyanya lembaga tersebut memilki strategi-strategi pembelajaran yang unggul yang bisa diimplementasikan melalui beberapa metode pembelajaran, diantaranya: metode ceramah, demonstrasi, diskusi, tugas resitasi, kerja kelompok, problem solving, tanya jawab, sistem regu, karyawisata, eksperimen, dan metode drill. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Daftar Pustaka<br />Anshori,Isa, 2009, Perencanaan Sistem Pembelajaran, Sidoarjo: Muhammadiyah <br /> University Press.<br />Hadisyara, Strategi Belajar Mengajar, dalam http://Www. Scribd. Com /Doc/ <br /> 2466850/Strategi-BelajarMengajar,(3 April 2010).<br />Hasibuan dan Moedjiono, 1995, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja <br /> Rosdakarya.<br />Muhammad Azhar, Lalu, 1993, Proses Belajar Mengajar CBSA, Surabaya: Usaha Nasional.<br /><br />Surya Dharma, Strategi Pembelajaran dan Pemilihan, dalam http://www. Tekno- <br /> Logi pendidikan.net/wp-content/uploads/2009/10/14-KODE-03-B5 Strate gi Pembelajaran- dan-Pemilihannya.pdf (3 April 2010).M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-39762068250902156212010-06-19T18:14:00.001-07:002010-06-19T18:14:06.125-07:00M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-55306637997625058552010-06-11T19:23:00.001-07:002010-06-11T19:26:59.293-07:00STRATEGIBAB II.<br /><br />A.STRATEGI<br />1.Pengertian Strategi<br /> Ketika kita mendengar kata strategi, maka kita cendrung terbayang pada dunia militer, karena dari sanalah kata tersebut diawali dan lebih populer.Dalam dunia militer, kata tersebut biasanya digunakan dalam suatu peperangan sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur taktik untuk memenangkan sebuah pertempuran. Sebagai seorang komandan, harus mampu menemukan dan menjalankan strategi yang tepat karena bila salah maka nyawa para prajurit yang menjadi taruhannya.<br /> Dalam ranah yang lebih luas, arti kata strategi sangat beraneka ragam dan bervariasi karena banyaknya pakar yang mendefinisikan makna kata tersebut. Seperti: <br />a.Hayes dan Well mengemukakan bahwa strategi dapat diartikan sebagai semua kegiatan yang ada dalam lingkup perusahaan, termasuk didalamnya pengalokasian semua sumber daya yang dimiliki perusahaan.<br />b.Skinner mengatakan bahwa strategi adalah filosofi yang berkaitan dengan alat untuk mencapai tujuan.<br />c.Sedangkan menurut Drucker ( dalam Barlian 2003:45) strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar.1<br />B.Hasibuan dan Moejiono dalam bukunya, proses belajar mengajar, menjelaskan bahwa strategi adalah usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan2<br />a.Clausewitz (Dalam wahyudi 1996:16) juga memberi pengertian bahwa strategi adalah suatu seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan perang.<br />b.Chandler (dalam Rangkuti, 1998:3) mengemukakan bahwa strategi adalah alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.<br />c.Learned et al (fredy rangkuty,1998:3) menjelaskan bahwa strategi adalah alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Atau sebagai suatu alat yang dapat menentukan langka organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.<br />d.Jauch & Glueck mengemukakan bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi organisasi dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama organisasi dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi3.<br /> Berdasarkan tinjauan dari sekian banyak konsep strategi yang telah dipaparkan oleh para ahli diatas, maka strategi sebuah organisasi dapat didefinisikan sebagai:<br />a..Sebagai alat oraganisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.<br />b. Pola arus dinamis yang diterapkan sejalan dengan keputusan dan tindakan yang telah dipilih oleh sebuah organisasi<br />c. Sejumlah perencanaan yang dirumuskan organisassi sebagai hasil pengkajian yang mendalam terhadap kondisi kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman ekternal organisasi.<br />Strategi sebuah oragnisasi atau sub unit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang diimplikasikan oleh pemimpin organisasi, berupa:<br />a. Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut.<br />b.Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemimpin atau yang diterima dari pihak atasan yang membatasi skope aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan<br />c. Kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi akan diberikan sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut.4<br />Porter (1992: 2-3) mengatakan bahwa ada kaitan yang erat antara organisasi dan strategi dalam rangka mencapai keunggulan dan kemampuan bersaing. Bahkan dikatakan bahwa strategi adalah alat penting dalam rangka mencapai keunggulan bersaing. Hal ini juga sangat sejalan dengan tujuan strategi yaitu untuk mencapai bahkan mempertahankan posisi keunggulan dari pihak luar yang menjadi pesaing.<br /> Sejalan dengan hal tersebut, Karhi Nisjar (1997:95) menjelaskan bahwa organisasi dikatakan masih meraih suatu keunggulan apabila organisasi tersebut dapat memamfaatkan peluang-peluang dari lingkungannya, yang memungkinkan organisasi untuk menarik keuntungan-keuntungan dari bidang-bidang yang menjadi kekuatannya.5<br />2.Mamfaat manajemen strategi<br /> Adapun yang menjadi mamfaat manjemen strategis bagi organisasi adalah<br />a.Manajemen strategis membuat organisasi lebih proaktif dari pada reaktif dalam membentuk masa depannya.<br />b.Manajemen strategis membuat organisasi dapat memulai dan mempengaruhi, bukan hanya menanggapi bebagai kegiatan. Dengan demikian,organisasi dapat mengendalikan nasibnya sendiri.<br />c.Semua elemen dalam organisasi menyadari keuntungan-keuntungan manajemen strategis sehingga sangat mungkin dapat dilaksanakan karena pasti mendapat dukungan dari semua pihak.<br />d.Membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui pendekatan-pendekatan yang lebih sistematis,logis, dan rasional untuk menentukan pilihan strategis.<br />e.Peluang yang diciptakan oleh proses tersebut untuk memberdayakan para individu. <br />Pemberdayaan yang dimaksud adalah untuk memperkuat rasa keberhasilan tiap individu dengan mendorong dan menghargai untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dan mengasah inisiatif dan imajinasi mereka.6<br /> Dengan melihat besarnya mamfaat manajemen strategis bagi organisasi, maka sebagai pengelola atau penyelenggara organisasi sedapat mungkin melaksanakan manajmen strategis dalam organisasinya. Tujuan utama dalam proses ini adalah untuk mendapatkan pemahaman dan komitman dari semua elemen organisasi. Pemahaman merupakan yang paling penting dari manajemen strategis baru kemudian komitmen. Ketika semua warga organisasi memahami apa yang dikerjakan oleh organisasi dan mengapa melakukannya, mereka merasa menjadi bagian dari oraganisasi dan merasa memiliki komitmen untuk membantu semua program organisasi.<br /> Meskipun membuat keputusan-keputusan strategis yang paling tepat adalah tanggung jawab pemimpin atau manajer atau chief executive officer, tetapi para jajaran yang lain juga harus terlibat dalam kegiatan perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi stategi. Keikutsertaan mereka adalah kunci untuk memperoleh komitmen dalam mencapai perubahan yang diinginkan.<br /> Semakin banyak organisasi yang menggunakan manajemen untuk membuat keputusan-keputusan strategis bukan jaminan untuk mencapai sebuah keberhasilan, manajemen strategis dapat menimpang apabila tidak dilaksanaklan dengan baik.7<br /> Kalau kita ambil contoh dari dunia bisnis, sangat terasa sekali mamfaat yang dirasakan apabila menggunakan manjemen strategi. Lebih menguntungkan dan lebih berhasil dibandingkan dengan yang tidak menggunakannya. Bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategi menunjukkan peningkatan yang berarti dalam penjualan, keuntungan dan produktivitas dibandingkan dengan bisnis yang tidak menggunakan kegiatan perencanaan yang sistematis.<br /> Begitu juga dengan perusahaan, bagi perusahaan yang kinerjanya tinggi cendrung menggunakan perencanaan sistematis untuk menghadapi fluktuasi masa depan dalam lingkungan ekternal dan internal mereka. Dun & Bradstreet melaporka bahwa lebih dari 100.000 bisnis gagal di Amerika Serikat setiap tahunnya. Kegagalan bisnis tersebut meliputi kebangkrutan, penyitaan, likuidasi, dan pernyataan pailit yang dikeluarkan oleh pengadilan meskipun kegagalan tersebut tidak semata disebabkan oleh tidak adanya manajemen strategi yang efektif8.<br />3. Tahapan-Tahapan Manajemen Strategi:<br />a. Perumusan Strategi<br /> Perumusan manajemen strategi dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: diagnosis,perencanaan, dan penyusunan dokumen rencana (Tim SP4 UGM, 1995:9-14 ). Tahap diagnosis dimulai dengan pengumpulan berbagai informasi perencanaan sebagai bahan kajian, baik kajian ekternal maupun internal. Kajian lingkungan internal bertujuan untuk memahami kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan pendidikan, sedangkan kajian ekternal bertujuan untuk mengungkap peluang dan ancaman.<br /> Tahap perencanaan dimulai dengan menetapkan visi dan misi. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan, sedangkan misi ditetapkan dengan mempertimbangkan rumusan penugasan yang berkaitan dengan visi masa depan dan situasi yang dihadapi saat ini. Tahapan yang ketiga adalah penyusunan dokumen rencana strategis. Perumusan ini dapat dilakukan pada saat pengkajian telah menghasilkan temuan, penyelesaian akhir perlu menunggu hingga semua keputusan telah ditetapkan.9<br /> Rencana strategis yang dirumuskan dalam jabaran visi, misi, isu utama dan stategi pengembangan harus dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan rencana operasional lima tahun yang mencakup program kerja, sasaran dan pentahapannya. Dari rencana operasional lima tahunan kemudian dipilah-pilah menjadi rencana operasional tahunan yang berisi kegiatan, sasaran,dan data atau alasan pendudukungnya10.<br /> Sejalan dengan hal itu,dalam perumusan strategi mencakup beberapa kegiatan, seperti pengembangan visi dan misi oraganisasi. Mengeidentifikasi peluang dan ancaman ekternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Stategi alternatif perlu dibuat sebagai langkah antisipasi karena tidak ada oraganisasi yang memiliki sumber daya yang tidak terbatas, maka para perncana strategi harus mampu membuat strategi alternatif yang bermamfaat bagi organisasi11.<br />b.Pelaksanaan Strategi<br /> Judson ( 1996 ) menjelaska ada lima langkah penting dalam mengimplementasikan manajemen strategi, yaitu: menganalisis dan merencanakan perubahan, mengkomunikasikan perubahan, mendorong perubahan, mengembangkan inisiasi masa transisi, dan mengkonsolidasikan kondisi baru dan tindak lanjut.<br />Sehubungan dengan itu, Rowe (1990:299) mengemukakan beberapa prasyarat yang perlu diperhatikan dalam penerapan manajemen strategi antara lain:<br />a. Preparing and comunicating strategic plan.<br />b. The strategic budged<br />c. Understanding the internal (assumption and beliefs,values,corporate culture, strategic vision,grand strategiy,goals, and objectives andcritical success factors).<br />d. Assessing the ekternal (environment, stakeholder analysis, environment scanning, vulnerability analysis, qualitative environment forecasting).<br />e. Assessment of product/marker dynamic ( assessment of product/ market strategy, technology assessment, product/market mapping, competitive protofolio analysis).<br />f.Understanding the competitive protofolio analysis12<br />Dalam pelaksanaan strategi mengharuskan organisasi untuk menetapkan sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan/ jajaran, dan mengalokasikan sumber daya sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Pelaksanaan strategi mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemamfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan/ jajaran dan kinerja organisasi.<br />Pelaksanaan strategi sering disebut tahap tindakan dalam manajemen strategi. Melaksaanakan strategi berarti mendorong atau mebolisasi para para manajer dan staf untuk melaksanakan strategi-strategi yang dirumuskan. Pelaksanaan strategi yang sering dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategi menuntut disiplin, komitmen, dan pengorbanan pribadi. Keberhasilan pelaksanaaan strategi bergantung pada kemampuan manajer dalam memotivasi para staf dan jajaran. Hal ini lebih merupakan seni dari pada ilmu. Strategi-strategi yang dirumuskan tetapi tidak dilaksanakan tidak akan memberikan mamfaat. 13<br /> Keterampilan antar pribadi sangat penting untuk keberhasilan pelaksanaan strategi. Kegiatan-kegiatan pelakasanaan strategi mempengaruhi semua manajer dan jajaran dalam organisasi. Setiap divisi dan departemen harus memutuskan jawaban-jawaban untuk pertanyaan, seperti, ” apakah yang harus kita kerjakan untuk melaksanakan strategi oraganisasi dibagian ini?” dan ” cara terbaik seperti apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?”. Tantangan dalam tahap pelaksanaan strategi adalah mendorong para manajer dan jajaran di seluruh organisasi untuk bekerja dengan rasa bangga dan antusias guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan14.<br />c.Evaluasi Strategi<br /> Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategi. Para manajer harus benar-benar tahu alasan strategi-strategi tertentu tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, evaluasi strategi adalah cara pertama untuk memperoleh informasi. Semua strategi dapat dirubah sewaktu-waktu karena faktor-faktor ekternal dan internal yang selalu berubah. <br /> Ada tiga kegiatan pokok yang dapat dilakukan dalam evaluasi strategi adalah: Pertama, mengkaji ulang faktor-faktor ekternal dan internal yang menjadi landasan rumusan strategi yang ditetapkan sekarang ini. Kedua, mengukur kinerja. Ketiga, melakukan tindakan-tindakan korektif.<br /> Evaluasi strategi perlu dilakukan karena keberhasilan saat ini bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan masa depan. Keberhasila selalu menciptakan masalah-masalah baru dan berbeda. Organisasi yang cepat puas diri akan mati dengan sendirinya15.<br />4 Pedoman Manajemen Strategi <br /> Pedoman manajemen strategi sangat perlu untuk diketahui dan dilaksanakan karena jika sejumlah pedoman tertentu tidak diikuti dengan baik, maka akan muncul kritikan terhadap proses tersebut dan akan timbul masalah dalam organisasi.<br /> Manajemen strategi tidak boleh menjadi mekanisme birokrasi abadi, tetapi harus menjadi proses belajar kritis secara mandiri yang membiasakan para manajer dan para staf menangani masalah-masalah strategi, kunci dan alternatif-alternatif penyelesaian yang tepat. Manajemen strategi tidak boleh menjadi ritual, terlalu mengawang, dibuat-buat atau terlalu formal,mudah ditebak, dan kaku. Kata-kata yang harus didukung oleh angka-angka, bukan angka-angka yang harus didukung oleh kata-kata, harus menjadi media yang menjelaskan isu-isu strategis dan tanggapan-tanggapan organisasi.16<br /> R.T. Lenz memberikan sejumlah panduan penting agar berhasil dalam menjalankan manjemen strategi:<br />a.Buatlah proses manajemen strategi yang sangat sederhana dan non rutin.<br />b.Hilangkan jargon dan bahasa perencanaan yang terlalu rumit<br />c.Ingatlah bahwa manajemen strategi adalah proses untuk membantu belajar dan bertindak, bukan hanya sistem kontrol formal.<br />d. Proses hendaknya jangan mudah ditebak keseluruhannya, dan setting kegiatannya harus selalu diganti agar merangsanga kreativitas.<br />e. Variasikan penugasan, keanggotaan tim, format rapat, dan kalender perencanaan untuk menghindari kebiasaan rutin.<br /> Jika manajemen telah terlaksana maka bersiaplah menerima kabar buruk. Jika strategi tidak terlaksana, maka para manajer harus mencari tahu penyebabnya. Selain itu tidak boleh ada informasi yang terkait yang dianggap tidak dapat diterima hanya karena informasi tersebut tidak dapat diukur secara kuantitatif.<br /> Bangunlah suatu budaya korporat yang peran manajemen strategi dan tujuan-tujuan pokoknya dapat dipahami. Jangan biarkan ”para teknisi” mengkooptasi proses. Manajemen strategis intinya merupakan untuk belajar dan bertindak. Bahaslah manajemen strategi dalam pengertian tersebut. Ikutilah dimensi-dimensi psikologis,sosial maupun politik dan prasarana informasi serta prosedur administratif yang mendukungnya.<br /> Selain itu.ada satu pedoman penting agar barhasil dalam menjalankan manajemen strategi, yatu keterbukaan pikiran. Kesediaan dan kemauan untuk mempertimbangkan informasi baru, sudut pandang baru gagasan baru, dan kemungkinan-kemungkinan baru sangatlah penting, semua anggota organisasi harus mempunyai semangat untuk melakukan penelitian dan belajar.17<br />5. Model Manajemen Strategi<br /> Menggunakan model dalam menerapkan manajemen strategi adalah cara yang paling tepat. Setiap model menggambarlan suatu jenis proses. <br />Kerangka kerja yang terdapat dalam gambar dibawah ini adalah model komprehensif suatu proses manajemen strategi yang sudah diterima secara luas.<br /> Model ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi mewakili pendekatan praktis dan jelas untuk perumusan, pelakasanaan dan evaluasi strategi. Hubungan antar bagian-bagian utama dalam proses manajemen strategi ditampilkan dalam model tersebut18. <br /><br /><br /><br /><br />Gambar.1.1. Proses manajemen strategi yang komprehensif<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Sumber: Fred R David, ” How Companies Define Their Mission,” Long Range Planning 22,No.3 (June 1998): 40<br /><br />Mengidentifikasi visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi merupakan titik awal yang logis untuk manajemen strategi. Karena situasi dan keadaan organisasi saat ini mungkin menghambat pelaksanaan sejumlah strategi tertentu dan bahkan mungkin mengharuskan dilakukan suatu tindakan tertentu. Setiap organisasi mempunyai visi,misi tujan, dan strategi meskipun kadang kala hal-hal tersebut tidak secara sadar disusun, dirancang, ditulis dan dikomunikasikan. Jawaban atas pertanyaan kearah mana organisasi tersebut melangkah secara umum dapat ditentukan oleh dimana organisasi tersebut berada selama ini?19<br /> Proses manajemen strategi adalah proses yang dinamis dan berkesinambungan. Perubahan pada salah satu komponen atau bagian utama dari model tersebut dapat menyebabkan perubahan pada satu atau semua unsur yang lain. Misalnya, perubahan dalam ekonomi bisa merupakan peluang besar dan menuntut adanya perubahan tujuan-tujuan jangka panjang dan strategi, kegagalan mencapai sasaran tahunan mengharuskan adanya perubahan kebijakan, atau perubahan strategi pesaing utama mengharuskan adanya perubahan dalam misi organisasi.<br /> Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi strategi harus dilakukan secara terus menerus, tidak hanya dilakukan pada akhir tahun atau semester. Proses manajemen strategi harus selalu berjalan dan tidak pernah berhen ti.<br />Dalam prakteknya, proses manajemen strategi tidak dapat dipisahkan dan dilaksanakan semudah yang digambarkan dalam model manajemen strategi. Para perencana startegi tidak menjalankan proses tersebut langkah demi langkah. Biasanya, ada proses memberi dan menerima diantara tigkatan-tingkatan hirarkis di dalam organisasi20. <br /> Banyak organisasi melakukan rapat-rapat resmi setiap semester untuk membahas dan memperbaharui visi dan misi, peluang dan ancaman,kekuatan dan kelemahan, tujuan, strategi, kebijakan dan kinerja organisasi. Rapat-rapat tersebut biasanya dilakukan diluar kantor. Alasannya adalah untuk mendorong munculnya kreativitas dan keterbukaan dari para peserta komunikasi dan umpan balik yang baik dibutuhkan dalam keseluruhan proses manajemen strategi21.<br />B. KUALITAS KEPEMIMPINAN<br />1. Definisi Kualitas dan dimensi kualitas<br />a. Pengertian Kualitas<br /> Kualitas merupakan topik yang sangat hangat dalam dunia bisnis dan akademik. Namun demikian, istilah tersebut memerlukan tanggapan secara hati-hati dan perlu mendapat penafsiran secara cermat. Kalau di dalam perusahaan, faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh para konsumen. Bagitupun dalam dunia pendidikan, kualitas lulusan dan kualitas para pengelola adalah hal yang sangat menentukan kadar keberhasilan lembaga pendidikan tersebut dimata para pengguna jasa pendidikan dan stakeholders lainnya22.<br /> Ada banyak sekali definisi tentang kualitas yang telah diungkapkan oleh para pakar. Seperti: <br />a. Juran (1962), ” kualitas adalah kesesuain dengan tujuan atau mamfaatnya”.<br />b. Crosby (1979) ” kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery,reliability,maintainability, dan cost effectiveness”.<br />b.Deming (1982) ”kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan masa yang akan datang”.<br />c.Feigenbaum (1991) ”kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, enginering,manufacture, dan maintenance, dimna produk dan jasa tersebut dan pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan”<br />d.Scherkenbach (1991) ” kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkatan harga tertentu menunjukkan nilai produk tersebut”.<br />e.Elliot (1993) ” kulitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan”.<br />f.Goetch dan Davis (1995) ” kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan”.<br />g.Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari standar nasional indonesia (SNI 19-8402-1991), kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu23.<br /> Dari definisi-definisi diatas dapat dikatakan bahwa secara garis besar kualitas adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhandan harapan pelanggan atau pengguna jasa.<br />b. Dimensi-Dimensi Kualitas<br /> Sebagai salah satu bentuk jasa yang melibatkan interaksi yang tinggi antara penyedia dan pemakai jasa, terdapat lima dimensi pokok yang menentukan kualitas penyelenggaraan pendidikan, yaitu:<br />a.Keandalan (reliability ), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat waktu,akurat, dan memuaskan.contoh, kegiatan pserta didik dapat dilakukan secara tepat waktu dan tepat sasaran sesuai dengan yang dijanjikan.<br />b.Daya tangkap, yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Dengan demikia kepala sekolah harus mudah ditemui oleh semua pihak yang punya kepentingan dengannya, baik para staf, guru, wali siswa bahkan siswa sekalipun.<br />c.Jaminan yang mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan,resfek terhadap pelanggan,dan sifat dapat dipercaya,yang dimiliki oleh para tenaga pendidik dan kepala sekolah. Contoh: para tenaga kependidikan harus benar-benar kompeten dibidangnya, reputasi penyelenggara pendidikan yang positif dimata masyarakat, sikap dan prilaku seluruh tenaga kependidikan mencerminkan profesionalisme dan kesopanan.<br />d.Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan atau stakeholders, misalnya guru mengenal peserta didik yang dia ajari, wali kelas bisa benar-benar berperan sesuai dengan fungsinya, setiap guru dapat dihubungi dengan mudah,baik diruang kerja, rumah,via telpon maupun e-mail24.<br />Hal serupa telah diungkapkan oleh Garvin (1996), bahwa dimensi kualitas terdiri dari beberapa macam,yaitu:<br />a. Comunication, yaitu kamunikasi atau hubungan antara penerima dan pemberi jasa.<br />b. Credibility, yaitu kepercayaan antara pihak penerima dan pemberi jasa.<br />c. Security, keamanan terhadap hal yang ditransaksikan.<br />d. Knowing the costumer yaitu pengertian dan pemahaman dari kedua bela pihak<br />e. Tangibles, yaitu bahwa dalam setiap pelayanan harus dapat diukur atau dibuat standarnya.<br />f. Reliability. Yaitu konsistensi antara kedua belah pihak dalam memenuhi janjinya.<br />g. Responsivenes. Yaitu rasa tanggap dan peduli yang tinggi antar kedua belah pihak.<br />h. Competence. Yaitu kemampuan dan keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan oleh setiap pengguna jasa.<br />i. Access. Yaitu kemudahan pemberi jasa untukj dihubungi oleh semua pihak bila dibutuhkan.<br />j. Courtecy, yaitu sifat kesopanan, resfek, perhatian, dan kesamaan dalam hubungan personil25.<br />2. Pengertian dan Jenis Kepemimpinan<br /> Suatu hal yang sudah menjadi kenyataan bahwa setiap organisasi pasti membutuhkan pemimpin untuk menjalankan kegiatan kepemimpinan. Pemimpin itu ibarat seorang nahkoda kapal yang menentukan arah kapal berlayar dan dimana kapal tersebut akan berlabuh. Sejalan dengan kiasan itu beberapa pakar telah memberikan beberapa macam definisi tentang kepemimpinan. Diantaranya:<br />a.James A.F. Stoner dan Charles Wankel (1986:P.445) mengutip pendapat Churchill yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan mengarahkan<br />b.Stephen P. Robins (1991:354) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.<br />c.Robert G. Owens (1995:132) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu interaksi antar suatu pihak yang memimpin dengan yang dipimpin atau kepemimpinan adalah proses dinamis yang dilaksanakan melalui hubungan timbal balik antara pemimpin dengan yang dipimpin.<br />d.Robert Kreither dan Angelo Krinicki mengemukakan bahwa kepemimpianan adalah upaya mempengaruhi angota untuk mencapai tujuan organisasi secara suka rela.<br />e.Gibson, dkk (1997:334) mengemukakan bahawa kepemimpinan adalah upaya mengunakan berbagai jenis pengaruh yang bukan paksaan untuk memotivasi anggotaagar mencapai tujuan organisasi.<br />f.Sedangkan A.Yulk didalam terjemahan Jusuf Udara (1994:2)mengemukakan ada bebrapa pengertian tentang kepemimpinan, yaitu:<br />Prilaku dari seorang individu yang memimpuin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang hendak dicapai bersama ( Hemhill & Coons, 1957)<br />Pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, yang diarahkan melalui proses komunikasi kearah satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Wescchler & Massarik,1961).<br />- Proses mempengaruhi aktivitas sebuah kelompok yang di organisasikan kearah pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984)26. <br /> g. Harold Koontz (1980) menjelaskan, “leadership is generally simply as influence, the art or process of influencing people to that they will strive willingly toward the achievementof group goels”27 <br /><br /> Selain dari definisi-definisi diatas, kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kemampuan seorang dalam menggerakkan,mengarahkan sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap orang agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan28. <br />Di era desentralisasi, terdapat tiga jenis kepemimpinan yang dipandang refresentatif dengan segala tuntutan yang ada, baik tuntutan dari dalam maupun dari luar organisasi. Yaitu:<br />a. Kepemimpinan Transaksional<br /> Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahannya.pemimpin adalah orang yang men-design pekerjaan dan mekanismenya, dan staf adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian.<br /> Kepemimpinan traksaksional lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat telibat dalam aspek-aspek prosedural manajerial metodologis dan fisik. Dikarenakan sistem kerja yang jelas merujuk kepada tugas yang diemban dan imbalan yang diterima sesuai dengan derajat pengorbanan dalam pekerjaan maka kepemimpinan transaksional yang sesuai diterapkan ditengah-tengah para staf yang belum matang, yang menekankan pada pelaksanaan tugas untuk mendapatkan insentif bukan pada aktualisasi diri.<br /> Pola hubungan yang dikembangkan dalam kepemimpinan transaksional adalah berdasarkan suatu sistem timbal balik (transaksi) yang sangat menguntungkan (mutual system of reinforcement), yaitu pemimpin memahami kebutuhan dasar para pengikutnya dan pemimpin menemukan penyelesaian atas cara kerja dari para pengikutnya tersebut29. <br />b. Kepemimpianan Transformasional <br /> Kepemimpinan transformasional hadir untuk menjawab tantangan zaman yang penuh dengan perubahan. Zaman yang dihadapi saat ini bukan zaman yang ketika manusia menerima segala apa yang menimpanya, tetapi zaman dimana manusia dapat mengkritik dapat meminta yang layak dari apa yang diberikannya secara kemanusiaan.bahkan dalam terminologi Maslow, manusia di era ini adalah manusia yang memiliki keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, yang berimplikasikan pada bentuk pelayanan dan penghargaan terhadap manusia itu sendiri30. <br /> Kepemimpina transformasional tidak hanya didasarkan pada kebutuhan akan penghargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaranpara pemimpin untuk berbuat yang terbaik sesuai dengan kajian perkembangan manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia,kinerja, dan pertumbuhan oraganisasi adalah sisi yang saling berpengaruh.<br /> Burns (1978) menjelaskan kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasarnya ”para pemimpin dan para pengikut saling manaikan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin adalah seorang yang sadar akan prinsip perkembanagan organisasi dan kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui pemotivasian terhadap staf dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan didasarkan pada emosi seperti keserakahan, kecemburuan, atau kebencian31.<br /> Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh kedepan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan saat ini tapi untuk masa depan. Oleh karena itu pemimpin seperti ini bisa dikatakan pemimpin yang visioner.<br /> Menurut Covey (1989) dan Peters (1992), pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistic bagaimana organisasi masa depan ketika semua sasarannya telah tercapai. Inilah yang menegaskan bahwa pemimpin transformasional adalah pemimpin yang mendasarkan dirinya pada cita-cita dimasa depan, terlepas apakah visi, misi itu visioner artinya diakui oleh semua orang sebagai visi yang hebat dan mendasar.<br /> Segiovanni (1990:21) berargumentasi bahwa makna simbolis dari pada tindakan seorang pemimpin transformasional adalah lebih penting dari pada tindakan aktual. Nilai-nilai dasar yang terpenting dan dijunjung tinggi pemimpin adalah segala-galanya dan dapat dijadikan nilai-nilai dasar organisasi yang dijunjung tinggi oleh staf.<br />Oleh karena itu menjadi tugas pemimpin untuk mentransformasional nilai organiosasi untuk membantu mewujudkan visi dan misi organisasi. Seorang transformasional adalah seorang yang mempunyai keahlian diagnosis, selalu meluangkan waktu dan mencurahkan dan upaya untuk memecahkan masalah dari berbagai aspek.Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin dan tampil sebagai pelopor dan agen perubahan32. <br />c. Kepemimpinan Visioner<br /> Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan manajemen berbasis sekolah adalah pemimpin yang visioner, yaitu pemimpin yang kerja pokoknnya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan. Lantas, menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang memahami prioritas, menjadi pelatih profesional, serta dapat membimbing personil lainnya kearah profesionalisme kerja yang diharapkan33.<br /> Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin untuk menciptakan dan mengartikulasikan suatu visi yang realistik, dapat dipercaya,atraktif tentang masa depan bagi suatu organisasi atau unit organisasional yang terus tumbuh dan meningkat sampai saat ini, (Robin, 2001)34<br />Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam menciptakan,merumuskan,mengkomunikasikan/mensosialisasikan/mentransformasik-an, mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil dari interksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagaoi cita-cita organisasi masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua anggota.<br /> Kepemimpinan visioner salah satunya ditandai oleh kemampuan membuat perencanaan yang jelas sehingga dari rumusan visinya tersebut akan tergambar sasaran apa yang hendak dicapai dari pengembangan lembaga yang dipimpinnya. Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, penentuan sasaran dari rumusan visi tersebut dikenal dengan penentuan sasaran bidang hasil pokok35.<br />2.Kepemimpinan Pendidikan<br /> Kepemimpinan pendidikan adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi personal dilingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui kerja sama mau bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan36.<br />Sedangkan fachrudi (1983:33) mengemukakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan pelakasanaan pendidikan dan pengajaran agar kegiatan-kwgiatan yang dijalankan dapat berlangsung lebih efesien dan lebih efektif dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidika dan pengajaran .<br />Nawawi (1994:82), mangatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan orang-orang di dalam oraganisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya37<br />Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian, dimana pendidikan menerangkan dilapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus juga menjelaskan sifat-sifat atau ciri-ciri kepemimpinan, yaitu mendidik, dan membimbing. Sebagaimana kata pendidikan menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu: pendidikan sebagi usaha atau proses mendidik dan mengajar,dan pendidikan sebagi ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakekat dan kegiatan mendidik, megajar dari zaman ke zaman atau membahas prinsip-prinsip dan praktik-ptaktik mendidik dan mengajar dengan segala cabang yang dikembangkan dengan begitu luas dan mendalam38.<br />Hal senada juga diungkapkan oleh Abdul Azis Wahab, bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi di dalam situasi pendidikan. Kepemimpiana pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelakasanaan pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien39.<br />Sedangkan menurut Soekarno Indrafachrudi, kepemimpinan pendidikan adalah tiap-tiap orang yang orang yang terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan. Lebih lanjt beliau menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa dalam dunia pendidikan sehingga tercapailah tujuan40. <br /> Dari beberapa penjelasan pendapat-pandapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, mengkoordinir,menggerakkan,memberi motivasi, dan mengarahkan orang-orang dalam organisasi atau lembaga pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat lebih efesien dan efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran. <br />3. Syarat-syarat kepemimpinan pendidikan<br />Pemimpin pendidikan untuk memangku jabatan yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka ditutut beberapa persyaratan sosial,jasmani, rohani, dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagi berikut:<br />a.Rendah hati dan sederhana.<br />b.Suka menolong.<br />c.Sabar dan memilki kestabilan emosi<br />d.Percaya diri.<br />e.Jujur, adil dan dapat dipercaya.<br />f.Keahlian dalam jabatan41<br />Hal serupa juga berlaku dalam islam, bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin atau qadhi. Seperti: seorang qadhi tidak boleh meminta jabatan sebagi pemimpin, apabila ia meminta maka jabatan tidak boleh diberikan padanya. Selain itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seorang qadhi:, muslim, berakal, baligh, merdeka, paham al-qur’an dan sunnah, adil, tidak tuli, tidak buta, dan tidak bisu42.<br />C. KEPALA SEKOLAH<br />1. Pengertian Kepala Sekolah<br /> Untuk dapat mengartikan definisi kepala sekolah, maka kita harus memahami kedua kata tersebut, yaitu kata ”kepala” dan ”sekolah”. Dalam kamus besar bahasa indonesia diterangkan bahwa kepala sekolah berarti pemimpin di suatu sekolah43<br />Kata ”kepala” dapat diartrikan sebagai ketua atau pemimpin. Sedangkan sekolah dapat diartikan sebagai sebuah lembaga yang menjadi tempat untuk belajar dan mengajar. Guru yang mengajar dan murid yang menerima pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat diartikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang bertugas memimpin suatu sekolah yang menjadi tempat menyelengarakan proses belajar mengajar atau tempat interaksi antara guru dan murid yang memberi dan menerima pelajaran44.<br /> Kata pemimpin dalam rumusan tersebut mengandung makna yang luas, yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. <br /> Bila kita memahami lebih jauh, kata ”pemimpin” dapat diartikan sebagai orang yang mempengaruhi orang lain agar orang laian tersebut mau menjalankan apa yang dia kehendakinya. Kalau pengertian ini kita tarik kedalam pemimpin dalam sekolah maka kepala sekolah adalah orang yang harus mampu mempengaruhi orang lain yaitu para staf dan jajarannya dalam sekolah yang ia pimpin untuk bersedia menjalankan program-program yang berkaitan dengan kemajuan dan kesuksesan seuatu sekolah sesuai dengan tujuan45.<br /> Di negara-negara maju, kepala sekolah mendapat sebutan yang bermacam-macam. Ada yang menyebutnya sebagai guru kepala ( head teacher atau head master), ada cuma dengan kepala (prinsiple), ada yang mengatakan kepala sekolah yang mengajar (teaching prinsiple), ada juga yang mengatakan kepala sekolah pensupervisi (supervising prinsiple), ada yang menyebutnya pemimpin pendidikan ( educational leadership) dan ada juga yang menyebutnya dengan direktur (directur) (Arifin, 1998:44-45).<br /> Menurut Mantja (1996:26), perbedaan penyebutan ini disebabkan oleh adanya kriteria yang mempersyaratkan kompetensi profesional kepala-sekolahan. Sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu mendayagunkan sumber daya yang ada secara optimal. Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu bekerja sama dengan orang lain dalam organisasi sekolah. Sebagai pemimpin sekolah, kepala sekolah harus mampu mengkoordinasikan dan menggerakkan potensi manusia untuk mewujudkan tujuan pendididkan. Sebagai supervisor, kepala sekolah harus mampu membantu guru meningkatkan kapasitas untuk membelajarkan murid secra optimal, dan seterusnya46.<br />2. Fungsi Peran dan Kepala Sekolah<br /> Fungsi utama pemimpin pandidikan atau kepala sekolah adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain:<br />a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerja sama dengan penuh rasa kebebasan<br />b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.<br />c.Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja yaitu membentu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.<br />d. Pemimpin bertanggung jawab untuk mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok untuk menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.<br />e.Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi47. <br /> Kyte (1972) mengatakan bahwa kepala sekolah memiliki lima fungsi utama. Pertama, bertanggung jawab atas keselamatan,kesejahteraan dan perkembangan murid-murid yang ada dilingkungan sekolah. Kedua, bertanggung jawab atas keberhasilan dan kesejahteraan profesi guru. Ketiga, berkewajiban memberikan layanan sepenuhnya yang berharga bagi murid-murid dan guru-guru yang mungkin dilakukan melaui pengawasan resmi yang lain. Keempat, bertanggung jawab mendapatkan bantuan maksimal dari semua institusi pembantu. Kelima, bertanggung jawab untuk mempromosikan murid-murid terbaik melalui berbagai acara.<br /> Sebagai pemimpin pendidikan dari sekolahnya, seorang kepala sekolah mengorganisasikan sekolah dan personil yang bekerja di dalamnya kedalam situasi yang efesien, demokratis dan kerja sama institusional yang tergantung pada keahlian para pekerja. Dibawah kepemimpinnya, program pendidikan untuk para murid harus direncanakan, diorganisir,dan ditata. Dalam pelaksanaan program, kepala sekolah harus mampu memimpin secara profesional para staf pengajar, bekerja secara ilmiah, penuh perhatian, dan demokratis dengan menekankan pada perbaikan proses belajar mengajar, dimana sebagian besar kreativitas akan tercurahkan untuk perbaikan pendidikan (Kyte, 1972)48<br /> Dinas pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebgai edukator,manajer administrator, dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekiolah juga harus mampu berperan sebagai leader,innovator, dan motivator di sekolahnya. Sehingga dengan demikian, dalam paragdigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,leader, inovator dan motivator (EMASLIM) semua itu mutlak harus dipahami oleh seorang kepala sekolah, dan yang lebih penting lagi adalah mengamalkan dan menjadikannya dalam bentuk tindakan nyata di sekolah.<br />a.Kepala Sekolah Sebagai Edukator<br /> Dalam melaksanakannya perannya sebagi seorang pendidik, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependididkan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselarasi bagi peserta didik yang cerdas diatas normal49. <br /> Di antara kemampuan yang harus dimilikim oleh seorang kepala sekolah sebagai seorang pendidik adalah: dapat membuat proca, kisi-kisi soal, melaksanakan program pengayaan dan perbaikan,membimbing guru, melaksanakan tugas, memberikan alternatif pembelajaran yang efektif, membimbing karyawan, tata usaha, pustakawan, bendaharawan, staf, siswa, mampu mengikuti perkembangan iptek dan lain sebagainya50.<br /> Sumidjo (1999:122) mengemukakan bahwa memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pad konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut kepala sekolah harus berusaha menanamkan,memajukan dan mreningkatkan setidaknya empat macamn nilai, yaitu pembinaan mental, pembinaan moral, pembinaan fisik, pembinaan artistik51.<br /> Keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan nomor 0296/U/1996, merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah. Sebagai edukator harus memiliki beberapa kemampuan, yaitu: <br /> Pertama, kemampuan untuk membimbing guru terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran dan bimbingan konseling (BK), penilaian hasi belajar peserta didik, dan pengembangan program melalui kegiatan pengayaan dan perbaikan pembelajaran (remedial teaching).<br /> Kedua, membimbing tenaga kependidikan non guru dalam penyusunan program kerja, dan pelaksanaan tugas sehari-hariserta mengadakan penilaian dan pengendalian terhadap kinerjanya secara periodik dan berkesinambungan.<br /> Ketiga, membimbing peserta didik terutama yang berkaitan dengan kegiatan ektrakulikuler,partisipasi dalam berbagai kegitan perlombaan kesenian,olah raga dan mata pelajaran. Kemampuan ini akan semakin penting bila kita kaitkan dengan manajemen peninghkatan mutu berbasis sekolah, dimana kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk meningkatkan prestasi akademis, tetapi juga harus mampu meningkatkan berbagai prestasi peserta didik dalam kegiatan non akademis, baik di sekolah maupun di masyarakat. <br /> Keempat, mengembangkan tenaga kependidikan terutama yang berkaitan dengan pemberian kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk mengikuti berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan secara teratur, seperti revitalisasi musyawarah guru mata pelajaran (MGMP),musyawarah guru pembimbing (MGP), dan kelompok kerja guru (KKG), diskusi, seminar, lokakarya dan lain-lain.<br /> Kelima, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Hal ini dapat ditingkatkan melaui pendidikan pelatihan. Seperti: musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS), mengikuti diskusi, seminar,dan lokakarya dalam profesinya, menganalisis dan mengkaji berbagai bahan bacaan, serta menelusuri berbagai perkembangan informasi melalui media elektronik.<br /> Keenam, memberi contoh model pembelajaran dan bimbingan konseling (BK) yang baik dengan menganalisis terhadap materi pelajaran (AMP), program tahunan (PT), program semester (PS), dan program pembelajaran (PP), serta mengembangkan daftar nilai peserta didik dan program layanan bimbingan konseling (BK)52<br />b. Kepala Sekolah Sebagai Seorang Manajer.<br /> Siagian (1978) ”manjemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk meperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”53.<br /> Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.<br /> Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber daya oraganisasi dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan54.<br />a. Proses, adalah suatu cara sistematis dalam mengerjakan sesuatu. Sebagai seorang manajer harus bergerak dan mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan<br /> Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah: Pertama, merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan.<br /> Kedua, mengorganisasikan, yaitu kepala sekolah harus mampu menghimpun dan mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber daya materil sekolah. Sebab, keberhasilan sekolah sangat bergantung pada kecakapan dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya yang ada.<br /> Ketiga, memimpin, yaitu kepala sekolah harus mampu mengarahkan dan mempengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan tugas-tugas yang esensial. Dengan menciptakan suasana yang tepat kepala sekolah membantu sumber daya manusia untuk melakukan hal-hal yang terbaik.<br /> Keempat, mengendalikan, dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Apabila terdapat kesalahan pada bagian-bagian yang ada maka kepala sekolah harus memberikan petunjuk dan meluruskannya. <br />b. Sumber daya suatu sekolah, meliputi, dana, perengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan.<br />c. Mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk mencapai tujuan akhir yang bersifat khusus. Tujuan yang sfesifik ini berbeda-beda antara organisasi yang satu dengan organisasi lainnya. Tujuan ini bersifat khusus dan unik, namun manajemen adalah merupakan proses, melalui manajemen tersebut tujuan akan tercapai.<br /><br /><br /><br /><br /> Berdasarkan uraian tersebut, seorang manajer atau seorang kepala sekolah pada hakekatnya adalah seoarang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali55.<br /> Menurut Robert Katz (dalam sergiovani & carver,1980), ada tiga bidang keterampilan manajerial yang perlu dikuasai oleh seorang manajer pendidikan, yaitu keterampilan konseptual (conceptual skill),keterampilan hubungan manusia (human skill), dan keterampilan tehnik (technical skill). Ketiga keterampilan tersebut dipertlukan untuk melaksanakan tugas manjerial secara efektif, meskipun penerapan masing-masing keterampilan tersebut tergantung pada tingkatan manajer dalam organisasi56.<br /> Dalam rangka melaksanakan fungsi dan perannya sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melaui kerja sama atau koorporatif, kemudian memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah57.<br /> Dalam melaksanakan hal-hal diatas, kepala sekolah dapat berpedoman kepada beberapa azas, seperti: <br />a Azas tujuan, yang bertolak dari anggapan bahwa kebutuhan tenaga kependidikan akan harga dirinya mungkin dicapai dengan turut menyumbang pada suatu tujuan yang lebih tinggi.<br /> b Azas keunggulan, yang bertolak pada bahwa setiap tenaga kependidikan membutuhkan kenyamanan, kepuasan dan penghargaan pribadi.<br />c. Azas mufakat, yang bertolak pada keharusan kepala sekolah menghimpun gagasan bersama serta membangkitkan tenaga kependidikan untuk berfikir kreatif dalam melaksanakan tugasnya.<br />d. Azas kesatuan, kepala sekolah harus menyadarai bahwa tenaga kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung jawabnya.<br />e. Azas persatuan, kepala sekolah harus mendorong para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi<br />f. Azas empirisme, kepala sekolah harus mampu bertindak berdasarkan atas nilai dan angka-angka yang menunjukkan prestasi para tenaga kependidikan<br />g. Azas keakraban, kepala sekolah harus berupaya menjaga keakraban dengan para tenaga kependidikan agar tugas-tugas dapat dikerjakan dengan lancar.<br />h. Azas integritas, kepala sekolah harus memandang bahwa peran kepemimpinannya adalah suatu komponen kekuasaan untuk menciptakan dan memobilisasi energi seluruh tenaga kependidikan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin58.<br />C. Kepala sekolah sebagai administrator.<br /> Ada banayak bidang administrasi yang harus di kuasai oleh seorang kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang administrator, baik yang berkenaan dengan adminmistrasi yang bersifat pencatatan, penyususnan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Namun secara lebih terperinci, kepala sekolah harus berkemampuan untuk mengelola kurukulum, administrasi peserta didik, administrasi persolnalia, administrasi sarana dan prasarana, administrasi kearsipan, administrasi keuangan.<br /> Dalam mengelola administrasi kurikulum dapat dibuktikan dalam bentuk penyususnan kelengkapan data tentang pembelajaran, data tentang bimbingan konseling, data tentang kegiatan praktikum, dan kelengkapan data tentang kegiatan belajar peserta didik di perpustakaan59. Dalam pendataan administrasi peserta didik dapat dilakukan dengan penyususnan data administrasi peserta didik, kelengkapan data ektrakulikuler, dan data tentang hubungan sekolah dengan orang tua wali.<br />Sedangkan dalam hal administrasi personalia harus diwujudkan dalam penegembangan kelengkapan data administrasi tenaga pengajar, data tentang administrasi tenaga kependidikan non guru, seperti pegawai tata usaha, pustakawan, penjaga sekolah dan teknisi.<br /> Begitu juga dengan hal yang berkaitan dengan pengelolaan administrasi kearsipan harus ditunjukkan dalam pengembangan data surat masuk, surat keluar, surat keputusan, dan kelengkapan pengemgbanagn surat edaran. Sementara dalam bidang sarana dan prasarana dapat diwujudkan dalam data administrasi tentang gedung, tata ruang, meubeler, alat mesin kantor, buku dan alat laboratorium.<br /> Dalam melakasanakan tugasnya sebagai seorang administrator, kepala sekolah harus dapat menganalisa berdasarkan pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan prilaku, maupun pendekatan situasional. Dalam hal ini kepala sekolah harus bertindak situasional sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.<br /> Meskipun demikian, pada hakekatnya kepala sekolah harus mengutamakan tugas, agar tugas-tugas yang diberikan kepada tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan baik. Disamping berorientasi pada tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para stafnya agar para staf selalu senang menjalankan tugas mereka karena merasa dihargai60.<br />d. Kepala Sekolah Sebagi Supervisor<br /> Tugas kepala sekolah sebagai seorang supervisor adalah untuk mensupervisi kinerja para tenaga kependidikan dalam menjalankan tugas mereka agar kegiatan utama di sekolah yaitu kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efesien.<br /> Dalam melaksanakan kegiatan supervisi, tidak ada salahnya kepala sekolah langsung yang melaksanakan, tetapi dalam sistem pendidikan yang sudah modern sangat diperlukan seorang supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya61<br /> Bidang supervisi pendidikan berusaha memperbaiki cara guru mengajar, car murid belajar,meningkatkan mutu serta menggunakan pelajaran dan sebagainya. Semua itu bertujuan untuk mempertinggi mutu pendidikan dan pengajaran. Usaha0usaha untuk meningkatkan mutu itu dilaksanakan dengan pengawasan dan bimbingan yang teratur. Seorang supervisor bekerja sama dengan para guru, tugasnya adalah membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya dikelas. Guru-gurupun akan berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu pelajarannya demi perkembangan jabatan dan karier masing-masing62. <br /> Tugas pengawasan dan penggendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam menjalankan tuagasnya.<br /> Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan beberapa prinsip. Diantaranya: hubungan konsultatif, kolegal dan bukan hirarkhis. Dilaksanakan secara demokratis, berpusat pada guru, dilakukan berdasarkan kebutuhan guru, dan merupakan bantuan profesional. <br /> Kegiatan supervisi ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran. Cara-cara ini adalah cara-cara yang efektif yang dapat di praktekkan kepala sekolah.<br /> Dalam hal diskusi kelompok harus melibatkan para guru, dan bisa juga melibatkan tenaga administrasi, hal ini berfungsi untuk memecahkan masalah yang ada dan berusaha untuk mencapai suatu keputusan bersama.<br /> Kunjungan kelas adalah cara yang sangat efektif untuk mendapatkan data langsung dillapangan. Dalamn kegiatan ini kepla sekolah dapat melihat langsung bagaimana profesionalisme seorang guru dalam mengajar, baik cara penyampaiannya maupun penentuan metode pembelajarannya63.<br /> Kunjungan kelas ada tiga macam. Pertama kunjungan yang diberitahukan terlebih dahulu. Kedua, kunjungan secara tiba-tiba. Ketiga kunjungan atas undangan guru tertentu. Selama kunjungan kelas, kepala sekolah mengambil tempat dibelakang kelas dan mengamati hal yang terjadi dari dekat. Supervisor tidak boleh mengganggu guru ketika sedang bertugas64. <br /> Pembicaraan individual adalah tehnik kepala sekolah memberikan konseling kepada para guru baik yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran maupun yang menyangkut dengan profesionalisme guru. Tehnik ini sangat tepat terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang menyangkut pribadi tenaga kependididkan.<br />Simulasi pembelajaran adalah tehnik supervisi yang berbentuk demontrasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah sehingga para guru dapat menganalisa penampilan kepala sekolah untuk menjadi bahan eveluasi dan introspeksi dirinya65.<br />e. Kepala Sekolah Sebagai Leader<br /> Kemampuan yang harus dimilki kepala sekolah sebagai seorang leader dapat di analisis dari kepibadiannya, pengtehuannya terhadap peserta didik, visi dan misi sekolahnya, kemampuannya mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.<br />Kepribadian kepala sekolah akan tercermin dari sifat-sfatnya yang jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko, dan keputusan, berjiwa besar, emosinya stabil, dan dapat dicontoh.<br /> Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuannya memahami kondisi tenaga kependidikan baik guru maupun non guru, memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, mau menerima masukan, saran, kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.<br /> Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari kemampuannya untuk mengembangkan visi sekolah, mengembangkan misi sekolah, dan melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi kedalam tindakan.<br /> Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemampuannya dalam mengambil keputusan bersama tenaga kependididkan di sekolah, mengambil keputusan untuk kepentinagn internal sekolah, dan mengambil keputusan untuk kepentingan ekternal sekolah.<br /> Kemampuan berkomunikasi akan nterlihat dari kemampuannya untuk berkomuinikasi secara lisan dengan seluruh tenaga kependididkan, menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, berkomunikasoi secara lisan kepada peserta didik, orang tua wali, dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah66.<br /> Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader, kepala sekolah dapat di analisis sifat kepemimpinannya, yakni kepemimpinan demokratik, otoriter, laissez- faire. Ketiga sifat kepemimpinan tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang leader sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul secra situasional. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai seorang leader bisa saja bersifat otoriter, demokratik ataupun laissez faire. Adakalanya kepala sekolah bersifat demokratik akan tetapi keadaan yang menuntutnya untuk bersifat otoriter maka sifat otoriter itulah yang lebih cepat digunakan dalam pengambilan keputusan.<br /> Dengan dimilikinya ketiga sifat tersebut oleh seorang kepoala sekolah sebagai leader, maka dalam menjalankan roda kepemimpinannya di sekolah, kepala sekolah dapat menggunakan strategi yang tepat, sesuai dengan tingkat kematangan para tenaga kependididkan dan kombinasi yang tepat antara prilaku tugas dan prilaku hubungan., strategi tersebut dapat dilaksankan dengan gaya mendikte, menjual, melibatkan dan mendelegasikan.<br /> Gaya mendikte dapat di gunakan ketika para tenaga kependididkan berada dalam tingkat rendah, sehinga perlu petunjuk dan serta pengawasan langsung, gaya menjual dapat digunakan ketika kondisi tenaga kepndidikan berda dalan taraf rendah sampai moderat, sehingga mereka telah memiliki kemauan meningkatkan profesionalismenya tetapi tidak didukung oleh kemampuan yang memadai. Gaya melibatkan digunakan ketika tenaga kependidikan berada pada taraf kematangtan moderat sampai tinggi. Ketika mereka mempunyai kemampuan tetapi belum memiliki kemauan kerja dan kepercayaan diri dalam meningkatkan profesionalismenya. Gaya mendelegasikan dapat digunakan ketika para tenaga kependididkan memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghadapi persoalan dan punya kemauaan untuk meningkatkan profesionalismenya67.<br />f. Kepala sekolah sebagai innovator.<br /> Dalam melaksanaka tugas dan fungsinya sebagai seorang innovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenagfa kependidikan sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.<br /> Kepala sekolah yang innovatif akan tercermin dari cara-cara ia melakukan kegiatan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptabel dan fleksibel.<br /> Kontruktif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kepenmdidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga kependidikan.<br /> Kreatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan kepala sekolah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dilakukan agar para tenaga kependididkan dapat memahami apa-apa yang disampaikan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang ditetapkan.68<br /> Delegatif, dimaksudkan bahawa kepala sekolah berusaha mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan, serta kemampuan masing-masing.<br /> Integratif, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menhgahasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efesien dan produktif69. <br /> Rasional dan objektid, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus beruaha bertindak berdasrkan pertimbangan rasionalitas dan objektifitas<br /> Pragmatis, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha mentapkan kegiatan atau target berdasrkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan serta kemampuan yang dimiliki oleh sekolah.<br /> Keteladanan, dimaksudkan bahawa dalam meniongkatkan profesinalisme tenaga kependidikan kapala sekolah harus memberikan keteladan yang baik dan agar bisa dicontoh oleh mereka.<br /> Adaptasi dan fleksible, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksible dalam menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan memudahkan tenaga kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya70.<br />g. Kepala sekolah sebagai motivator<br /> Sebagai motivator, kepala sekolah harus mempunyai strategi yang tepat untuk memotivasi para tenaga kependidikan dalam menjalankan tugasnya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan dengan beberapa cara: <br /> Pertama, pengaturan lingkungan fisik, yang mencakup ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan, laboratorium, serta lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan.<br /> Kedua, pengaturan suasana kerja, dengan cara menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan para staf serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan.<br /> Ketiga, disiplin. Ada beberapa langka yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan para tenaga kependidikan yaitu: membantu para tenaga kependidikan mengembangkan pola prilakunya, membantu tanaga kependidikan dalam meningkatkan standar prilakunya, dan melaksanakan semua aturan yang telah disepakati71.<br /> Keempat, dorongan, kepala sekolah harus mengetahui keadaan psikis setiap individu tenaga kependidikan, semuanya tidak sama. Semua butuh perhatian yang berbeda-beda pula agar bisa mendorong dia agar selalu termotivasi melaksanakan tugasnya. Dorongan itu bisa dilakukan dengan cara membuat kegaiatan disekolah selalu menarik dan mengasyikkan bagi mereka.<br /> Kelima, penghargaan, hal ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan profesionalisme dan mengurangi kegiatan yang tidak produktif dari para tenaga kependidikan. Pelakasanaan penghargaan dapat dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga mereka memiliki peluang untuk meraihnya72.<br />3.Kompetensi Kepala Sekolah Yang Berkualitas<br /> Istilah kompetensi berasal dari bahasa inggris ”competency” yang berarti kecakapan, kemamapuan dan wewenang. Seseorang dinyatakan berkompeten dibidang tertentu jika mempunyai kecakapan bekerja sebagai suatu keahlian selaras dengan bidangnya.<br /> Kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan disyaratkan menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung pelaksanaan tugasnya73.<br /> Sahertian (1992) mengartikan kompetensi sebagai kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Hal senada diungkapkan oleh Supandi (1990) bahwa kompetensi adalah seperangkat kemampuan untuk melakukan suatu jabatan dan bukan semata-semata pengetahuan saja.<br /> Dengan demikian kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kepala sekolah dalam kebiasaaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkan menjadi kompeten atau berkemampuan dalam mengambil keputusan tentang penyediaan, pemamfaatn dan peningkatan potensi sumberdaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah74.<br /> Beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekoilah dalam menjalankan tugasnya adalah:<br />a. Kompetensi merumuskan visi.<br /> Vivsi merupakan pernyataan tujuan organisasi, sebuah masa depan organisasi yang lebih baik , lebih berhasil karena visi merupakan kunci energi manusia, kunci atribut pemimpin dan pembuat kebijakan.<br /> Perumusan visi merupakan tugas pimpinan pada tingkat atas, jika dalam satuan prendidikan maka kepala sekolah yang berkewajiban merumuskan visi sekolah. Dalam perumusan visi kepala sekolah harus memahami elemen visi kepemimpinan dan manajemen sekolah. <br /> Calwell dan Spinks(1993) mengemukakan bahwa visi kepemimpinan dan manajemen sekolah tahun 1990-an memiliki empat elemen. Pertama, concept of self management, artinya visi harus menuju konsep pengelolaan sendiri menurut kebutuhan sekolah dan masyarakat. Kedua, pentrukturan sistem sekolah, artinya visi harus mengarah ke bentuk organisasi baru dengan mengadaptasikan peraturan, hubungan dan tanggung jawab sebagai kenyataan budaya berkelanjutan. Ketiga, ciri-ciri pengajaran sebagai suatu profesi, artinya visi diarahkan pada suatu peningkatan profesionalisme yang belum pernah terjadi sebelumnya di sekolah negeri sebagaimana profesi bidang hukum dan kesehatan75.<br />b. Kompetensi merencanakan program.<br /> Handoko (1992) mengemuklan bahwa, perencanaan adalah pemilihan sekumnpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya tentang apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa pelakasanaannya.<br /> Kompetensi kepala sekolah dalam merencanakan program meliputi kemampuan dalam menetapkan tujuan-tujuan sekokah yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan pendidikan dan masyarakat, menetapkan keadaan pendidikkan saat ini pada suatu masyrakat tertentu, merumuskan progran khusus tentang tujuan-tujuan bagi sekolah, dan menetapkan rangkaian tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan,mewujudkan rencana menjadi tindakan, secara rutin mengadakan penilaian terhadap pencapaian program, dan merencanakan kembali jika hasil penilaian menyatakan bahwa standar yang diinginkan belum tercapai76.<br />c. Kompetensi membangun komunikasi.<br /> Upaya membina komunikasi tidak sekedar untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi guru dan karyawan, tetapi yang lebih penting adalah setiap personil sekolah dapat bekerja dengan tenang, penuh kesadaran, dan motivasi untuk berprestasi. Dengan terciptanya komunikasi yang baik, maka guru, karyawan dan kepala sekolah terlibat secara aktif dalam program sekolah.<br /> Mengingat peranan komunikasi yang sangat penting untuk mengkoordinasikan sumberaya sekolah dan penyampaian pesan program atau kebijakan sekolah,maka kepala sekolah perlu memperhatikan hal-hal sepreti: Memberi kesempatan kepada guru unutk mengemukakn pendapat sehingga terjalin komunikasi dua arah, berperan sebagai pengarah atau pengatur pembicaraan dan perantara pengambil keputusan, tidak memaksa kehendak dan menciptakan suasana yang penuh persahabatn, mengembangkan kebiasaan diskusi terbuka serta memberi kesempatan pada guru untuk berani mengambil keputusan yang terbaik dalam melaksanakan tugas77.<br />d. Kompetensi hubungan masyrakat dan kerja sama<br /> Untuk meningkatkan pelayanan sekolah diperlukan dukungan masyarakat melalui gagasan yang dapat melipatgandakan partisipasi. Karena itu kepala sekolah melalui bidang humas perlu menggalang sumber daya masyarakat untuk membangaun lembaga independen (dewan sekolah/ komite sekolah) untuk menampung masukan dan sumber dana masyarakat yang diperlukan untuk penyusunan, pelaksanaan, dan pembiayaan program sekolah.<br /> Untuk melibatkan masyarakat, kepala sekolah harus memilki kemapuan untuk memfasilitasi pertemuan-pertemuan dengan anggota masyarakat. Pertemuan berkaitan dengan penyusunan program sekolah, evaluasi program yang telah dilaksanakan, atau dalam rangka pertanggungjawaban komite sekolah78.<br />e Kompetensi mengelola sumberdaya manusia<br /> Pengelolaan sumber daya manusia berkaitan denga keefektifan organisasi sekolah. Dikemukakan oleh Soetopo (2000:113) bahwa organisasi dikatakan efektif jika organisasi itu mempu mengambil keuntungan dari situasi lingkungan dan memberdayakan sumber-sumber agar bermamfaat. Dengan demikian, keberhasilan suatu sekolah terletak pada kemampuan pimpinan dalam mengelola semua sumberdaya yang tersedia termasuk pemberdayaan masyarakat sekitar79.<br /> Untuk penyediaan dan pemamfaatan sumber daya manusia secara efektif dan efesien, tugas pertama kepala sekolah adalah menganalisis jabatan dalam konteks rencana atau tujuana jangka panjang. Sebagaimana dikemukakan oleh Meginson, Frankin, dan Byrd (1995) bahwa proses analisa jabatan akan menghasilakn dua hal. Pertama, pengembangan deskriftif jabatan yang meliputi identifikasi jabatan, ringkasan jabatan, tugas dan tanggungjawab. Kedua, pengembangan spesifikasi jabatan, meliputi identifikasi keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan karakteristik personal yang disyaratkan dalam melaksanakan jabatan80.<br />f. Kompetensi pengambilan keputusan<br /> Dikemukakan oleh Stoner dan Freeman (1994), bahwa pengambilan keputusan merupakan proses mengidentifikasi dan memilih cara bertindak menghadapi suatu masalah atau memamfaatkan suatu peluang81.<br /> Lebih lanjut dikemukakan oleh Siagian (1989) pengambilan keputusan adalah pendekatan yang sistematis terhadap masalah yang dihadapi. Pendekatan sistematis yang dimaksud adalah menyangkut pengetahuan tentang hakekat suatu masalah yang dihadapi, pengumpula data dan fakta yang relevan dengan masalah, analisa masalah, mencari alternatif pemecahan, menganalisa setiap alternatif sehingga ditemukan alternatif yang paling rasional dan penilain hasil yang dicapai sebagai akibat keputusan yang diambil.<br /> Keberhasilan kepala sekolah dalam mengambil keputusan sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai yang dianut oleh warga sekolah serta tinggi rendahnya keyakinan mereka terhadap kemampuan oraganisasi dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Dengan kata lain, apabila personil sekolah merasa yakin terhadap kemampuan sekolah ,maka tugas kepala sekolah untuk mengambil keputusan akan lebih mudah. Akan tetapi bila personil marasa pesimis, bersikap apatis, maka tugas pengambilan peputusan akan menjadi lebih sulit82.<br />g. Kompetensi mengelola konflik<br /> Keberadaan konflik dalam organisasi tidak dapat dihindarkan. Dengan kata lain bahwa konflik akan selalu ada dalam perjalanan organisasi. Konflik dalam kondisi tertentu mampu mengidentifikasi sebuah proses pengelolaan lingkungan dan sumberdaya yang tidak berjalan dengan efektif, mempertajam gagasan, bahkan dapat memperjelas kesalahpahaman83.<br /> Dalam kehidupan yang dinamis antar individu dan antar komunitas baik dalam organissasi maupun dalam masyarakat yang majemuk , konflik akan selalu terjadi manakala saling berbenturan kepentingan. Konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses interaksi sosial dimana dua oarang atau lebih berbeda atau bertentangan dalam tujuan dan pendapat mereka84.<br /> Dalam keadaan seperti ini , maka kepala sekolah harus bisa memahami akar peneyebab terjadinya konflik, dan mampu menjadikan semuanya sebagai bahan koreksi terhadap kinerja semua lini dalam organiasi agar menjadi bahan pertimbangan dimasa yang akan datang.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br /><br />A. METODE PENELITIAN<br />1 Jenis Penelitian<br />Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripskan suatu proses kegiatan ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (PPH) dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang meliputi upaya-upaya srtategis dalam menyeleksi, menempatkan, dan memberdayakan. Kemudian mendeskripsikan kendala-kendala sekaligus bagaiman solusinya. Berdasarkan apa yang terjadi di lapangan dengan menggunakan pendekatan fenomenologis dan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dilapangan dan dilakukan dengan berbagai metode yang ada85<br />Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaah dokumen. Metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, metode ini lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataaan yang bersifat jamak. Kedua, metode ini menyajikan langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responen. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.86 <br /> Dalam penelitian ini peneliti berusaha memusatkan perhatian pada proses obyek yang diteliti daripada hasil. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa hubungan antara bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih luas bila diamati dalam proses.87 <br />2. Subyek Penelitian<br /> Subyek penelitian adalah merupakan benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan88<br /> Adapun yang menjadi subyek dari penelitian ini adalah ketua yayasan, para jajaran dan staf, dan orang-orang yang berpengalaman dalam proses peningkatan kualitas kepemimpinan kepala sekolah walaupun mereka sudah tidak aktif dalam yayasan terebut.<br />3. Responden Penelitian<br /> Reponden penelitian adalah orang yang dapat merespon dan memberikan informasi tentang data penelitian.89<br /> Responden penelitian ini adalah ketua yayasan, para staf dan jajaran serta orang-orang yang berpengalaman dalam lembaga tersebut walaupun sudah tidak lagi aktif sebagai pegawai resmi ( para pensiunan).<br />4. Sumber dan Jenis Data.<br />a. Sumber Lisan.<br /> Kata-kata atau tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video, pengambilan foto atau film.90<br /> Dalam penelitian ini yang menjadi sumber lisan adalah data yang berupa kata-kata atau keterangan ketua lembaga, para staf dan orang-orang yang berpengalaman dalam lembaga ini.<br />b. Sumber Tertulis.<br /> Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan adalah sumber kedua, namun tidak bisa diabaikan. Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.91<br /> Sumber tertulis dalam poenelitian ini adalah data-data yang diambil dari dokumen lembaga tentang profil lembaga dan perkembangannya. Informasi tertulis dari arsip tentang strategi ketua dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah seperti data kepala sekolah, syarat dan ktriteria-kriteria menjadi kepala sekolah, biografi kepala sekolah, dan bukti-bukti tertulis proses pemberdayaan kepala sekolah seperti jadwal pelatihan atau training kepala sekolah serta dokumen-dokumen resmi lainnya yang berkaitan.<br />5. Prosedur Penelitian.<br />a. Tahap Persiapan<br /> Pada tahap ini, peneliti melakukan penyususnan panduan wawancara untuk selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam proses penelitian.<br />b. Tahap Pelaksanaan<br /> Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data melalui dua cara, yaitu wawancara dan dokumentasi.<br />c. Tahap Penyelesaian<br /> Pada tahap ini merupakan tahapan terakhir, yaitu mengorganisir data dari hasil wawancara dan dokumentasi untuk kemudian memberikan analisa data dan menyimpulkannya. <br />6. Tehnik Pengumpulan Data. <br /> Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa tehnik pengumpulam data antara lain:<br />a. Wawancara ( Interview) <br /> Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topk tertentu.92<br /> Dalam wawanacara ini peneliti menggunakan jenis wawancara terbuka yang para subyeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara tersebut.93<br /> Nara sumber wawancara ini adalah ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (PPH), beberapa staf dan orang-orang mengerti dengan lembaga ini seperti mantan pengurus atau ketua dari lembaga ini. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang strategi ketua PPH dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah SD Integral Lukman Al-Hakim Surabaya.<br />b. Dokumentasi <br /> Dokumentasi adalah suatu kegiatan pengambilan data dari dokumen. Dokumen itu sendiri berarti catatan peristiwa masa lalu baik yang berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya menumental dari seseorang.94<br />Lebih lanjut dijelaskan oleh Iskandar (2009), bahwa dokumentasi adalah penelaahan terhadap refrensi-refrensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah dokumen pribadi, dokumen resmi, refrensi-refrensi, foto-foto, dan rekaman kaset95<br /> Adapun dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen notulen rapat, daftar nama-nama kepala sekolah beserta identitas dirinya, termasuk juga profil lembaga serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan.<br />7.Instrumen Pengumpulan Data<br /> Instrumen pengumpulan data adalah alat untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini, peneliti membutuhkan insrtumen yang tidak bisa terlepas dari proses pengumpulan data tersebut. Adapun instrumen yang dibutuhkan dalam jenis pengumpulan data melalui wawancara adalah<br />a. Peneliti<br /> Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, faktor manusia merupakan faktor utama dalam pngumpulan data, sebab peneliti terjunlangsung dalam penelitian ini, sehingga peneliti adalah instrumen utama dalam penelitian ini.<br />b. Pedoman wawancara.<br /> Pedoman wawancara adalah salah satu instrumen pengumpulan data yang berisi sejumlah pertannyaan yang akan diajukan kepada ketua PPH dan staf yang bisa memberikan keterangan kepada peneliti untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian.pedoman wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan strategi meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang meliputi: latar belakang meningkatkan kulaitas kepemimpinan kepala sekolah, tujuan dan mamfaat meningkatkan kualitas kepala sekolah, waktu pelaksanaan strategi, dan strategi-strategi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah.<br />c. Cheklist dokumentasi.<br /> Dalam penelitian yang mengunakan tehnik pengumpulan data berupa dokumentasi, maka untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan dokumen, peneliti menggunakan cheklist dokumentasi yang berisikan sejumlah variable yang dibutuhkan peneliti.<br />8. Jadwal Penelitian<br /> Dalam pelaksanaan pengumpulan data, penelitian ini akan dikerjakan selama 3 minggu, terhitung mulai tanggal 1 juni sempai dengan 15 juni 2010 di Yayasan Pondok Pesantren Hidatullah (PPH) Surabaya. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Adapun wawancara, akan dilaksanakan berdasarkan kesempatan nara sumber dan peneliti dalam kurun waktu dari tanggal 1 juni sampai dengan tanggal 13 juni 2010. Adapun dokmentasi akan peneliti laksanakan pada tanggal 14-15 juni 2010.<br />9. Tehnik Analisa Data<br /> Untuk menarik kesimpulan dari data-data yang telah dihasilkan melalui penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa data kualitatif dengan pendekatan induktif. Hal ini berarti bahwa peneliti berangkat dari fakta/ informasi/ data empiris dalam mengembangkan teori. Selanjutnya peneliti mengorganisasikan data, kemudiam memilah-milahnya sehingga menjadi satuan yang dapat merumuskan apa yang dapat dijabarkan pada orang lain.M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-84215159701404827122010-06-11T19:22:00.000-07:002010-06-11T19:23:15.574-07:00TINJAUAN MENYELURUH DAN IMPLIKASINYAA.Pendahuluan <br />Secara historis tujuan awal diciptakannya manusia adalah untuk menjadi abdun dan khalifah Allah fi al-ard, berupa kepercayaan dan tanggung jawab (amanah) yang paling berat buat manusia, berupa kepercayaan akan tanggung jawabnya untuk mengatur ekosistem dunia, sesuai dengan kehendak dan maksudnya.1 <br />Walaupun sempat terjadi protes dari malaikat namun proses pendelegasian amanah mulia ini tidaklah gagal, sebagaimana disebutkan dalam firmannya: “ khalifah." Mereka berkata, "Adakah Engkau akan menciptakan orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, sedang kami menyanjung dengan memuji-Mu dan memanggil Engkau Suci?" Dia berkata, "Sesungguhnya Aku lebih tahu apa yang kamu tidak tahu.2 Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, "Aku akan menciptakan di bumi. <br />Sehubungan dengan urgensi keberadaan kepemimpinam kepala sekolah, maka dalam Islam baik secara fitrah maupun syariah eksistensi seorang pemimpin merupakan suatu hal yang wajib, sebagaimana wajibnya kaum muslimin berhimpun dalam jama'ah. Menyadari pentingnya persoalan ini, maka khalifah kedua Umar Bin Khatthab RA. berkata: “Tidak ada Islam tanpa jama'ah dan tidak ada jama'ah tanpa pemimpin dan tidak ada pemimpin tanpa ketaatan.”3<br />Maka dari itu kami mencoba pada kesempatan yang tersedia ini untuk membahas tentang tinjauan menyeluruh dan implikasi kepemimpinan kepala sekolah yang akan dapat menjadi gambaran dan perhatian untuk berjalannya roda kepemimpinan kepala sekolah yang harmonis.<br /><br /><br /><br /><br />B. Substasi Atau Isi Pokok<br />Substansi secara total dapat diklasifikasikan menjadi empat macam kategori:<br />1)Masalah kepemimpnan dan organisasi yang ditinjau dari kaedah-kaedah <br /> teoritik<br />2)Profil kepala sekolah yang diuraikan menurut tugas dan fungsi, serta keberadaan sekolah sebagai birokrasi, sistem sosial, sistem terbuka, agen perubahan, dan sekolah sebagai wawasan wiyatamandala<br />3)Mengungkap tanggung jawab kepala sekolah aqlam pembinaan terhadap program pengajaran, kesiswaan, staf, anggaran belanja, sarana dan prasarana sekolah, serta pembinaan hubungan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat<br />4)Usaha pembinaan kualitas kepemimpinan kepala sekolah.4<br />Kategori pertama, kepemimpinan dan organisasi ditinjau dan dikembangkan dari studi para cendikiawan dengan hasil-hasil karyanya, seperti Gary A.Yukl, Leadership in organization (1968 ) ; James M. Lipham cs, The principalship, Concepts, Competencies, and cases, ( 1985 ) ; Paul Hersey cs,. Management of organizational Behavior; Utilizing Human Resuorces (1977 ) ; Fre E, Feldler cs., Leaderhip and Effective Management (1975).; Willam B. Castatter, The personel funcntion in Educatonal Administration ( 1986).5<br />Kategori kedua, profil kepala sekolah dan keberadaan sekolah. Betapa luas, penting dan strategis peranan kepala sekolah dalam lingkungan sebuah sekolah, disamping peranannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah juga berfungsi sebagai seorang pejabat formal, sebagai manajer, sebagai pendidik dan sebagai staf. Masing-masing telah diuraikan secara jelas tentang tugas pokok serta ciri-cirinya yang berbeda-beda dengan yang lain.6<br />a.Peranan kepala sekolah sebagai staf:<br />Memberikan ketegasan bahwa jabatan kepala sekolah adalah suatu jabatan hirarkis, subordinated pada jabatan yang lebih tinggi, sehingga diamping struktural tertinggi ditingkat sekolah, jabatan kepala sekolah merupakan jabatan yang bertanggung jawab untuk membantu atasan, jabatan yang tidak memiliki kewenangan untuk memberkan keputusan atau instruksi.<br />b. Karena kedudukannya sebagai staf, kepala sekolah terikat untuk loyal, dalam arti melaksanakan, mengamankan perintah dan kebijaksanaan atasan ikut memecahkan permasalahan yang dihadapi pimpinan.7<br /> Kategori ketiga, yaitu tanggung jawab kepala sekolah tentang pembinaan terhadap program pengajaran, sumber daya manusia, sumber daya material dan pembinaan terhaap hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat. <br />Pada kategori ketiga ini seluruh kekuatan kepala sekolah dituntut meraih keberhasilan sekolah. Dengan demikian, keberhasilan sekolah tidak hanya bermuara pada tercapainya program pengajaran, melainkan selurh sasaran pembinaannya yang mencakup sumber daya manusia, sarana dan hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat harus dapat diraih secara seimbang. <br />Kategori keempat, adalah usaha pembinaan kualitas kepemimpinan kepala sekolah.<br />Ada beberapa cara untuk melakukan pembinaan kualitas kepemimpinan kepala sekolah, yakni melalui seleksi, pengangkatan dan penempatan, pendidikan dan pelatihan dan evaluasi terhadap penampilan kepala sekolah.<br />Agar pembinaan kepemimpinan kepala sekolah dapat berhasil dengan baik, lebih dahulu perlu ditentukan atau diambil langkah-langkah, seperti rumusan kepemimpinan kepala sekolah, tugas pokok dan fungsi kepala sekolah, kemampuan yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, kriteria keberhasilan kepala sekolah, serta kemampuan khusus yang diperlukan dan ada kalanya yang paling penting yaitu penguasaan wawasan atau cakrawala pandang yang diperlukan khususnya dalam rangka kerja sama dengan lingkungan mayarakat serta kemampuan mengikuti dan mengantisipasikan perkembangan ilmu dan tegnologi serta situasi diluar sekolah.8<br />Disamping dari pada itu sebagai penunjang keberhasilan pembinaan kepempinan kepala sekolah paling tidak ada tiga tantangan yang perlu diantisipasikan dan dihadapi yaitu kesiapan sumber daya manusia, sarana, dan prasarana serta perangkat piranti dan pengorganisasian. Sehingga usaha peningkatan kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat terlaksana secara terancana, terkoordinasi, efisien dan efektif.<br />Disisi lain juga memerlukan kesiapan sumber daya manusia yang akan dilibatkan dalam pemantauan jabatan kepala sekolah yang kosong, penyaringan, penentuan calon, maupun mereka yang dapat tugas untuk melakukan evaluasi terhap penampilan kepala sekolah, yaitu para aparat ditingkat kecamatan, kabupaten, / kota madya, kantor wilayah dan aparat dari tingkat pusat.9<br />Usaha peningkatan kualitas kepemimpnan kepala sekolah sebagai salah satu kekuatan sumber daya manusia tidak sederhana. Dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah tidak mungkin dapat dilaksanakan oleh suatu unit tertentu, tanpa melibatkan kerja sama, koordinasi dengan unit-unit kerja yang relevan.<br />C. Koordinasi Dan Kerja Sama<br />Dalam memperdayakan segala sumber daya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, perlu diadakan pembagian tugas, pengelompokan sumber daya manusia kedalam suatu kesatuan kerja (unit kerja). Hubungan kerja baik yang bersifat koordinatif maupun subordinatif masih ada lagi usaha lain yang bersifat mengatur, semua dilakukan agar proses kegiatan dalam mencapai tujuan dilaksanakan dengan seefektif mungkin tanpa adanya pertentangan, konflik perbedaan-perbedaan persepsi yang membahayakan kepentingan organisasi yang lebih luas.10 <br />Betapa pentingnya peranan koordinasi dalam koordinasi mendorong lahirnya para pakar untuk melihat lebih tajam tentang koordinasi dari berbagai dimensi pengertian, tujuan, peranan dan permasalahan yang dihadapi oleh koordinasi.<br />Salah satu sumber pengertian tentang koordinasi dalam kamus lmiah populer adalah penyesuaian atau penyelerasan.11 Dalam buku sanri jilid II menyebutkan bahwa koordinasi dalam pemerintahan, pada hakekatnya: <br />”Upaya memadukan (mengintegrasikan), menyerasikan, menyelaraskan berbagai kepentingan dan kegiatan yang saling berkaitan kegiatan segepa gerak, langkah dan waktunya dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran kerja sama.” 12<br /> Dari definisi di atas dapat diambil dan dikaji beberapa hal:<br />1.Penting dan perlunya koordinasi; agar dalam suatu organisasi tercipta keselarasan tindakan, kesatuan usaha, kesesuaian dan keseimbamgan antara unit kerja. <br />2.Tujuan koordinasi, agar tujuan bersama suatu organisasi dapat dicapai.<br />3.Peranan koordinasi, apabila koordinasi dapat dilakukan dengan baik dalam suatu organisasi, maka dapat dikendalikan hal-hal barikut seperti:<br />a)Timbulnya konflik/ hubungan yang bersifat antagonis <br />b)Terjadinya persaingan, kompetesi yang tidak sehat<br />c)Mencegah hal-hal yang bersifat pemborosan<br />d)Perbedaan persepsi, pendekatan dan pelaksanaan,<br />e)Sikap egoisme sektoral. <br />Ada beberap problema yang menarik untuk diperhatikan:<br />1.Anggapan rasa pihak tertentu, bahwa organisasinya mempunyai peran yang lebih tinggi, tingkat kekuatan sumber daya manusianya dirasakan lebih baik<br />2.Anggapan pihak tertntu, bahwa organisasi induknya dirasakan sebagai sumber segala-galanya, sehingga merasa enggan untuk berkoordinasi<br />3.persepsi salah terhadap arti koordinasi, sehingga ide yang timbul dari pihak tertentu dirasakan sebagai suatu perintah.<br />4.Anggapan yang salah dari pihak tertentu, bahwa organisasinya dirasakan yanag perlu melakukan koordinasi.<br />Departemin pendidikan dan kebudayaan apabila dibandingkan dengan departmn-departemin yang lain merupakan departemin yang besar, dalam atri memiliki jumlah pegawai negeri sipil yang paling banyak, sebab 75 % adalah pegawai negeri sipil Republik Indonesia berada didepartemn pendidikan dan kebudayaan. Departemn pendidikan dan kebudayaan mempunyai tugas pokok dan fungsi yang sangat konfleks. Sebab tidak hanya bertanggung jawab dalam masalah pendidikan dari tingkat dasar, sama kepergurusan tinggi, juga bertanggung jawab dalam masalah pengelolaan kebudayaan, dan segala dimensi didalamnya. Akibatnya sebaga organisasi yang besar, didalmnya terdapat uot kerja baik dipusat maupun didaerah yang beragam dilihat dari bidang tugas, sifat tugas dan tuntutan tugas.<br />Bagi Bangsa Indosesia yang sedang melakukan pembangunan nasional, makna suatu sekolah adalah sebuah lembaga yang didalamnya diselenggarakan proses belajar mengajar yang berfungsi: mencerdaskan kehidupan bangsa, mempersiapkan tenaga kerja dalam proses industrialisasi dan menanamkan penguasaan IPTEG menjelang tegnolgi.<br />Melihat keberadaan seorang kepala sekolah baik sebagai PNS, tenaga fungsional, maupun sebagai unsur pimpinan, tergambar satu mata rantai yang panjang tentang pengolaan jabatan yang meliputi: Identifikasi, rekrutmen, seleksi, dan penentuan, diklat, pengangkatan dan penempatan, orientasi dan sosialisasi, pembinaan dan pengembangan, evaluasi dan karier.<br />Kepala sekolah adalah jabatan pimpinan, yaitu tenaga fungsional guru yang diberi tugas, tanggung jawab untuk memimpin suatu sekolah. Sedangkan sekola sendiri adalah Suatu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah pembinaan unit utama yang berfungsi dan bertanggung jawab dalam kebijaksanaan pendidikan dasar dan menengah, dan secara oprasional UPT dilaksanakan diwilayah tertentu dibawah koordinasi kantor wilayah<br />Proses pengelolaan jabatan kepala sekola memerlukan keterlibatan atau koordinasi antar unit yang berfungsi memberikan pelayanan, unit utama yang bertanggung jawab dalam penentuan kebjaksanaan kependidikan dasar dan menengah diantarnya:<br />1.Unet utama yang berperan memberikan pelayanan, (fungsi administratif) berkepentingan untuk menetukan berbagai standar pembukuan, spesifikasi, dan kualifikasi jabatan kepala asekolah, berbagai format dan instrumen identifikai, rekrutmen, seleksi dan penentuan Diklat aministrasi dan manajemen, evaluasi dan motasi serta pemberhentian.<br />2.Unit utama, yang bertanggung jawab dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan dasar dan menengah, berkepentingan untuk merencanakkan dan melaksanakan terpenuhnya kebutuhan, spesifikasi dan kualifikasi jabatan, pembinaan dan pengembangan, mutasi dan pemberhentian kepala sekolah.<br />3.Unit kantor wilayah, yang lebih banyak terlibat dalam rekrutmen, identifikasi sampai pada tahap pemberhentian jabatan kepala sekolah.<br />D.Evaluasi Tindak Lanjut<br /> Evaluasi tindak lanjut (follow up evaluation) sebaga usaha tindak lanjut untuk mengetahui perubahan perilaku seseorang alumni yang telah atau baru saja selesai mengitkuti program pelatihan, hubungannya dengan program pelatihan kepala sekolah, evaluasi tindak lanjut untuk memperoleh kepastian apakah para alumni pelatihan kepala sekolah membawa perubahan positif terhadap sekolah, bawahan lingkungan, serta perubahan pada diri para alumni itu sendiri.<br />Ada empat responden, sebagai sumber pemmbinaan terhaqdap evaluasi tindak lanjut, yaitu:<br />1.Atasan kepala sekolah (penilik, pengawas, kakancam, kakandep kabupaten / kota madya, kanwil.). Sasaran yang dijaring berkisar perubahan positif yang menyangkut pola pikir, sikap, prilaku, disiplin, loyalitas, dan produktivitas kerja, kemampuan, penerapan ilmu yang telah diperoleh selama pelatihan yang tercermin pada :<br />A set of personnal caracterrestic, bagaimana pola pikir, sikap dan perilaku kepala sekola dalam proses kegiatan terhadap tugas ( task oriented ), bawaan (relation ship oriented)dan produksi (effictiviness).<br />Process, bagaimana metode, strategi pendayagunaan sumber daya yang ada secara optimal, suasana kerja, serta prosedur yang ditetapkan dalam mencapai tujuan.<br />Products, bagaimana hasil yang dicapai, apaka benar-benar sesuai rencana, prosedur aturan-aturan yang berlaku, yaitu diraihnya equalibrium antara kepentingan sekolah dengan harapan sumber daya manusia (bawahan).<br />2.Bawahan, yang berkisar hal-hal yang berkaitan dengan perubahan positif, seperti motivasi, semangat kerja sama, disuiplin sebagai akibat atau pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah yang berorientasi pada tugas, hubungan kerja sama dan produksi.<br />3.Sesama kepala sekolah dan masyarakat, menyangkut peningkat kemampuan dan kemauaqn bekerja sama, koorinasi keterbukaan dan hubungan kerja sama yang lebih akrab dengan masyarakat. <br />4.Kepala sekolah sebagai alumni, pertanyaannya berkisar relevansi positif pelatihan baik menyangkut struktur, program muatan, metodologi, proses, sarana, pasilitas, penampilannya terhadap kemampuan manajerial, sifat dan watak, pengetahuan dan ketrampilan profesional administratif para alumni dalam peningkatan efiktivitas pelaksanaan tugas.<br /> Ada dua hal strategi yang diperoleh berbagai hasil evaluasi tindak lanjut: <br />Mengetahui dengan pasti berhasil tidaknya suatu program pelatihan yang telah dilaksanakan.<br />Sebagai sumber informasi untuk memperoleh gambaran maupun laporan tentang kekurangan-kekurangan pelatihan yang telah dilaksanakan, seperti sesunan muatan, tegnologi, pelatihan, sarana pendukung, suasana, tenaga pengajar, evaluasi dan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur hubungan kerja sama, dan sebagainmya.<br />E.Kesenjangan Antara Kemampuan Dan Sasaran<br /> Suatu tantangan yang memerlukan perhatian adalah terdapatnya ketidak seimbangan antara kemampuan penyelenggaraan pelatihan dengan jumlah sasaran pelatihan yang bervareabel.<br /><br /><br /> Sebagai gambaran di bawah ini ilustrasi kuantitatif kepala sekolah dari tingkatan jenis sekolah.<br /><br />Tingkat dan jenis sekolah : negeri<br />Taman Kanak-Kanak (TK) ...................................... 59<br />Sekolah Luar Biasa (SLB)........................................ 24<br />Sekolah Dasar (SD) .................................................. 137. 487<br />Sekolah Lanjutan Pertama (SLP) .......................................... <br /> Umum (SMP) ........................................ 7.256<br /> Kejuruan/Teknik .................................... 261<br /> SKKP...................................................... 74<br /> ST............................................................. –<br />Sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).................................<br /> Umum/SMA ......................................... 1953<br /> Kejuruan / Teknik ................................ 605<br /> SMEA .................................................. 326<br /> SMKK ................................................. 85<br /> STM ...................................................... 194<br /> Berdasarkan data-data kuantitatif kepala sekolah tersebut, makin memutivasi adanya kerjasama terpadu antara unit–unit kerja terkait, penanggung jawab, penyelenggara pelatihan. Menurut pengalaman selama ini, kemampuan menyelenggarakan pelatihan kepala sekolah dalam bidang administrasi dan manajemen dalam satu tahun anggaran tidak akan lebih dari 10 kali angkatan.<br /> Masing-masing angkatan dengan daya tampung 30-40 peserta. Dalam satu tahun dapat dicapai 360-480 kepala sekolah untuk mencapai seluruh sasaran memerlukan waktu yang cukup lama, tidak ideal lagi bagi suatu program pelatihan. Sebab akan terjadi gap atau kesenjangan antara program pelatihan yang diselenggarakan pada tahun-tahun preode awal, preode pertengahan dan preode atau tahun akhir dari preode / waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sasaran, baik substansi pelatihan, maupun munculnya macam-macam permasalahan baru yang dihadapi oleh para kepala sekolah.<br /> Kesenjangan merupakan persoalan serius yang memerlukan satu strategi keputusan yang tepat. Apabila pada saat ini pelatihan-pelatihan kepala sekolah lebih banyak diselenggarakan secara terpusat, dengan tidak mengurangi kualitas yang harus dicapai, untuk mengejar dan merasa sasaran yang ada, perlu dicarikan alternatif penyelenggaraan yang lain, yaitu kemungkinan adanya pelaksanaan pelatihan secara desentralisasi.<br /> Ada satu hal yang perlu dihindari yaitu pemikiran pelaksanaan kepala sekolah jarak jauh, yaitu program pelatihan kepala sekolah secara tertulis. Sebab ada beberapa pertimbangan atau alasan perinsip, mengapa oprogram pelatihan kepala sekolah jarak jauh saat ini belum perlu dilakukan?<br />1.Sasaran kepala sekolah, bukan sekedar diarahkan pada tercapainya peningkatan pengetahuan (knowledge), melainkan justru difokuskan pada segi-segi sikap, watak atau keperibadian, disiplin, tanggung jawab, loyalitas yang memerlukan kontak langsung antara sesama peserta, pengajar, pembina dan penyelenggara. Proses pengamatan secara terus-menerus terhadap penampilan para peserta perlu dilakukan.<br />2.keterampilan yang bermacam-macam, seperti komonikasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, motivai tidak mungkin dapat dibina sekedar melalui atau membaca bahan-bahan tertulis, melainkan peserta harus diterjunkan kedalam praktek lapangan dan memerlukan observasi langsung.<br />3.kemampuan manajerial, kepemimpinan, memerlukan pula kotak langsung antara peserta dengan peristiwa nyata, sehingga paraq pesrta akan memperoleh pengalaman-pengalaman riil, sekaligus perilaku para peserta dapat dipantau dan dibina, seperti potensi kewibawaan (karisma) yanag merupakan salah satu kekuatan penting dalam peroses manajerial dan kepemimpinan.<br />4.kontak face to face sehari-hari antara sesama peserta dengan poengelola dan para pengajar, pembina, merupakan proses dan pendidikan dan pelatihan yang sangat efektif dalam membina nilai-nilai watak dan keperibadian peserta. <br />Kesimpulan<br /><br /> Substansi secara total dapat diklasifikasikan menjadi empat macam kategori: masalah kepemimpnan dan organisasi yang ditinjau dari kaedah-kaedah teoritik, profil kepala sekolah yang diuraikan menurut tugas dan fungsi, serta keberadaan sekolah sebagai birokrasi, sistem sosial, sistem terbuka, agen perubahan, dan sekolah sebagai wawasan wiyatamandala, mengungkap tanggung jawab kepala sekolah aqlam pembinaan terhadap program pengajaran, kesiswaan, staf, anggaran belanja, sarana dan prasarana sekolah, serta pembinaan hubungan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dan usaha pembinaan kualitas kepemimpinan kepala sekolah. <br /> Salah satu sumber pengertian tentang koordinasi menyebutkan bahwa koordinasi dalam pemerintahan, pada hakekatnya: <br />Upaya memadukan (mengintegrasikan), menyerasikan, menyelaraskan berbagai kepentingan dan kegiatan yang saling berkaitan kegiatan segepa gerak, langkah dan waktunya dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran kerja sama.<br /> Evaluasi tindak lanjut untuk memperoleh kepastian apakah para alumni pelatihan kepala sekolah membawa perubahan positif terhadap sekolah, bawahan lngkungan, serta perubahan pada diri para alumni itu sendiri.<br />Kesenjangan Antara Kemampuan Dan Sasaran merupakan suatu tantangan yang memerlukan perhatian adalah terdapatnya ketidak seimbangan antara kemampuan penyelenggaraan pelatihan dengan jumlah sasaran pelatihan yang bervareabel.<br /> Kesenjangan merupakan persoalan serius yang memerlukan satu strategi keputusan yang tepat. Apabila pada saat ni pelatihan-pelatihan kepala sekola lebi banyak diselenggarakan secara terusat, engan tidak mengurangi kualitas yang harus dicapai, untuk mengejar an mera sasaran yang aa, perlu dicarikan alternatif penyelenggaraan yang lain, yatu kemungkinan adanya pelaksanaan pelatihan secara desentralisasi.M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-83294687882034824412010-05-13T07:27:00.000-07:002010-05-13T07:30:14.500-07:00MACAM-MACAM ASAS KURIKUKUM1. asas filosofis <br />sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik” . Apakah yang dimaksud dangan yang “baik “ pada hakekatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut megara, tapi guru, juga orang tua, masyarakat bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, jadi juga bahan pelajaran uang disajikan, mungkin juga cara mengajar dan menilainya. pendidikan dinegara otokritas akan berbeda dengan negara yang demokratis, pendidikan dinegara yang menganut agama budha akan berlainan dengan pendidikan degara yang memeluk agama islam atau kresten. Kurikulum tadi dapat mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara terutama dalam menentaukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal.<br />2. Asas fisikologis <br />a. fisikologi anak <br />sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi–situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. selama berabat-rabat anak tidak dapat dipandang sebagai manusia yang lain dari pada orang dewasa dan karena atau mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. baru setelah rousseau anak itu dikenal sebagai anak , dan dilakukan penelitian ilmiyah untuk lebih mengenalnya, dan sejak permulaan ke-20 anak kian mendapat perhatian menjadi salahsatu asas dalam pengembangan kirikulum. timbullah aliran yang disebut progresif, bahkan kurikulum yang semata–mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak, yaitu “child centered curriculum”. kurikulum ini dapat dipandang sebagai reaksi sebagai kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan dan minat anak. tentu saja kurikulum yang begitu ekstrim mengutamakan salahsatu dasar akan mempunyai kekurangan-kekurangan. namun gerakan ini tak dapat menarik perhatian terhadap para didik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk selalu menjadikan anak sebagai salah satu pokok pemikiran.<br />b. fisikologi belajar<br />pendidik disekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak–anak dapat dididik, dapat dipengaruhi kelakuannya ,. Anak–anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma, dapat menguasai sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah : bagaimanakah anak itu belajar ? kalau kita tahu betul, bagaimana proses belajar berlangsung, dalam keadaan bagaimana belajaar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang seefektif-fektifnya. <br /> oleh sebab itu belajar ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks, maka timbullah berbagai teori belajar yang menunjukkan ketidak sesuaian satu sama lain. Penelitian dilakukan untuk lebih mendalam memahami proses belajar ini, banyak diantaranya melakukan eksperimen.<br /> Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa tiap teori itu mengandung kebenaran, akan tetapi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar itu, jadi yang mencakup segala gejala belajar, dari yang sederhana samapai yang paling baik.<br /> Teori belajar dapat dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian ada hubungan yang erat antara kurikulum dan fisikologi belajar anak.karena hubungan yang sangat erat itu maka fisikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.<br />3. asas sosiologi <br />anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lainnya, ia selalu hidup dalam suatu masyarakat. Disitu ia memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak. ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat tuntutan masyarakat tidak dapat diabaikannya.<br /> Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tidak harus dikenal dan diwujudkan anak dalam peribadinya lalu dinyatakan dalam kelakuannya. Tiap masyarakat berlainan corak nilai–nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Pebedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Juga perubahan masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi merupakan paktor pertimbangan dalam kurikulun.<br />oleh sebab itu masyarakat merupakan suatu faktor yang begitu penting dalam mengembangkan kurikulum, maka masyarakata dijadikan suatu asas. Dalam hal ini pun harus kita jaga, agar asas ini jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau “ society – centered curricukum” .<br />4. asas organisatoris <br /> asas ini berkenaan dengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana dalam bahan pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bemtuk broad – field atau bidang studi seperti IPA, IPS, bahasa dan lain- lain. ataukah diusahakan hibungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran, jadi dalam bentuk kurikulum yang terpadu. Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya cendrung memilih kurikulum yang subject centered, atau yang barpusat pada mata pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah sebaliknya ilmu jiwa gestalt lebih mengutamakan keseluruhan itu bermakana dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran fisikologi ini lebih cendrung memilih kurikukum terpadu atau integrated kurikulum.<br /> Kembali, perlu diingatkan, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik. Setiap organisasi yang baik mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan bersama disatu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi uang satu lagi.<br /> Kurikulum yanga mana yang harus dipilih ? pertanyaan itu diajukan karena macamnya kemungkinan. dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu hasil semacam komromi antar anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa “ cirriculum matter choice”, kurikulum adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak tergantung pada pendirian atau sikap seseorang tentang pendidik. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional dan yang progresif.M. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-84446981067079910612010-03-20T20:46:00.000-07:002010-03-20T20:50:53.791-07:00senangnya berjilbabBanyak orang mengatakan bahwa Surga hanya dikhususkan bagi mereka yang suci dan tidak punya dosa....Padahal Allah menciptakan Surga untuk manusia.....bagaimana mendapatkannya…Ini TIPSnya…<br /><br />---oooOooo---<br /><br />Surga memiliki tujuh tingkatan. Demikian juga neraka, langit, bumi dan tujuh golongan yang dijamin masuk Surga. Artinya dengan menjadi salah satu dari kategori tujuh golongan saja kita sudah dijamin pasti masuk Surga. Belum lagi pintu – pintu surga khusus yang disediakan untuk kita. Rasulullah Saw bersabda: “Semua ummatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan (tidak mau).” (HR Bukhori 22/248)<br /><br />Pernah mendengar kisah seorang pelacur masuk Surga...??<br /><br />Di siang yang terik, angin bertiup lebih kencang dari biasanya. Angin padang pasir yang membawa suhu udara lebih panas. Air laksana oase yang tersaji dalam fatamorgana. Hanya terlihat (maya) namun sulit diraih.<br /><br />Seorang pelacur berteduh disalah satu pohon tua yang daunnya sudah mulai kering. Panas matahari memaksanya beristirahat sejenak. Haus dan lelah sangat ia rasakan. Tenggorokannya terasa kesat. Iapun mengambil seteguk air dengan potongan daun kering di genangan air kecil yang cukup jauh dari tempatnya berteduh. Desiran angin tak membantunya menghilangkan rasa panas. Lelah seharian melayani pelanggan belum juga hilang. Rasa kantuk dan letih menjadi satu. Namun hawa panas menghalanginya untuk memejamkan mata.<br /><br />Perlahan ia melihat sebuah benda bergerak tertatih. Seekor anjing yang lemah lunglai tak mampu meredam ’gejolak’ alam yang hanya menyapa siang melalui teriknya matahari. Lidahnya terjulur seolah akan lepas dari mulutnya. Warnanya merah pucat. Perutnya kembang-kempis menahan nafas memperlihatkan susunan tulang yang berbaris di badannya. Lalu....anjing itu terjatuh....kakinya terlalu lemah untuk dapat menopang tubuhnya untuk tetap berdiri. Lidahnya masih terjulur, kembang-kempis rongga perutnya semakin cepat dan matanya perlahan tertutup setengah...<br /><br />Rasa iba merasuki hati si pelacur. Ia dapat merasakan apa yang diarasakan oleh anjing itu. Ia bergegas menuju sumber air kecil tempat ia mengambil minum tadi. Ia melepas sepatunya dan menggunakannya sebagai wadah air, karena tidak sesuatu yang dapat digunakan. Dengan hati-hati ia membawanya ke lokasi dimana seekor anjing jatuh tergeletak. Dengan penuh kasih sayang ia meminumkan air itu ke mulut anjing yang malang tsb, sehingga ’sang anjing’ dapat terhindar dari dehidrasi yang dapat membawanya ke sebuah kematian.<br /><br />Keikhlasannya meminumkan seekor anjing yang hampir mati di tengah padang pasir yang panas, mengantarkan sang pelacur menuju pintu surga. Kisah ini tertuang dalam hadits Nabi Muhammad SAW<br /><br />---oooOooo---<br /><br />Betapa menggunungnya dosa seorang pelacur. Perzinahan yang kerap kali ia lakukan membuat alam ini meronta. Dosa-dosanya memenuhi langit dan bumi. Bukankah mendekati Zinah saja kita sudah sangat dilarang, karena Zinah adalah jalan yang buruk (QS : Al-Isra’ ayat 32).<br /><br />Mengapa pelacur tadi bisa masuk Surga.....?<br /><br />Karena ia memiliki amal khusus. Sebuah Keikhlasan. Ikhlas menyelematkan makhluq Allah lainnya, meskipun hanya seeokor Anjing.<br /><br />Dari Abi Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW berabda, "Telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, "Anjing ini hampir mati kehausan". Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum. (HR Bukhari)<br /><br />Adakah kita memiliki keikhlasan tsb?<br /><br />Kita rajin bersedekah, namun pahala sedekah seringkali hilang ketika riya menghadang. Ketika rasa ingin dipuji, ingin dipublish, ingin diperhatikan, ingin dibincangkan, ingin dianggap baik dan ’keinginan’ lain yang menghapus nilai kebaikan laksana sebutir pasir diatas batu licin yang tersapuh angin kencang dan hujan yang lebat. Hilang tak berbekas...<br /><br />Bahkan untuk melakanakan Ibadah Minimalis saja kita masih berhitung Untung dan Rugi....bila kita ditanya mengenai makna wajib, dengan sigap kita menjawab bahwa wajib adalah dikerjakan mendapatkan pahala dan ditinggalkan akan berdosa....Lalu pahala mana yang akan mengantarkan kita ke Surga, sementara timbangan dosa kita sangat super duper jauh melebihi pahala yang kita miliki?<br /><br />Maukah kita masuk Surga? Mari kita jadikan diri kita jauh lebih baik dari seorang pelacur dalam kisah tadi. Sangat banyak pintu surga di peruntukkan bagi manusia.<br /><br />Salam CINTA – salam ukhuwah.<br />AWIK87@GMAIL.COMM. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2643529710189431859.post-40141348159799995862010-01-19T17:01:00.000-08:002010-01-19T17:04:24.502-08:00bangkit ummatummat setelah mengenal beberap kemajuan ilmu pengetahuan dan tegnologi pasti mengalami perubah dari berbagai multi deminsi sikap, pengalaman dan ilmu pengetahuannayaM. Alawiyullah Al-Ghafuryhttp://www.blogger.com/profile/01701339759049506536noreply@blogger.com0